🏘️ bibit keributan

400 51 10
                                    

"Mampus, mati sana lo!" teriak Chaewon.

"Lah gue mati," seru Yeonhee kesal, "Seong, balasin dendam gue, bunuh Chaewon," lanjutnya sambil menepuk bahu Yunseong keras.

"Iya, kalau gue masih hi ̶ wah anjir Bomin ngelempar gue pake granat," seru Yunseong.

"Joochan awas woy belakang lo ada Chaewon!" Jibeom berteriak tepat di telinga Joochan.

"Yes, gue 3 kill!" seru Chaewon senang. Sedangkan Joochan kini sibuk menyerang Jibeom yang membuat fokusnya buyar.

"Mampus lo, Kak Chae," lirih Sungjun.

"Anjir gue lupa masih ada Sungjun sama Bomin, ini kenapa nyerang gue semua woy!"

Sungjun dan Bomin bertos ria ketika berhasil mengalahkan Chaewon. Kemudian keduanya kembali fokus mengalahkan satu sama lain.

"Yes! Winner winner chicken dinner! Gue menang!" teriak Sungjun kemudian berdiri dan menggoyangkan pinggulnya.

"DIEM!"

Lima orang yang tengah sibuk berkutat di meja ruang makan berteriak kompak. Pasalnya mereka tidak bisa fokus mengerjakan tugas mereka karena manusia-manusia lain sedang asyik bermain papji.

Ada Suyun, Yunkyoung dan Minju yang sedang belajar persiapan UN dan SBMPTN, dan ada Jangjun serta Sujeong yang sibuk menyelesaikan skripsi.

"Jangan main di sini dong, main di bawah aja sana, ganggu orang belajar aja," kata Yunkyoung sinis.

"Tau tuh, puyeng nih mikirin skripsi," tambah Sujeong.

"Pergi sana, ganggu banget," seru Suyun.

"Kak Bomin sama yang lain pindah ke bawah aja ya mainnya?" kali ini Minju buka suara dan Bomin langsung mengusir para biang onar untuk pindah ke bawah.

"Halah Bomin jadi bucin sekarang. Nggak seru!" ucap Chaewon.

Kelima manusia yang tengah berasap kepalanya itu kini menghela napas lega.

"Harusnya dari tadi Minju aja yang ngomong, tuh kutu kupret langsung nurut sama Minju," gumam Jangjun.

"Bucin level akut," tambah Sujeong.

"Ada apa, kak?"

Namun tidak ada yang menggubris pertanyaan Minju. Mereka kembali fokus.

Di bawah, manusia korban pengusiran misuh-misuh tidak jelas. Namun mereka kembali sibuk dengan permainan sesaat setelah pantat mereka menyentuh sofa.

"Bunuh Chaewon duluan!"

"Lah kok gue? Masih dendam lo?"

"Granat lagi anjir!"

"Harusnya lo nggak langsung setuju!"

Teriakan Jiae membuat tujuh orang yang tengah sibuk bermain itu langsung menghentikan aktivitas mereka. Tatapan mereka terpaku pada dua orang yang baru saja masuk ke ruang tamu.

"Apa salahnya gue setuju sama proyek itu?"

"Lo nggak tau gimana keadaan keuangan perusahaan kita. Gue yang ngelola keuangan perusahaan, gue tahu gimana keadaan keuangan perusahaan yang sekarang lagi kritis. Lo bagian pemasaran tahu apa tentang keuangan perusahaan yang lagi sekarat ini, hah?!" emosi Jiae meningkat.

"Ini peluang yang bagus buat kita untuk masuk ke pasar internasional. Kapan lagi kita diajak kolaborasi sama brand cokelat terkenal seantero negeri? Kita nggak boleh lepasin kesempatan emas ini."

"Gue tahu kalau lo sebagai ketua pemasaran paham dengan peluang bisnis yang besar. Tapi harusnya lo tuh mikir ke depan. Lo denger nggak kalau biaya pengerjaan proyek 75% ditanggung sama perusahaan kita? Lo denger nggak? Lo pengen perusahaan bangkrut? Terus lo mau kehilangan pekerjaan ini? Sebelum bertindak tuh mikir dulu. Punya otak lo taruh di mana? Jangan disimpen doang di brankas," ujar Jiae sarkas.

[1] Slice Of Life : BONG'S HOUSE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang