Chapter 14: Matahari Yang Terbit

2K 422 44
                                    

Bagi pembaca baru maupun pembaca lama, jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan komen ya ^^ biar San selaku author dari buku ini terbang bahagia kelangit ketujuh eakk :3

.
.
.
.
.
.

Disini kami berempat berkumpul, atap rumahku jadi tempat paling strategis dan nyaman bagi mereka bertiga. Giyu dan Sanemi juga sudah membersihkan tubuh mereka juga aku dan (b/n) tentunya. Beberapa makanan ringan juga terhampar diatas meja pendek dan kami duduk diatas tikar melingkari meja. Pakaian yang sedikit tebal membungkus tubuh ketiganya.

"Jadi, kalian dapat berapa?" tanyaku. Aku bisa melihat senyum diwajah (b/n) dan Sanemi.

"Satu," ucap (b/n). "Hanya saja iblis itu sedikit menyebalkan karena bisa membelah diri. Kalau kalian?"

Aku mengangguk, senyum diwajahku semakin melebar, "kami dapat dua." ucapku dengan jari telunjuk dan tengah mengacung kearah mereka.

Binar dimata kedua orang itu semakin terang, "berarti tinggal dua lagi yah! Hah, syukurlah ternyata bisa cepat diselesaikan." ucap (b/n) mengelus dadanya pelan. "Kupikir kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini sampai kita ke Kanazawa nanti."

Aku tersenyum lebar sedangkan Giyu hanya tersenyum tipis sebagai balasan.

Tring... Bel rumahku berbunyi dan aku segera berdiri. "Sepertinya pizza pesanan kita sudah datang, aku ambil dulu kebawah yah."

Aku berjalan menuruni tangga meninggalkan ketiga nya yang sekarang berbincang-bincang sambil menandai daerah-daerah lain yang sudah disisir dan disilang oleh Sanemi dan Giyu.

Seorang laki-laki dengan topi dan pakaian khas pengantar pizza terlihat tersenyum balik kearahku yang menyodorkan beberapa ribu yen.

"Terimakasih, simpan saja kembaliannya." ucapku senang dan menerima lima loyang kotak pizza. Jika kau tanya siapa yang bisa menghabiskan pizza sebanyak itu, (b/n) lah jawabannya. (B/n) memaksa ingin membeli banyak karena katanya perutnya lapar setelah berlari kesana-kemari menghindari iblis yang dia dan Sanemi lawan kemarin. Pizza yang kami pesan adalah delivery 24 jam.

Aku menaiki tangga dengan hati-hati dan mengambil beberapa cola dari kulkas lantai dua lalu kembali berjalan menuju atap.

"Pizza datang!!! Ayo kita makan dulu baru lanjut lagi menandai lokasinya!" ucapku senang. Ketiganya terlihat antusias. Sanemi membantuku membawa cola dan Giyu membantuku membawa kotak-kotak pizza keatas meja.

Dua jam lagi pagi hari, dan kami bisa melihat matahari terbit langsung dari atap rumahku. Kami tidak bisa melanjutkan tidur kami karena terlalu senang berhasil mengalahkan iblis yang menjadi buruan kami.

Aku mengambil speaker kecil dan mulai memutar lagu. Sanemi dan Giyu hanya diam menikmati iramanya karena aku yakin dua orang itu tidak mengerti bahasa inggris.

Aku dan (b/n) yang memang hapal dan tau liriknya menyanyi awur-awuran sampai-sampai Sanemi berteriak kesal memarahi suara kami yang cempreng.

Kami menikmati detik demi detik yang tersisa hingga sinar jingga perlahan menguar diudara dan mulai mengenai wajah kami. Udara yang tadinya lembab perlahan menghangat. (B/n) berdiri dan berlari menuju ujung atap yang dibatasi pagar besi.

"Sunrise! Ini indah sekali! (Y/n), Sanemi, Giyu! Ayo kita berfoto!"

Kami mengangguk. Giyu menggambil tanganku dan menuntunku menuju dua orang yang sedang berebutan memotret diri mereka masing-masing menggunakan kamera ponsel (b/n).

Tangan Giyu yang besar dan hangat membungkus telapak tanganku yang mendingin karena udara. Sentuhan lembut tangannya sanggup membuat wajahku menghangat seketika. Aku berusaha menahan semburat hangat di wajah dan perasaan menggelitik didalam perutku ketika melihat wajahnya yang tersenyum tipis terkena sinar mentari pagi.

Giyu berjalan menengahi pertengkaran keduanya meninggalkanku tepat dibelakang.

Giyu berjalan menengahi pertengkaran keduanya meninggalkanku tepat dibelakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biar aku saja yang ambil fotonya." ucap Giyu singkat mengambil benda pipih layar sentuh dari tangan Sanemi.

Kami berbaris dengan Sanemi dan (b/n) masih sibuk bertengkar. Aku berjalan kesamping Giyu. Tanganku terangkat ingin memeluk lengannya tapi kembali terhenti diudara. Aku kembali menurunkan tanganku dan hanya memilih berdiri disampingnya. Rasanya aku tak sanggup meraih lengan itu saat ini.

Pertengkaran Sanemi dan (b/n) membuat (b/n) tak sengaja mendorongku hingga membentur tubuh Giyu. Tangan Giyu yang tadinya menekan bulatan kamera pada layar tak sengaja memotret gerakan tiba-tiba itu.

Hasil foto yang tidak disangka-sangka. Aku yang secara tidak sengaja memegangi lengan Giyu agar tidak jatuh dan menatap Sanemi serta (b/n) garang dengan Sanemi yang didorong (b/n). Ditambah Giyu dengan ekspresi terkejut yang kentara diwajahnya.

Lucu.

.
.
.

"Nah ini dia! Fotonya sudah selesai dicuci!"

(B/n) dengan empat lembar foto yang sama memberikan satu-satu padaku, Giyu dan Sanemi. Ukurannya sebesar dua telapak jariku. Tidak besar tidak juga kecil.

"Aku akan memajangnya dikamarku!" teriak (b/n) senang. Berbanding terbalik denganku yang terdiam mengingat kejadian kemarin.

Aku menatap Giyu yang wajahnya masih setia tidak berekpresi dan hanya menatap foto kami datar.

Aku menunduk dan diam-diam memeluk foto itu. Tampan, kata yang pas untuk mengekpresikan wajah Giyu didalam foto. Detak jantungku perlahan meningkat. Aku tahu aku seharusnya tidak memiliki perasaan aneh ini pada Giyu, tapi siapa yang bisa mengontrol perasaannya ketika bersama dengan orang yang mereka sukai.

Sukai? Yah, aku menyukai Giyu. Sangat menyukainya. Aku suka ketika Giyu tersenyum, aku suka ketika Giyu marah dan bertengkar dengan Sanemi. Aku suka melihat semua ekspresi yang dia keluarkan.

Tanpa tahu aku telah jatuh cinta padanya, pada seluruh bayangnya dan pada seluruh raganya.

.
.
.

"Baik, ini malam yang akan melelahkan karena kita akan mengejar dua iblis yang tersisa." kalimat pembuka dibuka oleh (b/n).

Pisau lipat dan sebuah pistol glock dipinggangku terasa berat membawaku menuju gravitasi bumi.

"Tomioka," panggil (b/n). Matanya menajam menatap Giyu tepat dinetranya. "Aku suserahkan (y/n) padamu. Tolong jaga dia."

"Shinazugawa," panggilku. Netra abu-abu keunguan itu menatapku balik. "Aku serahkan sahabatku padamu, berjanjilah kau akan melindunginya dengan baik sampai misi ini selesai."

""Tentu saja!"" ucap kedua orang itu dengan yakin dan tegas.

(B/n) dan (y/n) tersenyum.

"Aku tunggu keberhasilanmu, (y/n)."

"Aku tunggu juga keberhasilanmu, (b/n)."

.
.
.

T
B
C

Huhuhuhu... San sedih karena chapter depan adalah chapter terakhir T~T
San pasti rindu banget sama nih cerita T<T tapi setiap cerita selalu punya akhir...

Yaudah see you next chapter ya T^T

15 Sepetember 2020

[END] Kimetsu no Yaiba Reverse Isekai [Tomioka Giyuu x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang