Perkembangan mazhab Buddha dalam kajian filsafat
Theravada
Lukisan Sang Buddha Gautama saat memberikan khotbah.
Theravada secara harafiah berarti, "Ajaran Sesepuh" atau "Pengajaran Dahulu". Theravada merupakan ajaran yang konservatif, dan secara menyeluruh merupakan ajaran terdekat dengan ajaran Buddha pada awalnya. Ajaran Theravada berakar pada ontologi yang realistis terhadap alam semesta. Dalam definisi ini, pemikir, pikiran dan objek yang dipikirkan merupakan entitas yang keadaannya tidak saling berkaitan, sehingga objek merupakan hal yang nyata dan bukanlah produk pemikiran dari subjek pemikir. Namun menurut pandangan Theravada, objek dan dunia ini tidak memiliki keadaan yang mutlak. Setiap objek dalam kajian Theravada memiliki ketergantungan dengan objek yang lainnya. Seperti contoh pasir berasal dari kerikil, kerikil berasal dari batu, batu berasal dari magma dan seterusnya, sehingga dunia ini, secara keseluruhan dalam pandangan Theravada hanya memiliki realitas yang relatif dan bukan absolut. Keadaan dunia yang memiliki realitas saling bergantung ini dinamakan Paticcasamuppada atau hukum sebab musabab. Tujuan spiritual dari pengertian ini adalah untuk menyadari bahwa dunia ini hanyalah aliran semu dari berbagai objek terhadap waktu. Dengan kesadaran ini manusia diharapkan dapat terbebas dari nafsu dan kemudian terbebas dari dukkha dan penderitaan, sehingga kemudian mencapai nibbana.
Dalam bahasan metafisika lainnya, kajian-kajian yang berkaitan dengan Theravada membedakan jenis kebenaran menjadi dua; yakni kebenaran konvensional dan kebenaran akhir (ultimate). Kebenaran konvensional menurut kajian Theravada merupakan kebenaran yang membuat kita berhasil melakukan suatu tindakan, sedangkan kebenaran akhir merupakan kebenaran yang berkaitan dengan cara alam semesta bekerja atau ilmu alam. Pada pandangan metafisika yang berkaitan dengan eksistensi, telah disebutkan bahwa kajian Theravada memandang suatu objek, fenomena, dan subjek pemikir merupakan entitas yang terpisahkan atau independen. Berkaitan dengan eksistensi objek, fenomena dan subjek pemikir tersebut, kajian Theravada juga mengelompokan objek yang ada di dunia menjadi dua jenis; Objek yang nyata secara konvensional (conventionally-real) dan Objek nyata primer (ultimate-real). Objek yang nyata secara konvensional objek yang memiliki penyusun seperti tubuh manusia, rumah, pesawat dan lain sebagainya, sementara objek yang nyata primer (ultimate-real) terdiri dari empat unsur yakni: air, tanah, udara, dan api. Terdapat pula objek nyata primer yang tidak berbentuk fisis dalam definisi kajian Theravada seperti perasaan, kemauan, dan kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filsafat, Ibu dari Ilmu pengetahuan
Ficção HistóricaPasti kalian tahu kata "Filsafat" atau "Filsuf". Tapi apa kalian tahu arti dari Filsafat? Mari kita bahas (di bawah ini). Filsafat (dari bahasa Yunani φιλοσοφία, philosophia, secara harfiah bermakna "pecinta kebijaksanaan") adalah kajian masalah umu...