—Selamat Membaca—
••••Pagi Senin ini, semua penghuni kost sudah bangun. Mereka sedang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang lagi menyiapkan sarapan, ada yang lagi yoga di depan televisi, ada yang lagi jogging keluar, dan ada juga yang lagi ngerumpi di ruang cuci.
Sudah menjadi tradisi, kalau cewek lagi yang nyuci baju bareng-bareng pasti ada aja yang diomongin. Mau itu artis, idol, gebetan, mantan, atau pun penghuni kost itu sendiri.
Kayak yang lagi dilakuin sama Nayeon, Joy, dan Tzuyu saat ini. Berhubung mesin cuci ada tiga dan yang lain pada belum nyuci. Makanya ketiga cewek itu sembari menunggu cucian, mereka membentuk lingkaran kecil di antara mereka. Ritual rumpi itu dimulai dari Joy yang nyeletuk kalau ada artis tanah air yang masuk penjara karena terjerat kasus narkoba bersama pacarnya.
“Sumpah ya, yang bikin gue ngakak itu, si tersangka mau di masukin sel mana? Hahaha...”
Tzuyu dan Nayeon ikut tertawa. Joy itu punya tawa yang menular, bisa bikin orang di dekatnya mau gak mau ikut ketawa.
Obrolan mereka memang random, sampai pada saatnya Nayeon nyeletuk dan itu membuat Tzuyu seakan dihantam sebuah tanda tanya besar.
“Semalam Jisoo kambuh.”
Alis Tzuyu mengernyit, tidak mengerti maksud perkataan Nayeon. Kambuh? Jisoo punya penyakit?
Sementara Joy, dengan mata dan mulutnya yang membulat, tampak jelas kalau ia kaget.
“Seriusan, kak?”
Nayeon mengangguk menatap Joy lurus. Joy menutup mulut dengan tangannya.
“Walah, padahal dia akhir-akhir ini tampaknya gak ada beban.”
Lagi-lagi Nayeon mengangguk atas perkataan Joy. Sebelum melanjutkan perkataannya, kepalanya toleh ke kanan-kiri bergantian. Memastikan kalai tidak ada siapapun yang masuk ke dalam ruang cuci ini.
Nayeon mengikis jaraknya pada mereka. Sepelan mungkin ia berbisik, “Sekitar jam dua malam tadi sih, pas gue mau buka pintu, gue denger suara dari arah dapur. Dan pas gue mau—“
“Ghibah terooss!”
Ketiga cewek itu langsung menoleh kaget ke arah sumber suara. Sampai latahnya Joy keluar, karena suara cempreng itu mengagetkannya.
Sosok Jimin berjalan masuk dengan santai sambil membawa keranjang berisi pakaian kotornya. Cowok itu berjalan ke arah meja kecil di sudut ruangan dan menaruh keranjangnya di atas permukaan meja.
“NGAGETIN, ANJIR!” seru Nayeon kemudian. Cewek dengan gigi kelinci itu paling merasa kaget, sampai dadanya berdegup dua kali lebih cepat dari sebelumnya. “Ngapain lo di sini? Pergi sono! Main ps dulu, cucian masih lama!“Semalam Jisoo kambuh.”
Jimin mengendikkan bahunya, lalu berjalan mendekati ketiga cewek itu. “Ck, pagi-pagi udah numpuk dosa. Pantes muka lo suram, kerjaannya ghibah terus.” Jimin menggelengkan kepalanya. Membuat Nayeon menyunggingkan bibirnya sinis pada cowok itu.
“Bacot lu, sana pergi! Hush, hush!”
“Lo napa sih ngusir-ngusir gue? Gue ngekost di sini juga bayar, ya.”
“Alah! Bayar nunggak aja sombong amat!” hardik Nayeon membuat Jimin membelalakan matanya.
“Sialan lo, gue pergi ajalah.”
“Pergi aja, gak usah pamit.” Sahut Joy.
Jimin langsung memasang wajah ngambek yang dibuat-buatnya lalu memukul gemas lengan Joy berulang kali.