Memandang langit malam dengan sendu, Yeonjun berkali-kali menghelah nafas berat. Kemilau Bintang tidak dapat menghiburnya sedikit pun. Hatinya sakit, bagaikan ada luka sayatan di sana. Entah siapa yang telah menggoresnya, Yeonjun pun tidak tahu pasti.
"Sedih ya?" sang papa datang merangkulnya, Yeonjun mengangguk pelan. Rasanya ingin sekali menangis semalaman untuk melupakan kejadian tadi. Rasanya ingin menghilang saja dari bumi. Rasanya ingin pergi jauh-jauh hanya berdua dengan papanya, ke tempat dimana tidak ada satupun yang mengenali mereka.
"Mereka jahat ya..." Taehyung berguman, "tapi jangan dibenci, nanti kamu ikutan berdosa" dan ditanggapi kekehan kecil oleh sang anak.
"Aku gak benci siapapun pa.. Gak ada. Aku cuma kecewa sama diri sendiri. Kenapa gak bisa jadi anak baik biar gampang diterima manusia lain? Selama ini aku cuma pengen jadi anak yang selalu disayang papa walopun aku tau sebrengsek apapun aku, papa pasti terima. Tetapi kenapa aku nyesel? Nyesel karena gak nyoba jadi anak yang gampang diterima masyarakat banyak?"
Lantas Taehyung beralih mengecup puncak kepala Yeonjun, lama sekali, seolah menyalurkan semua kekuatan pada anaknya.
"Gakpapa... Jangan nyesel, mereka bakal nemuin kamu kalo hatinya udah melunak. Kamu hebat kok, mereka nya aja yang goblok"
"Tapi gimana kalo aku yang gak ada waktu lama buat nungguin mereka nerima kehadiranku?" Yeonjun membatin, hatinya sakit sekali.
"Manusia emang aneh Njun, mereka lebih tertarik mempermasalahkan satu titik celah dibanding jutaan kebaikan dan kelebihan. Salahnya bukan di diri kamu kok, tapi hati mereka yang cacat. Ngerti kan, Yeonjun?"
Sekali lagi Yeonjun mengangguk.
"O iya, papa boleh nanya?"
"Boleh"
"Sejak kapan? Sejak kapan kamu tau kalo keluarga aslimu adalah mereka?"
Membuang nafas kasar, mata Yeonjun menerawang "malam dimana aku mau di DO, semuanya terjadi gitu aja. Aku mimpi main sama Pak Namjoon, mimpi manggil beliau ayah dan kejadian dimana ayah kehilangan jejakku pun ikut masuk di mimpi. Bangun-bangun udah keringetan, dan semua kenangan masa lalu berputar kembali di otak aku. Kenangan yang gak pernah aku inget sedikit pun akhirnya keinget lagi. Tapi aku ragu mau cerita, takut Soobin bakal ngamuk, takut pak Namjoon bakal ketawain aku, takut dipisahkan dari papa." menghelah nafas sebentar.
"Awalnya pengen simpen sendirian aja, eh gataunya malah ketauan. Tapi gakpapa mereka nolak aku, gakpapa mereka ngomong aku gak pantes masuk jadi anggota keluarganya, gakpapa, selama masih ada papa yang berada di sampingku."
Taehyung tersenyum, mengeratkan rangkulan pada bahu sang anak. Dan hati berterimakasih pada Tuhan karena memberikan hati yang kuat pada anaknya.
"Pa..."
"Hm?"
"Ke rumah sakit yuk"
"Eh?" membulatkan mata "ngapain?"
"Sebelum jawab, aku mau mau nyanya dulu. Papa benci gak sama tante Yerin?"
"Emm.. Enggak deh keknya"
"Bagus"
"Kok bagus?"
"Ayo jengukin Jungkook" Yeonjun bangkit dari duduknya dengan semangat, tangan Taehyung ditarik.
"Eh bentar... Jungkook siapa?"
"Anaknya tante Yerin, mau ya pa ya?"
Kalau Yeonjun sudah mengeluarkan jurus merengeknya, Taehyung bisa apa. Pasrah dan mengikuti kemauan sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity [Completed]
Fiksi Penggemar*Soobin mencari kakaknya yang menghilang belasan tahun lalu. Dan ketika berhasil menemukan, Soobin justru menolak fakta tersebut. *Yeonjun yang merupakan sahabat Soobin relah menukarkan nyawanya untuk sang sahabat. *kata Seokjin, anak Taehyung yang...