Chapter 6: Sanemi Yang Marah

4K 779 82
                                    

I'm back! From hiatus!!!

Ada yang kangen nggak? :3

Author up pagi-pagi kali karena dapat notif yang cukup banyak(?) minta buat thor update lagi :''v

Cus baca, jangan lupa divote :v

.
.
.

"Oi Kanamiya kau sedang apa?"

Perempuan berambut (h/c) itu menatap lelaki yang berdiri menyender dipintu kamarnya.

"Oh kau." (y/n) kembali memilih fokus pada gambar salah satu organ makhluk hidup yang tercetak didalam buku tebal setebal 8 senti itu. Tangannya sesekali mencoret, menggaris dan melingkari beberapa bagian dihalaman itu.

"Teme!" Shinazugawa yang merasa diabaikan seketika merasa kesal. Jika saja dia tidak ingat dengan peringatan sahabat pemilik marga Kanamiya itu kemarin, dia tak akan segan-segan mengajak (y/n) berduel.

"Jika kau bertanya kapan kau bisa kembali keduniamu, jawabanku tetap sama. Aku tidak tahu! Tunggu saja entah itu lubang cacing atau cincin planet datang tiba-tiba dan menghisapmu juga temanmu yang suka bermain-main dengan Bell kucing kesayanganku, melemparmu keduniamu, tapi percayalah seratus persen aku yakin tubuhmu akan tercabik-cabik terlebih dahulu sebelum berhasil sampai keduniamu. Sudah pergilah jangan ganggu aku!"

(Y/n) kembali fokus pada bukunya dan mengabaikan Shinazugawa sekali lagi.

"Lubang cacing? Cincin planet? Kau aneh berbicara seaneh dirimu ya, onna."

"Silahkan tutup pintunya kembali jika kau sudah selesai mengoceh." jawab (y/n) kelewat santai tanpa peduli bahwa orang yang tengah berbicara dengannya adalah seorang yang terkenal dan telah banyak membunuh iblis didunianya. Tapi sekali lagi (y/n) nyatakan dia tidak peduli. Sama sekali tidak peduli. Toh pikir (y/n) tidak ada iblis didunianya jadi kenapa harus takut pada Shinazugawa.

Brak.

Shinazugawa kesal, baru kali ini ada yang berani menjawab kata-katanya. Seumur-umur menjadi pilar dia selalu berada diatas awan dengan banyak orang yang berada dibawah kakinya.

"Kuso onna."

Kakinya melangkah menghentak menuju ruang tamu dimana rekan sesama pilarnya kini terlihat tengah menungging mengikuti gerakan Bell, kucing putih domestik dengan mata coklat kemerahan yang tengah melakukan peregangan.

Urat-urat tercetak jelas dikeningnya.

"Tidak ada yang normal disini, sialan! Bagaimanapun caranya aku harus cepat kembali karena sedang terjadi perang! Arrghhh sialan!"

.
.
.

Krek. Suara langkah kaki yang terlihat membebani lapisan kayu lapuk yang dijadikan pijakan. Siapa orang bodoh yang menjadikan kayu lapuk sebagai pijakan.

"Tuan," ucap perempuan itu pelan. Ditangannya terlihat sebuah benda yang mirip seperti gitar tapi bukan gitar karena itu adalah biwa ya intinya itu. "Aku sudah mengirim dua pilar keluar dari dimensi. Harusnya mereka ada dipermukaan tanah sekarang, tapi aku tidak bisa merasakan keberadaan mereka."

"Biarkan saja, lakukan apapun untuk menghalangi para pilar itu sampai ketempatku. Perempuan sialan ini berhasil membuat regenerasiku menjadi selambat siput."

"Baik tuan."

.
.
.

Skip time.

Satu minggu menjelang ujian penerimaan beasiswa. (Y/n) dan (b/n) tengah gencar-gencarnya belajar dan melatih kesiapan dan kemantapan keduanya untuk ujian nanti.

Keduanya yang kini tengah berada di perpustakaan dipusat kota. Hanya ada sedikit orang yang berada dalam ruangan 5x5 meter itu ditambah dengan sekat-sekat yang yang membaginya menjadi 2 tempat. Tempat keduanya berada dipaling belakang dimana tempat itu langsung terkena angin dari ac.

Hari yang telah malam tak menyurutkan keduanya. Jarum pendek jam telah menunjukkan pukul 7 sedangkan jarum panjangnya berada diangka enam. Setengah jam lagi sisa waktu sebelum perpustakaan ditutup.

"Ayo kita pulang," ucap (y/n). "Kau tak mau dimarahi om botak itu lagi kan?"

(B/n) mengangguk, "yah aku benci dimarahi."

Tring.

Bunyi kerincing yang ada dipintu menandakan keduanya yang telah berada diluar perpustakaan. Penjaga perpustakaan pun sudah memperlihatkan batang hidungnya dengan kunci-kunci ditangan kiri.

"Ah, kalian sudah keluar rupanya. Kupikir aku harus mengusir kalian dulu baru kalian bisa beranjak dari perpustakaan." ucap pak tua berkepala botak dan berkumis cukup lebat itu dengan santai.

(Y/n) memilih untuk tidak meladeni ucapan menyebalkan pak tua itu, walau didalam hatinya (y/n) sudah mengumpat dengan mengabsen nama penghuni kebun binatang. Berbeda dengan (y/n) yang memperlihatkan wajah tenangnya, (b/n) justru kini terlihat mengupil sambil sesekali mengangguk mengiyakan ucapan pak kepala plontos itu. Percayalah walaupun (b/n) mengiyakan ucapan pak tua itu, aslinya kini dia tengah mengejek pak tua itu dengan cara mengupil dihadapannya.

Keduanya berjalan melewati alun-alun kota yang masih saja ramai walau sudah malam. Keduanya berhenti tepat dihadapan salah satu toko yang cukup terkenal dikota mereka. Mereka kemudian membeli beberapa keperluan seperti sabun dan odol. Juga beberapa pakaian biasa untuk dua orang yang menumpang dirumahnya. (Y/n) tak tega membiarkan Tomioka dan Shinazugawa berkeliaran dirumahnya hanya menggunakan celana hitam pemburu iblis. Alasan lainnya yaitu (y/n) benar-benar diberi cobaan ketika setiap hari harus melihat otot perut mereka yang kotak-kotak seperti roti itu. (Y/n) benar-benar tak tahan untuk mencubitnya.

"Ah, (y/n)-chan. Jangan lupa pakaian dalam keduanya ya." ucap (b/n) tenang tanpa menyadari wajah (y/n) yang memucat setelah mendengar kalimatnya.

"Pa-pakaian... Dalam?"

(B/n) mengangguk dengan senyuman dibibir. "Kau tak mungkin membiarkan anu keduanya terjepit oleh resleting celana yang kau belikan itu kan?"

Pias. (Y/n) merasa darahnya menyurut mendengar ucapan vulgar sahabatnya itu hingga tanpa sadar sudah menjatuhkan celana jeans pendek yang tadi mau dia belikan untuk kedua orang itu.

.
.
.

T
B
C

'-')

Author dalam hati: jangan omes jangan omes jangan omes! Ah bodolah kan udah dikasih rate +15 di blurb :''v

Tantangan!!!!

100 vote baru author up lagi ya :3
Karena author lihat yang baca aja lebih dari 400+ kok yg vote cuman 78? Kadang nggak sampe 70 lagi :''')

Lebihnya pada kemana? >:v

Bukan apa" nih, thor kadang ngerasa "nih cerita kurang diminati atau apa ya? Kok cuman dibaca doang, tapi kagak divote?" nah itu yang bikin thor susah dapat idenya, karena thor bisa dapat ide menuruti seberapa banyak vote kalian, seberapa minat re...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan apa" nih, thor kadang ngerasa "nih cerita kurang diminati atau apa ya? Kok cuman dibaca doang, tapi kagak divote?" nah itu yang bikin thor susah dapat idenya, karena thor bisa dapat ide menuruti seberapa banyak vote kalian, seberapa minat readers sama cerita ini, bagus nggak kalau alurnya dibeginiin? Nah gitu, makanya thor kadang dilema ini bagusnya dimasukin kealur sana atau enggak ya?

Ya gitu deh:'')

Oke deh
See next (100 vote) chapter ya ^^

10 April 2020

[END] Kimetsu no Yaiba Reverse Isekai [Tomioka Giyuu x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang