10

396 61 7
                                    

18/02/20

.

.

Di siang hari yang cerah ini, di jam akhir yang kebetulan kosong, seharusnya Kanna gunakan kesemoatan itu dengan bersantai di kelas dan menikmati musik lewat headsetnya.

Tapi itu semua hanya tinggal rencana, karena Ibu Wanda yang tumben tumbennya meminta bantuan Kanna untuk mengatur buku di perpustakaan. Padahal Kanna bukan tipe siswa yang betah berada di perpustakaan lama lama.

"Bu, saya sudah selesai." Ucap Kanna malas, sambil menepuk nepuk tangannya yang berdebu.

Ibu Wanda menoleh lalu menunjuk beberapa tumpukan buku cetak lainnya. "Mohon bantuannya ya, Kanna."

Bahu Kanna terturun lemas, mulutnya mengangah kecil. "Bu, emang gak bisa orang lain aja? Ketua kelas misalnya? Kenapa harus saya sih." Gerutu Kanna kesal.

Ibu Wanda terkekeh. "Ibu dengar dari Serinna, katanya kamu hobi baca buku. Artinya kamu betah di sini kan?"

Mata Kanna langsung memicing tajam. Tangannya yang baru ingin menggapai tumpukan buku di atas meja langsung terhenti.

"Setan itu.. nyebarin hoaks soal gue lagi huh?" Gunam Kanna.

Padahal, Kanna begitu membuka buku, belum sampai 2 menit sudah tidak tahan karena bosan. Omong kosong sekali, Kanna hobi membaca? Papanya pasti akan tertawa terbahak kalau mendengar itu.

"Ada apa, Kanna?" Tanya Ibu Wanda, menyadari Kanna yang terdiam di tempat.

Kanna tersentak lalu menggeleng. "Saya pengen ke kelas, bu." Ucap Kanna, mulai menata buku cetak yang sudah ia ambil satu persatu ke rak buku.

"Gak usah alasan. Ibu tau kelas kamu lagi free." Balas Ibu Wanda santai.

Dahi Kanna berkedut kesal. Gagal sudah rencananya ingin menghindar. Tahu begitu, dia bolehkan saja Taeyong yang dengan senang hati mau membantunya. Taeyong memang sempat menawarkan bantuan, selain itu Taeyong tidak mau meninggalkan Kanna sendirian. Tapi Kanna malah menolak, karena dia sedang bersama dengan Ibu Wanda, jadi tidak mungkin dia berada dalam bahaya kan?

"Yo!" Tiba tiba, Rein entah datang darimana, sudah duduk manis di salah satu kursi di sana.

Kanna menoleh dan mengerjap cepat. Sedangkan Ibu Wanda menyerit dan berkacak pinggang. "Ngapain kamu di sini, Rein?"

Rein nyengir. "Hehe, saya cuma kebetulan ngeliat Kanna di sini. Sekalian bolos." Jawab Rein tanpa dosa.

Ibu Wanda menghela nafas sabar. "Gak boleh. Kembali ke kelas kamu, Rein!" Ucap Ibu Wanda tegas.

"Ih! Saya gak mau, bu! Emang ibu gak mau saya bantuin apa?" Ucap Rein mulai membujuk.

"Terserah kamu. Asal kamu gak ngerepotin ibu sama Kanna."

Kanna melirik Rein lewat ekor matanya dan memasukan buku ke rak dengan pelan. Tangan kirinya mulai mengeluarkan ponselnya, berniat mengabari Sean. Seperti yang Sean katakan kemarin, Kanna harus mengabari Sean kalau Rein berada di dekatnya.

"Hee? Kamu ngaduh ya?"

Sampai suara Rein tiba tiba terdengar dekat, Kanna tersentak kaget dan langsung memeluk ponselnya sambil menatap Rein was was.

"Kaki kamu gimana? Gak luka kan?" Tanya Rein, tiba tiba mengalihkan topik.

Kanna mengangguk kaku. "Iya.."

Rein tersenyum lebar. Seharusnya senyum lebar Rein terlihat normal dan manis jika hanya dilihat sekilas, tapi tidak. Kanna langsung merinding, senyum Rein terlihat menakutkan.

cyborg ; taeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang