Part 35

1.7K 147 2
                                    

"Sohee-ya. Kenapa kau tidak menceritakannya sejak awal?"

"Maaf oppa, saat itu aku merasa sanggup mengatasi masalah dengan caraku sendiri. Aku sengaja tidak bercerita padamu karena kau pasti akan marah besar. Dan setelah itu aku pikir masalahnya sudah selesai, tapi ternyata Wonwoo membuat kesalahan yang lebih besar untuk kedua kalinya dan.. aku tidak menyangka jika akan berakhir seperti ini. Maaf aku sudah membuatmu kecewa..", jawab Sohee menundukkan wajahnya. Ia tak berani menatap Jeonghan yang terlihat sedang marah padanya.

"Hubungi Wonwoo dan bicaralah pada appa dan eomma. Aku akan mengantarmu. Serahkan Sua Suji padaku.", jawab Jeonghan tanpa merespon permintaan maaf Sohee.

"T-tapi oppa.."

"Turuti perkataanku Sohee."

"B-baik", jawabnya.

Sohee tak pernah berani melawan Jeonghan saat sedang marah padanya. Kemarahan Jeonghan adalah satu-satunya hal yang paling menyeramkan baginya. Dari sisi luar Jeonghan memang terlihat senang bermain-main dan tidak pernah serius saat menanggapi sesuatu, namun jika ia sedang marah, ekspresi dan sikapnya akan berubah 180 derajat. Tingkat keseriusannya menjadi dua kali lipat lebih besar dari biasanya. Karena hal itu, tidak akan ada yang berani mendekat pada Jeonghan saat dirinya sedang marah, kecuali Sua dan Suji.

"Ah kalian sudah siap? Ayo kita berangkat sekarang", ucap Jeonghan pada Sua dan Suji yang sudah bersiap membawa ransel untuk segera pergi.

"Kajja!", sahut Sua Suji kompak.

Sohee mengambil tasnya dan mengikuti mereka dari belakang.

Selama perjalanan, Sohee sama sekali tak berbicara. Ia hanya menatap kondisi jalanan yang mulai padat di pagi hari. Ia bahkan tak berani melirik Jeonghan yang masih menyetir dengan memasang wajah seramnya.

"Kita sudah sampai. Segera kabari aku jika urusanmu sudah selesai.", ucap Jeonghan saat memasuki halaman rumah orang tuanya dan Sohee.

"Hmm", Sohee melepas seatbelt dan mencium pipi kedua putrinya sebelum keluar dari mobil.

"Dah mommy!", teriak Sua Suji dengan melambaikan tangannya pada Sohee.

"Hati-hati sayang", Sohee melambaikan tangannya. Setelah mengamati mobil Jeonghan yang semakin menjauh, dirinya langsung beranjak dari tempatnya untuk masuk ke dalam rumah.

Sohee mengetuk pintu dengan ragu. Ada perasaan takut dari dalam dirinya yang muncul secara tiba-tiba. Perasaan itu muncul karena ia takut membuat orang tuanya kecewa padanya. Namun, semua sudah terjadi. Wonwoo telah menyetujui keputusannya untuk berpisah. Mau tidak mau Sohee harus berkata jujur pada ayah dan ibunya.

"Eoh? Sohee-ya.. Masuklah"

Sohee begitu lega saat melihat ibunya yang membukakan pintu untuknya.

"Eomma aku merindukanmu", Sohee memeluk ibunya dari arah belakang.

"Omo, tiba-tiba?"

"Hmm, ngomong-ngomong di mana appa?", tanyanya masih mengikuti ibunya yang berjalan menuju dapur.

"Appamu sedang ada di ruang kerja. Sejak kemarin dia begitu sibuk karena ulah kakakmu yang membuat kesalahan kecil di perusahaan. Masuklah.. Kebetulan eomma sedang membuat kue untuk Sua dan Suji yang akan kesini setelah dari taman hiburan", jelas ibu Sohee yang mengelus rambut anaknya.

"Ah.. Kalau begitu nanti saja aku akan menemui appa jika pekerjaannya sudah selesai. Dan sekarang aku ingin memeluk eomma!", ucap Sohee kembali memeluk ibunya.

"Tumben sekali kau manja dengan eomma..", jawab ibu Sohee tersenyum.

"Eomma?"

"Kenapa? Apa kau ada masalah? Ceritakan pada eomma. Jangan pernah memendam masalah sendiri"

Daddy! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang