7

987 143 14
                                        

🐯🐯DAY 2🐯🐯

Sebuah senyum tercetak dibibir Yeonjun. Meski jarum jam baru menunjukkan pukul 03.00 namun remaja itu sudah terbangun. Semalam dia memilih tidur sendiri di kamarnya. Matanya menatap kosong flapon kamar, nafasnya terdengar santai, dan walau kedua sudut bibirnya terangkat, sudut mata remaja itu justru menitikkan setetes air. "Gua beneran bakal mati" entahlah, namun sejak Jungkook hadir dalam hidupnya, Yeonjun selalu merasa takut, takut jika banyak hal belum mampu dia selesaikan hingga hari itu tiba. Hari dimana maut akan menjemputnya.

Yeonjun tidak suka perpisahan, namun berani bertemu berarti berani berpisah.

Detik menjadi menit, menit mejadi jam. Mata Yeonjun tak kunjung bisa dipejamkan. Kesal karena matanya bangun terlalu dini, remaja tersebut menendang selimut dengan keras. Melompat dari ranjang dan berjalan menuju kamar sang papa sambil memeluk sebuah guling.

Di sana, Yeonjun melihat Taehyung tidur begitu nyenyaknya, selimut membungkus sang papa dengan nyaman. Remaja itu tersenyum, berjalan menghampiri papanya lalu memeluk dari belakang.

Dari punggung dia bisa merasakan detak jantung Taehyung. Detak jantung yang menemaninya sejak bayi. Detak jantung yang selalu menjadi nyanyian nina bobo setiap Taehyung menggendongnya sambil dengan sengaja meletakkan telinga bayi kecil itu di dada.

Kali ini, Yeonjun tidak lagi tertidur mendengar suara detakan itu. Justru isakanlah yang terdengar dari bibirnya. 10 hari lagi dirinya takkan bisa mendengar detak jantung itu. 10 hari lagi, dirinya takkan bisa memeluk sang papa dengan leluasa. Lalu bagaimana dengan Taehyung 10 hari lagi? Diam-diam Yeonjun meremat selimut dengan keras. Tidak sanggup membayangkan tangisan Taehyung dihari kematiannya. Tidak sanggup membayangkan terpuruknya sang papa melihat anaknya sudah terbaring kaku. Tidak sanggup membayangkan bagaimana sakitnya menjadi Taehyung yang ditinggal sendiri, selamanya.

Yeonjun menahan nafas ketika merasakan pergerakan dari sang papa. Badannya dibuat kaku sedemikian mungkin ketika Taehyung memeluk dan mencium puncak kepalanya lembut. Didetik berikutnya kekehan terdengar jelas keluar dari bibir papanya "Gak usah pura-pura mati. Papa tau kamu tadi nangis" Yeonjun mendengus kesal. Ketahuan lagi. Selalu saja seperti itu. Tidak pernah berhasil ketika berpura-pura mati di depan Taehyung.

Selanjutnya, tubuh Yeonjun benaran menegang di tempat. Dia menyadari satu hal. Tentang mati. Bagaimana jika hari itu tiba dan Taehyung masih menganggap bahwa itu hanya candaan receh semata dari sang anak?

Tidak ingin terlarut dalam pikiran tentang kematian, Yeonjun mencoba memejamkan matanya, menikmati sisa waktunya. Tidak apa-apa, bahkan jika Tuhan mengambilnya hari ini, Yeonjun siap asalkan meninggal dalam pelukan sang papa. Yeonjun meletakkan kepalanya pada dada Taehyung, menikmati irama detak jantung papanya. Detakan yang seolah mengajak Yeonjun untuk terlelap tanpa dibayang-bayangi rasa takut.

***

Pukul 10.00, sekolah dikejutkan dengan alarm kebakaran. Tentu saja semua siswa dan guru berhamburan keluar ruangan untuk menyelamatkan diri. Beberapa diantaranya menangis, beberapa lainnya pingsan karena kaget. Semua tampak panik.

Hingga ketika 10 menit berada di luar ruangan namun tidak terlihat tanda-tanda api, pak Hoseok menyadari sesuatu. Tidak ada kebakaran. Pasti ada orang iseng yang sengaja membunyikan alarm. Dan tanpa mereka semua sadari, di rooftop ada dua orang siswa yang sedang tertawa puas. Siapa lagi kalau bukan si begal Yeonjun dan Beomgyu. Keduanya tertawa keras merasa menang.

Serendipity [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang