Part 13

2.1K 224 5
                                    

"Nyonya Jeon?"

Plakkk

Tamparan keras berhasil Nyonya Jeon layangkan pada pipi kiri Sohee. Takut, bingung, sedih, malu, semua rasa itu bercampur menjadi satu dalam benak Sohee saat ini. Ia mengusap pipinya yang mulai memerah, berusaha mengabaikan tatapan aneh orang yang lewat dan berbisik membicarakannya.

"Nyonya Jeon, apa yang saya lakukan sampai membuat Anda semarah ini?", kata Sohee. Kedua matanya mulai berair dan tangannya bergetar hebat, ia sangat ketakutan saat ini.

Dengan perlahan Mingyu menarik Sohee agar berlindung di belakangnya. Ia tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Seumur hidup pun ia tak pernah melihat Sohee diperlakukan buruk bahkan dengan keluarganya sendiri. Dan sekarang, kejadian yang baru saja ia lihat di depan mata kepala sendiri, membuatnya ingin marah semarah-marahnya.

"Anda siapa? Kenapa tiba-tiba menamparnya? Ini tempat umum, jika ada masalah tolong bicarakan baik-baik.", kata Mingyu yang berusaha mengatur nada bicaranya menjadi tenang mungkin. Meskipun kesal, ia tetap harus mengendalikan dirinya. Orang yang ia hadapi saat ini bukanlah preman atau penjahat yang harus dipukul untuk diberi pelajaran.

"Kau lebih baik diam jika tidak tahu apa-apa!", sentak Nyonya Jeon terlihat angkuh dengan telunjuknya yang menunjuk kedua mata Mingyu.

Sohee memberanikan diri untuk mendekat pada Nyonya Jeon meski Mingyu berusaha menahan tangannya agar kembali ke tempatnya. "Maaf Nyonya Jeon, bisa jelaskan apa yang terjadi? Saya tidak mengerti kesalahan yang saya lakukan..", lirihnya, tanpa sadar air mata telah membasahi pipi merahnya.

Dengan senyuman angkuhnya, Nyonya Jeon melipat kedua tangan di depan dadanya. Menatap Sohee dingin sembari tertawa kecil, "Bisa-bisanya kau masih bertanya apa kesalahanmu? Wanita tidak tahu diri sepertimu memang tidak pantas bersanding dengan putraku. Wonwoo berada Jepang karena sibuk bekerja, sementara kau malah bermesraan dengan pria lain? Konyol sekali.", katanya.

Mingyu mengerutkan dahinya. Tak habis pikir dengan alasan Nyonya Jeon yang menampar Sohee hanya karena kesalahpahaman ringan. Tak perlu membuatnya lama berpikir, ia langsung tahu bahwa Nyonya Jeon terkejut karena melihat dirinya mengusap noda ice cream di bibir Sohee. Seketika hal itu membuatnya tertawa, hingga Nyonya Jeon dan Sohee menatapnya heran.

"Apa yang Anda lihat tadi bukan seperti yang Anda pikirkan, Nyonya. Kami hanya berteman, bahkan saya sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Jika masih tidak percaya, Anda bisa bertanya pada keluarganya.", ucap Mingyu. Suaranya masih tenang, ia bahkan masih sempat menunjukkan cengirannya di depan Nyonya Jeon.

Raut wajah malu Nyonya Jeon tak lagi bisa disembunyikan. Kedua matanya menatap Sohee dan Mingyu bergantian.

"Benar Nyonya Jeon, Anda hanya salah paham. Saya mencintai Wonwoo, tidak mungkin jika saya melakukan hal seperti itu di belakangnya..", sahut Sohee, jemarinya berusaha menggenggam tangan Nyonya Jeon namun justru ditepis dengan cepat.

Setelah beberapa menit Nyonya Jeon diam tanpa kata, ia langsung pergi tanpa mengucap maaf. Gengsinya terlalu besar hanya untuk mengakui kesalahan yang diperbuat.

Mingyu terkekeh sembari mengamati Nyonya Jeon yang berjalan semakin menjauh. Menurutnya sangat lucu melihat seseorang yang malu karena ulahnya sendiri. "Jadi wanita tua yang galak itu adalah ibu Wonwoo?", celetuknya.

"Mingyu, jaga bicaramu..", ucap Sohee sembari mengemasi barang untuk dimasukkan ke dalam tasnya.

Mingyu kembali duduk di kursinya. Sejujurnya ia tak tahan membiarkan Sohee merasa tertekan akibat perlakuan buruk dari Nyonya Jeon. Di satu sisi ia ingin marah pada Sohee karena tindakan nekatnya yang menjalin hubungan dengan Wonwoo. Namun di sisi lain, ia tidak tega membuat Sohee semakin tertekan dengan kemarahannya. Bagi Sohee, Wonwoo adalah dunianya. Wonwoo mampu memberikan kebahagiaan yang tak bisa ia berikan. Untuk itu, ia tidak ingin merusak kebahagiaan Sohee meski dirinya harus menahan rasa sakit dan memendamnya sendiri.

Daddy! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang