—Selamat Membaca—
••••Kelopak mata yang menaungi bulu yang lentik itu mengerjap secara perlahan. Beberapa kali. Untuk menyesuaikan cahaya yang berhamburan masuk menembus kornea dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam. Hingga saraf di otaknya berhasil mengolah informasi dan berkat daya akomodasi lensa mata itu ia berhasil mengetahui objek yang ia lihat.
“Udah sadar?”
Kemunculan seseorang mengalihkan fokusnya pada ruang serba putih yang ia lihat. Bukan hanya mata, kali ini indera pendengarannya berhasil menangkap suara dari sang objek.
“Oh, udah sadar, ya?” kali ini sosok cantik berpakaian ala perawat datang menyibak tirai—itu mbak Hani, si penjaga ruang kesehatan. Hani menoleh ke samping, di mana sosok berjenis kelamin laki-laki satu-satunya di ruangan itu berdiri. “Jaehyun, tolong ambil minum buat dia, mbak mau periksa dia dulu.”
Jaehyun mengangguk dan meninggalkan keduanya.
Hani segera mendekati ranjang yang menjadi tempat Tzuyu berbaring. Kepalanya sedikit merasa pusing, efek bangun dari pingsan.
“Kamu baringan aja, gak pa-pa kok. Mbak tahu kepala kamu masih pusing,” respon Hani begitu cepat begitu melihat Tzuyu ingin duduk. Walaupun Hani menyuruhnya untuk tetap berbaring, tapi Tzuyu kekeuh pengen duduk.
“Mbak, saya udah baikan.”
“Nama kamu Tzuyu?” tanya Hani. Tzuyu menatap ke arahnya lalu mengangguk dengan lemah. “Tadi Jaehyun yang bawa kamu ke sini.”
“Saya digendong?”
“Hm, ala bridal,” Hani mengerling setengah menggoda sambil tersenyum.
Sekelebat imajinasi Tzuyu mulai bermain di otaknya. Karena tatapan sekaligus suara Hani yang mendorong sarafnya untuk membayangkan bagaimana ketika cowok itu menggendongnya ala bridal.
Yang pasti itu mampu membuat sudut bibir Tzuyu muncul, tertarik ke atas. Tanpa ia sadari kalau Hani sudah berdiri dan objek imajinasinya kini berdiri di sebelah ranjangnya dengan tangan yang membawa segelas air dan roti.
“Mengkhayalnya jangan terlalu tinggi,” suara Jaehyun mengintrupsi seakan sayap yang membawanya terbang ke atas tiba-tiba buyar dan menjadi abu. Seketika Tzuyu langsung jatuh dan tersadar akan kenyataan.
“Siapa juga yang mengkhayal?” sahut Tzuyu sewot.
Jaehyun memberikan segelas air di tangannya, “Minum dulu, otak lo masih perlu banyak oksigen.”
Disambutnya gelas itu, “M-makasih.” Gelas itu ia dekatkan ke bibir, air di dalamnya langsung ia teguk habis. Gelas berisi air telah kosong. Udara mendominasi ruang yang ada di dalam gelas, ia letakkan gelas itu di atas nakas.
Seiring dengan Jaehyun yang menyibak tirai pembatas antara bilik di mana Tzuyu berada dan bilik kosong di sebelah. Jaehyun berdeham, ia duduk di tepi ranjang kosong itu.
“Maaf, karena gue, lo pingsan.”
Tzuyu mengalihkan pandangannya dan mendapati Jaehyun sedang menatapnya.
“Kak, lo khawatir gak?”
“Kalo gue gak khawatir, kayaknya gue bukan manusia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Share House
Fiksi Penggemar"From housemate to soulmate." © caramelattea [24/11/19]