Part 45

3.2K 168 6
                                    

"Daddy! Daddy! Aaaaa!"

Suji melarikan diri dari kejaran Sua dan bersembunyi di balik Wonwoo.

"Hey hey hati-hati, jangan sampai terjatuh.", ucap Wonwoo dengan kedua tangannya yang ditarik kesana kemari oleh Suji.

"Suji awas kau ya!", sahut Sua sembari mengejar saudara kembarnya.

Sohee yang tengah duduk menemani Daeshim seketika tertawa melihat Wonwoo yang berusaha melerai Sua dan Suji.

Cuaca kali ini telah mendukung keputusan Wonwoo dan Sohee untuk mengajak anak mereka menikmati udara segar di taman kota. Bagi Wonwoo, memanfaatkan waktu libur dengan bermain di taman luas dan hijau adalah pilihan tepat untuk menyegarkan kembali pikiran yang sudah dipaksa bekerja selama waktu yang tak terkira.

"Mamamama.."

"Eoh? Wonwoo kemarilah..", panggil Sohee pada suaminya.

"Ada apa?"

"Aku mendengar Daeshim bicara!", seru Sohee.

"Hm? Daeshim, ayo bicara lagi?", ucap Wonwoo sembari menarik perhatian Daeshim dengan memainkan kedua tangan mungilnya.

"....."

"Daeshim sayang, ayo katakan lagi..", tambah Sohee namun tak dihiraukan oleh Daeshim.

"Apa kau benar-benar mendengarnya?", tanya Wonwoo ragu.

"Iya aku mendengarnya.. Aku tidak salah dengar. Percayalah padaku..", rengek Sohee.

Wonwoo terkekeh, "Aku percaya. Mungkin dia memang belum ingin memperlihatkannya padaku.", katanya.

"Kau mau menjahili mommy ya..", canda Sohee lalu mencium pipi gembul Daeshim.

Wonwoo memejamkan mata sembari menghela nafasnya pelan. Ia menjadikan pundak Sohee sebagai sandaran. Sohee tersenyum, ia menatap wajah Wonwoo yang masih terlihat damai ketika memejamkan mata. Tangan halusnya membelai rambut Wonwoo yang sesekali beterbangan tertiup angin.

"Kurasa kita sudah berhasil melalui perjalanan yang sangat panjang untuk sampai disini.", celetuk Wonwoo sembari membuka kedua matanya, memandang Sua dan Suji yang masih saling mengejar satu sama lain.

"Benar, perjalanan kita dimulai saat aku bertemu denganmu di makam Seungcheol oppa. Dan saat Suji memuji ketampananmu, itu benar-benar membuatku malu.."

Wonwoo tersenyum, "Hm, aku bisa melihat wajahmu yang memerah saat itu.", sahutnya.

"Ah.. juga saat pertama kali melihatmu, kupikir kau adalah orang yang sangat dingin dan menakutkan karena tatapanmu bisa membuatku merinding.."

"Hahaha ternyata anggapanmu sama dengan karyawanku. Tapi sebenarnya kau setuju kan kalau aku tampan? Kau bahkan langsung mengikuti SNS ku.", balas Wonwoo.

"Ah.. ahaha aku ingin menjelaskan soal itu. Saat aku melihat profil SNS mu, tiba-tiba ponselku terjatuh mengenai hidungku. Aku tidak sadar jika hidungku lah yang menekan 'follow' pada akunmu dan ya.. begitulah. Itu semua tidak sengaja", sanggah Sohee dengan menepuk-nepuk hidung Wonwoo.

"Aku kecewa."

"B-bukan seperti itu maksudku tapi-"

Chu

"Aku mengerti.", ucap Wonwoo setelah bibirnya berhasil mendarat sekilas di bibir Sohee.

"Hish, kau ini selalu memotong pembicaraan dengan menciumku!", sahut Sohee lalu memukul dada Wonwoo kesal.

"Maaf.", Wonwoo menyengir.

"Setelah itu kita bertemu di cafe. Jujur saja saat itu aku masih malu untuk melihatmu. Dan tiba-tiba wanita ular itu datang. Kupikir dia kekasihmu.. ternyata kalian dijodohkan"

Daddy! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang