Part 25

1.8K 163 12
                                    

Wonwoo berjalan cepat menyusuri lorong yang menghubungkan ruang meeting dengan ruang kerjanya. Seperti biasa, Wonwoo sangat sibuk dengan urusan perusahaannya. Berangkat pagi dan pulang larut malam merupakan hal yang biasa baginya. Karena hal itu, ia jadi sulit meluangkan waktu untuk keluarganya.

Pernikahannya dengan Sohee kini telah berjalan lebih dari satu tahun lamanya. Karena kesibukan keduanya, hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa Sohee akan dikaruniai seorang anak. Namun Sohee selalu menanti keajaiban jika suatu saat dirinya dan Wonwoo akan dikaruniai seorang anak.

Wonwoo sangat menginginkan seorang anak dari istrinya, Sohee. Saat berbelanja untuk keperluan Sua dan Suji, Wonwoo selalu berdiri cukup lama hanya untuk menatap satu per satu pakaian bayi yang terpajang. Hal itu tentu membuat Sohee merasa sedih mengingat dirinya belum mampu memberikan apa yang Wonwoo inginkan.

Keduanya sangat sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. Saat pagi hari, Sohee selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan bagi Wonwoo dan kedua putrinya. Setelah itu, Wonwoo maupun Sohee selalu bergantian untuk mengantar Sua dan Suji ke sekolah, bahkan jika Sohee sedang sibuk-sibuknya ia meminta bantuan Jeonghan untuk menjemput Sua dan Suji saat pulang sekolah.

Sohee sibuk mengurus berbagai cabang baru dari restaurant maupun cafe miliknya sedangkan Wonwoo disibukkan dengan urusan kerjasamanya dengan perusahaan besar lain bahkan tak jarang Wonwoo pergi ke luar negeri karena urusan bisnis.

Saat pulang bekerja pun Wonwoo hanya dapat melihat Sua dan Suji yang sudah tertidur pulas di kamarnya. Pulangnya yang selalu larut malam membuat dirinya sulit untuk melihat perkembangan Sua dan Suji selama satu tahun terakhir ini. Waktunya lebih banyak ia habiskan di perusahaan. Dan kini Wonwoo menyadari, ia merasa semakin jauh dengan keluarganya.

Langkah Wonwoo terhenti di ruangan Mina. Ia mengetuk pintu untuk memastikan Mina ada di dalam ruangannya.

"Masuklah.."

Wonwoo melangkah masuk ke dalam ruangan Mina. Map berwarna hitam yang sejak tadi digenggamnya ia serahkan pada Mina.

"Tolong selesaikan ini."

Mina membolak balik kertas dari dalam map yang baru saja Wonwoo berikan.

"Kau bisa menyelesaikannya sebelum kita berangkat ke Jepang kan?", tanya Wonwoo yang masih berdiri menunggu jawaban Mina.

"Tentu, akan kupastikan ini bisa selesai dengan cepat.", jawab Mina tersenyum meletakkan map pada tempat kosong di mejanya. Saat ia mendongak untuk melihat Wonwoo, senyumnya langsung memudar. Dahinya mengernyit ketika mengamati wajah pria yang saat ini ada di hadapannya.

"Mukamu pucat sekali. Apa kau sakit?", tanyanya yang seketika tampak begitu khawatir.

"Mungkin karena menunda makan. Tidak apa, aku baik-baik saja.", jawab Wonwoo selalu tidak ingin menunjukkan jika dirinya sebenarnya sedang sakit.

Bibirnya yang pucat, wajahnya yang sedikit mengeluarkan keringat dingin dan matanya yang sayu membuat Mina langsung berdiri dari kursinya untuk segera memeriksa suhu badan Wonwoo. Mina menyentuh dahi Wonwoo dengan punggung tangannya.

"Sepertinya kau demam, duduklah Wonwoo", Mina menarik tangan Wonwoo untuk duduk di sofa ruangannya.

"Hm.", jawab singkat Wonwoo yang tengah duduk dengan memejamkan matanya. Kepalanya pusing hingga tidak lagi sanggup untuk duduk tegap sehingga ia harus menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa.

"Apa kau tidak mau ke rumah sakit? Aku khawatir denganmu", Mina mengambil sebuah selimut dari lemari kecil yang terletak di sudut ruangannya. Lemari itu ia gunakan untuk menyimpan beberapa pakaian, kotak obat, bahkan selimut untuk berjaga-jaga jika dirinya sakit. Dan perlengkapannya saat ini berguna bagi Wonwoo.

Daddy! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang