Chapter 4: Tepung, Telur, Saos

4.5K 817 47
                                    

"Jadi.... Dia Tomioka Giyu dari anime kimetsu no yaiba itu?"

(Y/n) mengangguk sedangkan tangan kanannya sibuk memasukkan keripik kentang kesukaannya kedalam mulut.

"Gila, ganteng banget sih ini."

(B/n) terlihat sibuk mengamati wajah Tomioka yang keningnya memar dan masih mengeluarkan sedikit darah.

"Ganteng apanya, biru-biru gitu." dengus (y/n).

"Dia biru-biru juga gara-gara kamu pukuli pakai heels," jawab (b/n). "Lihat, keningnya masih berdarah." ucap (b/n) sambil menyentil kening Tomioka hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

'Sama gilanya!' batin Tomioka yang kesakitan.

(B/n) kemudian mencomot keripik kentang yang dimakan (y/n). (Y/n) tidak mempermasalahkannya karena (y/n) sudah hafal tabiat sahabatnya itu.

Tomioka terlihat mengusap-usap dahinya yang kembali berdarah akibat perempuan yang menjadi tetangga sekaligus sahabat gadis pemilik rumah yang menampungnya.

"Gadis-gadis bar bar." batin Tomioka.

(B/n) kemudian mengambil pedang milik Tomioka yang disimpan (y/n) didalam vas bunga. Tomioka syok mengetahui hal itu padahal Tomioka sudah memberanikan diri membongkar isi kamar (y/n) bertaruh nyawa dengan pisau-pisau didapur sebagai bentuk ancaman (y/n) padanya.

(B/n) membuka saya pedangnya, menampilkan kilauan dari pantulan cahaya lampu pada besi tajam pemenggal iblis itu. (B/n) bersiul, tangannya mencoba-coba gerakan menebas udara yang sontak berhasil membuat Tomioka memucat lantaran tubuhnya hampir ikut tertebas karena gerakan acak gadis itu.

Tomioka menatap (y/n) yang terlihat santai dengan mulut yang dipenuhi keripik kentang. Heran, apa gadis itu tidak takut sama sekali jika tertebas.

Tangan Tomioka menggapai gagang pedangnya dan segera merebut pedang itu sebelum tubuhnya benar-benar tertebas.

Tomioka menatap (b/n) tajam sedangkan yang ditatap tajam hanya nyengir tak jelas sambil mengsap tengkuk.

"(B/n)," panggil (y/n). "Berhenti memainkan itu sebelum seseorang berubah menjadi mayat karena kelakuanmu."

(B/n) cemberut, "iya-iya." Gadis itu menghela nafas dan berdiri. "Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Lagipula tugas akhir semesterku belum selesai." ucapnya sambil membuka kulkas dan mengambil satu cup es krim rasa vanilla berukuran sedang.

Tangan (y/n) melambai, "iya. Pintunya jangan lupa ditutup lagi."

(B/n) berlalu dan meninggalkan kedua orang beda jenis kelamin itu disana.

(Y/n) juga ikut berdiri dengan tangan kirinya yang memegang bungkusan keripik kentang bekasnya tadi.

Kakinya melangkah menjauh tapi kembali tertahan karena tangan kanannya dipegang oleh seseorang. Mata hitamnya menatap mata biru dihadapannya kaget. (Y/n) masih tidak terbiasa dengan keberadaan Tomioka. Garis merah yang selama ini dilihatnya tidak pernah keluar dari tubuh Tomioka, membuat gadis itu sering kerepotan dengan tindakan tiba-tiba Tomioka.

"Apa?" tanya (y/n).

"Aku..." ucap Tomioka menggantung. "Kapan kira-kira aku bisa pulang?"

Alis (y/n) menekuk, "mana ku tahu–" ucapan (y/n) terpotong karena tiba-tiba saja Tomioka memeluknya.

Bahunya terasa basah. Nafasnya terhela, tangannya mengusap punggung Tomioka. (Y/n) tahu rasanya jauh dari rumah.

Rasanya seperti dinginnya es dengan hatimu yang teriris rindu. (Y/n) sangat hafal itu.

"Tak kusangka seorang Tomioka Giyu bisa menangis karena ingin pulang rupanya. Seperti anak kecil saja."

Bukannya berhenti Tomioka semakin mengeratkan pelukannya. Tubuh kecil (y/n) terasa sangat pas dipelukannya.

Keduanya terduduk, (y/n) membiarkan Tomioka memeluk tubuhnya. Tangan kanannya masih setia mengusap punggung Tomioka.

"Haaah..."

.
.
.

Sudah genap sebulan Tomioka didunia ini. Wajahnya yang kucel terkena debu, menyambut kepulangan (y/n) dari sekolah. (Y/n) berkata padanya kalau beberapa hari kedepan akan diadakan try out. Tomioka yang awalnya tidak mengerti kemudian dijelaskan oleh (y/n) dengan pelan.

"Okaeri, (y/n)."

(Y/n) menatap Tomioka yang berdiri diseberang pintu. Apron merah muda kesukaannya kini berada melekat ditubuh Tomioka. Rambutnya dipasangi kain yang dilipat segitiga kemudian dijadikan sebagai pelindung.

Wajah berdebu dengan tangan kanan memegang fry pan dan tangan kiri memegang daun bawang. Daun bawang?!

Mata (y/n) mengerjap cepat ketika menyadari kejanggalan itu.

"Naa, Tomioka."

"Iya?"

"Apa yang kau lakukan dengan daun bawang itu?" ucap (y/n) tersenyum, berusaha untuk tidak marah.

Tomioka mengalihkan wajah datarnya kearah lain. Urat-urat tercetak jelas dikening gadis itu.

Tangannya mendorong tubuh besar Tomioka kesamping.

Matanya seketika membelalak melihat dapurnya yang amat sangat berantakan.

Tepung dilantai, telur didinding, saos dilangit-langit.

"Tomiokaaaaaa!!!!!"

.
.
.

T
B
C

See
Next
Chapter

Ya ^^

80 vote baru diupdate, jadi...





Vote dulu dong ^^

👇

[END] Kimetsu no Yaiba Reverse Isekai [Tomioka Giyuu x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang