FIVETEEN

9.3K 1.2K 67
                                    

Keduanya masih betah berbagi kehangatan dan melepas rindu. Namun saat ini mereka sudah pindah ke dalam rumah Taeyong, lebih tepatnya di atas kasur milik lelaki manis itu.

Sudah hampir tiga jam lamanya mereka bertukar cerita. Jisung sudah terlelap di pojok, tepatnya di samping kiri Taeyong. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, tetapi mereka tidak menunjukkan tanda-tanda lelah ataupun mengantuk.

"Serius, Taeyong. Aku hampir lemas saat melihat interaksimu dengan anak itu tadi. Ditambah, dia memanggilmu dengan sebutan mom."

Taeyong menahan tawanya dengan susah payah. Hal pertama yang keluar dari mulut Jaehyun adalah, "Siapa anak ini, Taeyong?" Dan itu menurutnya Jaehyun sangat lucu, apalagi ditambah ekspresi tegangnya.

Jisung adalah anak Taeyong. Bukan kandung karena tentu saja Taeyong adalah laki-laki. Setelah tiga tahun menatap di Schwerin seorang diri, ia merasa kesepian. Ten berada di Thailand tetapi terkadang sahabatnya itu masih suka bolak-balik ke Seoul entah untuk apa. Jadi, dengan ide cemerlangnya Taeyong meminta Ten datang ke panti asuhan di Seoul dan mencarikan satu anak kalau bisa bayi untuk menemaninya disini. Sekalian Ten mengunjungi Taeyong karena, demi Tuhan sahabatnya itu jarang sekali mengunjunginya!

Ten membawa Jisung pada saat anak itu masih berumur 8 bulan. Masih sangat bayi dan rasanya Taeyong ingin menangis karena bayi malang itu di buang oleh orang tuanya.

Bekerja sebagai salah satu pelayan di hotel bintang lima membuat Taeyong merasa sanggup membiayai hidupnya dan Jisung. Hanya saja ia sekarang menyesal kenapa tidak bekerja lebih giat dan memiliki rumah yang lebih besar.

Karena, kedatangan Jaehyun membuat rumah kecilnya menjadi terasa sesak for God shake!

"Berjanjilah padaku, jika kau mencintaiku kau akan mencintai Jisung juga."

"Tentu saja," jawab Jaehyun tanpa berpikir dua kali. "Karena aku yang akan menjadi ayahnya! Tapi.." ia menggantung kalimatnya.

"Tapi..?" Taeyong menatapnya dengan wajah yang penasaran.

"Kenapa Jisung menanggilmu mom alih-alih ayah atau dad? Maksudkuㅡ"

Taeyong mengerti maksud Jaehyun. Ia hanya menggedikkan bahunya.

"Aku sudah mengajarkan Jisung untuk memanggilku dengan sebutan appa. Tetapi anak itu malah cemberut dan menggeleng. Lalu berkata mom. Hey apa ketampananku tidak terlihat?!"

Tanpa sadar lelaki bersurai hitam itu memajukan bibirnya. Membuat Jaehyun tidak tahan untuk menciumnya.

"Tidak ada lumat melumat, Jaehyun. Aku tahu kau tidak bisa menahan hormonmu itu."

Jaehyun mengerang, "itu wajar, Taeyong! Aku merindukanmu. Kenapa aku tidak boleh mencium dan berbuat lebih kepadamu?"

"Karena ada Jisung!"

Oke, sepertinya ia tidak jadi menyukai Jisung karena anak itu akan menjadi penghalangnya.


☆☆☆


Tangan besarnya meraba sampingnya. Kosong. Dengan begitu mata Jaehyun langsung terbuka lebar, tubuhnya terduduk secara otomatis.

"Taeyong?!" Masih dalam keadaan setengah sadar, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Perasaan takut akan hilangnya Taeyong muncul kembali.

Setelah kesadarannya kembali, Jaehyun baru menyadarinya. Rumah ini terlihat kosong. Tidak ada tanda-tanda Jisung maupun Taeyong. Apakah lelaki manis itu akan meninggalkannya lagi?

Jaehyun berdiri, hendak berjalan mendekati pintu namun pintu itu terbuka menampilkan sosok Taeyong dengan Jisung di gandengannya dan sebuah plastik besar di tangan kirinya.

Monsieur J ⭑ Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang