Sekali lagi ini terasa seperti mimpi. Bahkan memandangi tubuh sang anak terbaring nyaman di dalam peti dengan beberapa hiasan di sekitarnya, Taehyung masih saja berharap agar Yeonjun kiranya membuka mata lalu memeluk dirinya erat-erat. Padahal beberapa jam yang lalu anaknya masih ada di rumah dalam keadaan sehat walafiat.
"Kenapa cepat sekali? Kamu ngagetin papa tau. Papa masih gak percaya, rasanya sakit sekali nak" tangan kekarnya merapikan poni sang anak yang sedikit berantakan. "Ayo buka mata nak, kita udah di rumah loh. Banyak yang dateng jengukin, banyak yang sayang Yeonjun." bibirnya bergetar menahan isak tangis. Tak disadari bahwa roh sang anak sejak tadi berada di sampingnya, tidak meninggalkannya sedikit pun.
Sosok tak kasat mata itu ikut berjongkok, sejenak mengintip dirinya yang lain sebelum menatap iba papanya. "Papa jangan nangis... Aku bakal baik-baik aja kok" air matanya ikut turun. Apa semua orang meninggal merasakan hal yang sama dengannya? Entahlah, Yeonjun juga tidak tahu.
"Bangun dulu nak, jangan kelamaan bobonya. Atau mau papa bikinin nasi goreng? Buka mata ya, biar papa buatin." akhirnya kembali terisak, tangan Taehyung bertumpuh pada bibir peti "Ayo ngomong sama papa, ngomong apa yang kamu mau, jangan kayak gini nak.. Papa gak sanggup. Yeonjun tau gak kalo uang tabungan papa udah cukup buat beliin motor? Papa tau kamu pengen banget punya motor tapi gak berani ngomong. Papa diem-diem nabung, dan uangnya udah cukup. Bangun yuk, ulang tahun nanti papa hadiain motor. Mau kan?"
"Papa jangan gini... Aku sedih" jiwa Yeonjun ikut terisak. Kedua malaikat yang mendampinginya menenangkan dengan menepuk-nepuk punggung remaja tersebut.
Detik berganti menit, semua pasang mata menoleh ke arah pintu. Di sana ada sepasang suami istri yang sedang mematung tak percaya. Ternyata kabar itu benar adanya. "Ayah, bunda" Namjoon dan Sowon. Namun tatapan Yeonjun sedikit kecewa karena tidak ada Soobin di sana. Sepertinya remaja bertubuh bongsor itu masih setia dengan acara ngambeknya.
Keduanya berjalan pelan dengan air mata yang mengalir sangat deras. Taehyung tidak peduli itu. Bahkan untuk sekedar menyapa pun tidak.
Begitu matanya menangkap tubuh yang terbaring di dalam peti, sontak saja keduanya tersungkur. Sowon menangis meraung "maafin bunda.. Maaf..." Nafasnya terputus-putus, tulang-tulangnya terasa dicabut. "Kenapa ninggalin bunda lagi? Kamu boleh marah-marah, kamu boleh ngamuk, kamu boleh caci maki bunda sama ayah, tapi jangan kayak gini, jangan pergi.. Maaf gak bisa kenalin kamu dari awal. Bahkan sejak pertemuan pertama kita, bunda gak sadar kalo kamu anak yang bunda lahirin. Maaf jadi bunda yang sangat buruk. Jahat banget ya bunda gak bisa kenalin anak sendiri. Maaf udah sering nyakitin kamu, perlakuin kamu gak adil"
"Kenapa baru sekarang bun? Kenapa baru sekarang bunda minta maaf kayak gitu? Bunda pikir aku gak capek dibully di rumah kalian? Bunda pikir aku gak sakit liat bunda natap aku dengan sinis? Bunda pikir aku begitu sabar sampe diem aja walopun dicaci maki dan dihina-hina karena main sama Soobin. Gak pantes katanya. Kalo gitu giliran aku yang ngomong, apa anda pantes dipanggil bunda oleh Yeonjun?"
"Yeonjun...." Namjoon yang bersuara. Tangan kirinya memeluk sang istri dan tangan kanan membelai wajah pulas sang anak "kamu marah sama ayah ya? Jangan hukum ayah kayak gini, ayah gak sanggup kehilangan kamu lagi. Maaf udah gores banyak luka di hati kamu." menghapus air mata sejenak "mengenai Soobin, maaf karena gak berhasil seret dia ke sini. Tapi dia juga terpukul kok, dia juga kaget, ayah yakin sekarang dia lagi nangis diem-diem. Jangan marah terlalu lama sama adik kamu ya, adik kamu cuma gengsi."
"Kenapa sih kalian nangis? Buat apa gitu loh? Kenapa baru sekarang? Kalo gua gak mati hari ini, mungkin bahkan kalian gak sudi kunjungin gua, gak sudi nanyain kabar gua, gak sudi ngajak ngobrol gua... Kenapa semua orang tiba-tiba berubah jadi baik? Kenapa semua orang tiba-tiba peduli? Sok sedih, sok nangis, padahal siapa yang dulunya sering caci maki gua? Siapa yang sering mukulin gua tanpa ampun walopun kesalahan bukan di diri gua? Siapa? Bahkan gua pernah hampir mati ditangan ayah sendiri, dan sampai sekarang gua blom dapet permintaan maaf..." Namjoon masih berusaha menenangkan Sowon, sementara Taehyung memilih menyandarkan kepala pada bibir peti. Matanya setia menatap wajah sang anak seolah-olah itulah hari terakhir bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity [Completed]
Fiksi Penggemar*Soobin mencari kakaknya yang menghilang belasan tahun lalu. Dan ketika berhasil menemukan, Soobin justru menolak fakta tersebut. *Yeonjun yang merupakan sahabat Soobin relah menukarkan nyawanya untuk sang sahabat. *kata Seokjin, anak Taehyung yang...