A/n: (Bestfriend/n) -> (b/n) biar lebih mudah.
.
.
.Chirp chirp.
Suasana pagi hari yang cerah, cahaya mentari masuk lewat celah-celah gorden membangunkan seorang gadis yang tengah bergelung didalam selimut.
Tangan kecil miliknya mengucek sedikit matanya yang tertutupi belek. Sedangkan tangannya yang lain mencoba meraih benda segi empat yang biasa dia letakkan diatas lemari kecil disamping tempat tidur. Hampa, tangannya tidak meraih apapun.
(Y/n) kemudian terduduk dan menguap sebentar untuk menghilangkan kantuk. Mata hitamnya bergulir melihat keadaan kamarnya. Kakinya melangkah kemudian menunduk. Matanya menelisik bagian bawah kasur berharap mendapati keberadaan benda persegi panjang yang setiap hari menjadi tempat pelampiasan penat.
Tangannya berhasil menyentuh benda yang dicarinya sejak tadi. Matanya menatap lubang besar ditengah ponsel kesayangannya. Tangannya menepuk kening mengingat tentang kejadian beberapa hari yang lalu.
Tangan melempar asal ponsel rusak itu. Kaki pendeknya melangkah keluar kamar. Matanya bertemu pandang dengan mata biru seorang pria berambut hitam dengan ujung biru.
"Kau sudah bangun."
Ucapan Giyu sama sekali tidak bisa membuat kening gadis itu tidak bertekuk. "Kukira kau sudah mati karena kedinginan." ucap (y/n) asal.
Tomioka Giyu hanya bisa menatap gadis itu datar. Matanya menatap arah jalan gadis kecil yang menyelamatkannya kearah dapur. Suara benda-benda dan pemotongan terdengar jelas dari tempat Giyu duduk.
Hidungnya yang sensitif tertarik dengan aroma harum dari arah dapur. Giyu berjalan dan berhenti tepat dibelakang gadis yang kini sibuk menggoreng sesuatu.
"Kau sedang masak apa?"
"Asdfghddl!! Sialan! Jangan mengejutkanku!"
Giyu terkejut, baru kali ini dia bertemu seorang gadis yang suka mengumpat. Teman Hashiranya yang perempuan tidak pernah mengumpat dan lebih memilih menggunakan bahasa yang halus tapi tetap tajam. Jadi wajar saja dia terkejut mendengar kata-kata kasar yang dilontarkan gadis dihadapannya.
"Maaf."
(Y/n) menghembuskan nafasnya kesal, "tunggu saja dimeja makan."
Giyu hanya mengangguk, Giyu takut kembali diumpati pemilik rumah. Dengan santai Giyu mengeluarkan pedangnya dari sarung setelah duduk manis didepan meja makan.
Plak. Pukulan melayang kekepala Giyu. "Jangan bermain-main dengan senjata tajam!"
Giyu terdiam, kepalanya nyut-nyutan setelah dipukul menggunakan sendok sayur sebesar kepalan tangan yang terbuat dari besi. Pedang ditangannya diambil oleh (y/n) dan kembali dimasukkan kedalam sarangnya.
"Ittai." Ucap Giyu pelan mengelus kepalanya. (Y/n) yang duduk didepannya justru asik mengambil sesendok besar nasi keatas piring. Giyu terpaksa hanya diam dan membiarkan (y/n) memakan makanannya duluan. "Kau tidak mengambilkan nasi untukku?"
Alis (y/n) terangkat, "memangnya kau siapa sampai aku harus mengambilkan nasi untukmu?"
Giyu cemberut dan menundukkan kepalanya, tangannya mengambil piring lain dan menyendok nasi dari tempat yang disebut (y/n) magic com.
Uap panas seketika menerpa wajah Giyu. Giyu dengan sigap menjauh dari magic com, matanya menatap tajam penanak nasi tak bersalah itu.
"Pfftt..."
Suara tertawa seseorang membuat Giyu menatap asal suara itu. Dengan salah tingkah dan wajah yang memerah malu Giyu kembali duduk dan mengambil nasi lalu menutup penanak nasi itu.
"Apa kau punya sumpit?" tanya Giyu bingung. Gadis didepannya makan menggunakan sendok sedangkan Giyu terbiasa menggunakan sumpit. Giyu tidak berpikir dia akan makan seperti gadis didepannya kan?
(Y/n) menunjuk kearah rak piring. Giyu melangkah dan mengambil sepasang sumpit dan ikut memakan yakitori buatan (y/n).
"Enak." puji Giyu.
(Y/n) yang dipuji hanya menatap Giyu sebentar lalu kembali melanjutkan makannya setelah menjawab Giyu dengan gumaman.
.
.
.Siang hari dimana matahari sedang bersinar dengan teriknya, (Y/n) kini sedang menjemur baju-baju miliknya yang baru saja selesai dicuci. Hari libur yang biasanya digunakan banyak orang dengan berpergian justru dimanfaatkan oleh gadis itu dengan bekerja. Kalau kalian tanya apakah (y/n) juga mencuci baju Giyu, tadinya gadis itu sudah menyuruh Giyu untuk memberikan baju hitam lusuh dan Haori buluknya, tapi Giyu malah menghindar dan meloncat-loncat keatas atap sambil geleng-geleng kepala.
(Y/n) hanya menatap Giyu kesal dan mengancam tidak memperbolehkan lelaki itu untuk masuk kerumah karena bau keringat dan darah yang menempel pada bajunya yang membuat (y/n) merasa mau muntah. Lelaki itu akhirnya pasrah memberikan pakaiannya untuk dicuci (y/n) dan kini justru tidak mengenakan apapun selain sehelai handuk untuk menutupi area pribadinya didalam rumah.
"Aree... (Y/n), ohayou."
"Hm? Kau sudah bangun ya, (b/n). Dan konnichiwa karena sekarang udah tengah hari." ucap (y/n) santai.
(B/n) terlihat salah tingkah, "ehek."
(Y/n) hanya tersenyum karena sudah hapal dengan sifat sahabatnya itu.
"Ngomong-ngomong (y/n)-chan."
"Ya?"
"Siapa pria berhanduk yang duduk diatas atap rumahmu itu?"
Bummm.
Dengan gerakkan patah-patah, (y/n) menengadah menatap atap rumahnya yang dihuni sesosok makhluk yang menumpang hidup selama beberapa hari ini dirumahnya.
Tangan kanan (y/n) yang memegang baskom terangkat dan melayang tepat mengenai dahi pria itu.
(Y/n) bisa mendengar nada terkejut dari (b/n).
"Turun dari atap rumahku, Tapioka!!!"
.
.
.T
B
CBonus pict!!!
Tapioka Gayung, pelaku pembuat (y/n) stress :''v
Sc: pinterest.
See next chapter ya ^^
9 februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kimetsu no Yaiba Reverse Isekai [Tomioka Giyuu x Readers]
FanfictionKimetsu No Yaiba Series #3 (Rate: 15+) Aku terlahir dengan bakat aneh, orang-orang biasa menyebutnya dengan salah satu keajaiban indigo. Namun percayalah, tak semua keajaiban itu berarti bagus. Aku, Kanamiya (y/n) diberi keajaiban dapat melihat masa...