6. Protokol Paranoid

80 6 3
                                    

MENJADI PARANOID TIDAK sepenuhnya buruk bagi orang-orang yang tahu bagaimana memanfaatkannya. Sebelumnya, Larry adalah anak jalanan yang bahkan terlalu takut untuk menghabiskan lima menit bersama seseorang dalam radius lima meter darinya, terlalu takut untuk tertular dan/atau menularkan sebuah penyakit, seperti itulah yang dikisahkan Barry kepadaku beberapa hari yang lalu.

Laurence Bleatsh awalnya terlahir dengan kekurangan dan kelebihan; sebagai jenius dan keras kepala. Hanya saja tak ada yang tahu benar yang mana yang merupakan kekurangan dan yang mana yang kelebihan. Ia terlahir dari keluarga miskin di pedalaman desa, berkebun dan bertani, di daerah pegunungan utara yang terpencil.

Orang tuanya melihat kecakapan dan keuletannya dalam belajar sejak dini, maka Larry mendapatkan prioritas dalam pendidikan dibanding kelima saudaranya. Ia lulus dari akademi medis di kotanya pada usia ke-16 tahun, dan daripada melanjutkan pendidikannya untuk bisa menjadi dokter ia lebih memilih bertaruh untuk mencari pekerjaan di New Tary. Dan untungya, ia menang. Ia bertemu dengan seorang dokter tua di sebuah klinik yang bangkrut. Sebenarnya aku juga belum terlalu mengerti sistemnya, tapi dokter tua itu menilai keterampilan dan pengetahuan Larry yang mumpuni dapat sedikit membantunya. Larry pun tidak masalah dengan gaji rendah karena ia hanya haus akan pengalaman. Dokter tua itu bernama George Marshall.

Dengan kreatifitas dan semangat anak muda yang dimiliki Larry―ditambah ruangan dan gedung serta formalitas seorang dokter tua yang sarat akan pengalaman―timbullah harapan baru untuk klinik usang yang sekarat itu. Mereka mulai bekerja dan bekerja, hingga akhirnya sebulan setelah itu, terdengar kabar memilukan di televisi.

Larry bahkan belum sempat pulang sejak ia meninggalkan rumahnya. Satu-satunya komunikasi bersama keluarganya hanya lewat telepon umum di pinggir jalan, itupun jarang sekali. Ponsel masih terlalu mahal baginya dan keluarganya. Dan saat terdengar berita wabah di desanya, ia panik bukan main. Wabah yang menyerang manusia dan ras antroper tersebar. Larry baru bisa mengunjungi kampung halamannya setelah enam bulan sejak berita itu. Sesampainya di sana, ia tak menemukan apa-apa kecuali desa yang terisolasi dan harus berbicara pada ayah dan ibunya dibalik dinding kaca ruang isolasi. Itu adalah sepuluh menit terakhir mereka bersama, malam panjang yang kini sudah mulai memudar dari ingatannya. Saudara-saudarinya bahkan sudah tak sempat berjumpa dengannya. Suatu virus mematikan yang tidak menunjukkan gejala apapun, dan saat gejalanya sudah mulai muncul itu berarti sudah terlambat. Kebanyakan orang meregang nyawa sebelum mereka tahu.

Sayang sekali, semuanya serba dijaga ketat oleh pemerintah, semua tentang wabah itu dirahasiakan. Bahkan perjalanan Larry sejak di perbatasan desa menuju ruang isolasi orang tuanya itu pun dirahasiakan. Larry putus asa karena tak dapat melakukan apapun bahkan dengan semua ilmunya dalam bidang medis bersama Dokter. Menonton tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali berharap ada keajaiban untuk obat penawar penyakit yang menyerang jaringan otot itu.

Hingga akhirnya semua korban wabah menyerah dan desa kecil itu mati, dikubur dalam pagar-pagar besi dan kabut asap sekaligus dengan kebenarannya. Setidaknya seperti itulah cerita di jalanan. Televisi tidak pernah memberitakan yang lebih lanjut mengenai wabah itu seolah-olah tidak ada yang benar-benar peduli.

Larry, dengan gangguan stres pascatrauma-nya yang parah, membuat keadaan kembali sulit. Ia kehilangan kewarasannya. Larry mulai berhalusinasi, meracau. Kadang ia meyakini bahwa dirinya juga telah tertular, kadang ia meyakini bahwa hanya dialah satu-satunya orang di dunia ini yang tidak tertular. Hal ini membuatnya enggan berada di dekat siapapun, termasuk untuk tinggal bersama Dokter. Alhasil, Larry menjelma gelandangan yang tanggung. Terlibat masalah dengan gelandangan lain, kejar-kejaran dengan petugas keamanan karena mencuri makanan di kedai-kedai, tapi tidak pernah jauh meninggalkan klinik.

"Aku juga gelandangan waktu itu," kata Barry. "Dan anak itu menarik perhatianku. Hingga akirnya aku menyelamatkan anak itu dan mengembalikannya kepada dokter Marshall."

ALBIOS: TriviumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang