6

1K 141 6
                                        

Tiga remaja cowok lengkap dengan seragam sekolah yang acak-acakan sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali tertawa ringan. Tujuan mereka sekarang adalah ruangan dokter Seokjin. Meski begitu, salah satu dari mereka sedang mencoba menetralkan deguban jantungnya. Soobin, anak itu tampak gugup. Kedua tangannya saling meremat, pun bibirnya tak berhenti komat- kamit membaca doa berharap yang terbaik.

Lalu ketika mereka dipersilahkan masuk, Yeonjun dengan cepat membuka pintu, mengambil tempat duduk tepat di depan dokter Seokjin, duduk senyaman mungkin dan tersenyum ramah hingga matanya tinggal segaris.

"Mau ngambil hasil tes DNAnya ya?" tanya Seokjin tanpa basa-basi. Memang, tepat saat bel pulang berbunyi tadi sebuah pesan masuk ke ponsel Soobin. Pesan yang mengatakan bahwa hasil tes DNA-nya telah keluar.

"Menurut dokter gimana? Emang kita keliatan mau minta sumbangan?" ditanggapi Yeonjun dengan candaan. Seokjin terbahak.

"Ini hasilnya" menyodorkan sebuah amplop coklat. "Siapa yang mau buka?" lalu ketiganya sontak menghindar. Sekali lagi Seokjin terbahak.

"Sekarang saya jadi ngerasa kalian ke sini tujuannya minta sumbangan"

Yeonjun menyengir, diambilnya amplop itu lalu disodorkan pada Soobin, orang yang dirasa jauh lebih berhak. "Lu aja yang buka, gua nyimak aja"

Sedikit gemetar, tangan Soobin terulur mengambil amplop yang dimaksud, menarik nafas berat, lalu membukanya dengan perlahan.

"Anjir!" Yeonjun tiba-tiba meraba bagian dadanya. "Soobin yang buka, jantung gua yang mau jatuh ke dengkul" semua orang terbahak. Kecuali Soobin tentunya.

Wajah pucat nan kening berkeringat. Kedua temannya justru terkekeh melihatnya. "Sante ae bro, tegang bat kek kanebo" ujar Beomgyu sambil menghapus keringat sahabatnya itu menggunakan punggung tangan.

5 detik

10 detik.

Soobin tak kunjung selesai membaca hasilnya. Yeonjun menopang dagu gugup, tanpa sengaja matanya malah bertubrukan dengan dokter Seokjin. Lama. Dan nyaman. Entahlah, ada sekitar 1 menit berlalu sampai akhirnya Yeonjun memutuskan acara tatap-tatapan mereka. Menoleh ke arah Soobin yang menghembuskan nafas, senyumnya mengembang, dua buah dimple melesak masuk di pipinya. Seketika Yeonjun dapat menyimpulkan sendiri.

"Jadi....." dokter Seokjin yang buka suara. "Dia bukan kakak kamu, Soobin. Hasilnya negatif seperti yang kamu udah baca."

Lantas Yeonjun mendengus kesal "kalo dokter udah tau daritadi kenapa gak langsung ngomong aja. Gak tau apa jantung gua disko mulu nungguin Soobin kelar baca"

Beomgyu hanya menggeleng pelan memaklumi kelakuan sahabatnya. Berbeda dengan Sokjin yang justru reflek mengacak gemas rambut Yeonjun.

Yeonjun terpaku. Lancang sekali manusia di depannya ini!

"Berarti kita berpindah ke kandidat selanjutnya..." menarik nafas sebentar "Kang Taehyun" Omongan Beomgyu sontak merubah ekspresi senang Soobin. Panik dan takut menjadi satu.
Menyadari perubahan itu, Yeonjun berusaha mengalihkan topik meski hasilnya nihil. Hingga Seokjinlah yang mengambil alih pembicaraan. Suatu pembahasan yang malah menjadi tanda tanya besar dalam benak Yeonjun.

"Yeonjun anaknya Kim Taehyung?" yang ditanya mengangguk semangat.

"Nama lengkap kamu Kim Yeonjun?" sekali lagi mengangguk.

Seokjin tampak berpikir keras.

"Emang kenapa dok?" tanya Yeonjun penasaran.

"Gakpapa... Hanya saja....." menggantung kalimat, Seokjin melirik Yeonjun sebentar, takut perkataannya melukai remaja itu. "Setau saya anaknya Taehyung bernama Kim Yeonjun sudah meninggal diumur 5 tahun"

Serendipity [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang