27. Terima Kasih, Anjing!

2.4K 336 316
                                    

—Selamat Membaca—
••••

      Akibat perkataan Jaehyun tadi, membuatnya kini menaruh rasa harap pada cowok itu. Boleh ‘kah kali ini ia bersikap besar kepala, kalau orang baru yang dimaksud Jaehyun itu adalah dia? berarti ada kesempatan untuknya memiliki cowok itu, kan?

Namun, sempat tadi ia mendengar pengakuan tentang perasaan Jaehyun terhadap Jisoo, membuatnya harus berpikir dua kali untuk tetap menyukai atau harus berhenti. Terlebih Jaehyun bilang kalau ia sudah membuat suatu komitmen atas dirinya sendiri dan Tzuyu yakin komitmen yang dimaksud itu tertuju pada perasaannya atas Jisoo.

Tzuyu mengulum bibir sembari berpikir. Ini baru awal, perasaannya pada Jaehyun masih terhitung baru beberapa hari. Perasaannya itu hanya perasaan suka yang berlandas atas dasar sikap baik si cowok Jung itu.

Apa dia harus jadi orang ketiga saja di kisah mereka? Kisah yang sama sekali Tzuyu tidak tahu bagaimana awalnya, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Bagaimana keduanya bisa terjebak hubungan tanpa status seperti itu. Dan juga, apakah Jisoo sama halnya menyukai Jaehyun?

Sejujurnya masih tampak abu-abu bagi Tzuyu. Di sini ia hanyalah orang baru yang kebetulan menyukai Jaehyun. Atau bisa saja ia menjadi suatu ancaman bagi Jisoo nantinya.

Ibarat suatu molekul, agar membentuk molekul baru. Maka Tzuyu harus membuat suatu reaksi dengan menambahkannya dengan molekul baru agar menghasilkan sebuah produk. Di sini, suatu molekul yang dimaksud Tzuyu adalah Jaehyun dan Jisoo. Dan Tzuyu adalah molekul baru yang akan ditambahkan. Jika ia bereaksi, maka molekul yang di ibaratkan-nya sebagai hubungan Jaehyun dan Jisoo akan terputus, dan akan membentuk ikatan baru dengan Tzuyu.

Akh, rupanya seperti itulah kebanyakan orang sekarang. Menjadi perusak tampaknya menyenangkan.

Jas lab, kemudian bagaimana saat Jaehyun mengoles salep pada tangannya. Mengingat kejadian itu, membuat Tzuyu jingkrak-jingkrak sendiri di kamar. Sampai kakinya menendang-menendang tembok sangking girangnya. Tzuyu tak sadar, kalau si pemilik kamar di sebelahnya jadi terganggu.

“TZUYU, LO TENDANG TEMBOK SEKALI LAGI, GUE CIUM LO YA!”

Gerakan kakinya langsung terhenti. Akh, Mingyu mengganggu kesenangannya saja. Pikirnya. Ia kemudian menendang tembok itu sekali lagi dengan kencang.

“CIUM NIH KALO BERANI!” balas Tzuyu cekikikan. Masa bodoh, kalau emang cowok itu beneran ingin menciumnya, dia sudah siap mengambil clipboard kayu di atas meja belajarnya untuk melayangkannya pada bibir Mingyu, semisal kejadian itu beneran terjadi.

Dan tak lama, bunyi ketukan pintu terdengar. Ia segera beranjak dan mengambil clipboard kayu-nya. Lalu berjalan mengendap, seperti maling agar tidak ketahuan. Anehnya, suara ketukan pintu itu sudah berganti dengan suara lembut seseorang.

Tzuyu segera membuka pintu kamarnya. Dilihatnya sosok Jaehyun berdiri di sana. Sebaik mungkin memasang senyum pada cowok itu.

“Ada apa, kak?” tanyanya.

Jaehyun diam sejenak, ia melirik ke arah tangan Tzuyu yang memegang clipboard itu. “Tangan lo masih bengkak?” dengan menunjuk tangan kiri Tzuyu.

“Hah?” Tzuyu mengangkat tangan kirinya, memperhatikan tangannya yang kini tidak terlalu bengkak itu. “Udah mendingan, gak perih lagi juga.”

Jaehyun manggut-manggut, setelahnya ia menyodorkan kantong kresek yang sedari tadi ia tenteng kepada Tzuyu. Mata Tzuyu membulat dan berbinar seketika. Dengan senang hati, Tzuyu ambil. Berharap itu makanan atau sejenisnya, pas dia buka malah yang ada sebotol salep dan sekotak handscoon di dalam sana.

Share House Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang