The Sound of Heart

The Sound of Heart: Days Without You

Title : The Sound of Heart: Days Without You
Author : Aurelia
Genre : Fanfiction, Angst, Hurt
Main Cast: Nam Woo Hyun (INFINITE), Yoon Seo Hyun (OC)
Length : Oneshot
Rating : PG+15

***

Happy Reading
❤❤❤

***

"Rasanya seolah hatiku telah hancur berkeping-keping.
Tuk sesaat aku merasa seolah mati rasa dan sekarang terasa begitu sakit.
Kata-kata dingin dan singkat darimu: apa kabar?"

***

"Woo Hyun Oppa, Jal jinaesseoyo?" Kalimat singkat itu sudah seperti dentuman dahsyat bom atom. Memporak-porandakan benteng hatiku yang sudah susah payah aku jaga agar tak lagi hancur karena merindu. Agar tak lagi teringat pada seseorang yang detik ini tengah berdiri tegap di hadapanku dengan senyum mengembang khasnya. Aku sesak, butuh oksigen.

Bukankah sebuah perpisahan itu adalah hal yang lumrah? Namun, mengapa aku tak bisa menerima perasaan itu begitu saja? Mengapa rasanya begitu sesak dan menyakitkan? Mengapa rasanya begitu hampa? Mengapa rasanya seperti ada yang hilang? Entah, aku tak bisa menjabarkannya. Sekalipun aku sudah mencoba untuk baik-baik saja, nyatanya aku tak sekuat itu. Bertatapan langsung dengannya malah terasa semakin menyakitkan.

Seperti tak pernah terjadi apa pun di antara kami, perpisahan itu. Yang kulihat dari binar matanya, ia tampak baik-baik saja. Tidak seperti aku yang kacau. Tidak seperti aku yang detik demi detiknya selalu merasakan sakit luar biasa pada hatiku yang tampak baik-baik saja dari luar. Egoiskah aku yang berharap bahwa hidupnya hancur. Sama sepertiku saat perpisahan itu terjadi.

"Eoh, Seo Hyun-ah. Annyeong," balasku kaku. Aku tak menyangka akan bertemu dengan Seo Hyun, gadis yang pernah mengisi kesunyian hariku lima tahun yang lalu. Entah guratan takdir atau kebetulan, kami berpapasan di salah satu kafe yang berada di depan kantorku. Saat aku sedang menunggu pesanan, ia rupanya ikut mengantre di belakang.

Kini, terjebaklah aku di lubang penuh bom waktu. Siap meruntuhkan benteng hatiku yang sejatinya memang sudah rapuh tak terurus lagi. Goyah sejak awal perpisahan itu terjadi.

"Tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini, Oppa. Kebetulan sekali!" Suaranya masih sama seperti suara yang selalu aku rindukan selama ini. Intonasinyapun masih sama. Gila! Bagaimana bisa aku sedetail itu mengingatnya. Seperti waktu yang berhenti berputar. Meninggalkan aku dan kenanganku bersama. "Aku mencoba untuk menghubungi nomormu, tapi sepertinya kau sudah tak memakai nomor itu lagi," ujarnya pelan. Ia tertunduk sambil menyelipkan anak rambutnya yang mencuat ke belakang telinga. Itu yang biasa ia lakukan ketika merasa kecewa atau sedang sedih. Hatiku mendadak luluh.

Aku tak memiliki nyali untuk menolak saat ia mengajakku duduk bersama sambil berbincang di sudut kafe. Tepat di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke jalan. Tak banyak kalimat yang mampu keluar dari bibirku selain terus memperhatikannya. Seperti orang bodoh yang masih belum bisa percaya bahwa gadis itu nyata. Ia benar-benar ada di dekatku. Bukan hanya sekadar fantasi gila.

"Aku banyak dengar dari Sung Gyu Oppa, kalau selama ini kau sudah menderita karena aku. Aku min--"

"Mian hajima. Seberapa seringpun kau mengatakan kalimat itu, keadaan kita tak akan berubah. Sepanjang apapun kau menjelaskan alasan kita harus berakhir, kita tetap tak lagi bisa bersama." Dengan sedikit nyali, aku memotong kalimatnya. Membalasnya dengan kalimat panjang yang sudah sejak lama bersarang di hati dan tak mampu terucapkan. Aku tak bisa mendengar kata maaf ataupun mendengar semua penjelasannya lagi. Cukup apa yang aku lihat dan aku yakini menjadi alasan kisah yang dulu indah itu harus berakhir tergerus pengkhianatan yang begitu memilukan.