25 b

2.3K 65 6
                                    

“Enggak apa-apa, kita usaha lagi. Jangan sedih. Oke?” Arya menarik  Amira  dalam pelukannya. Mengusap punggung wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sembari mengucapkan kata-kata ‘ tidak, apa-apa ‘ sebagai  kalimat yang ia gunakan untuk menghibur Amira yang sedang bersedih. Arya membiarkan Amira menangis dalam pelukannya sepuasnya.

“Mama dan papa bagai mana? Mereka pasti sedih Jika tahu hal ini" tutur Amira. “ mereka orang yang paling semangat ketika itu. Tapi kenyataannya sampai saat ini aku belum juga isi. Pasti mereka sedih “ tambahnya

“Aku yakin mereka akan mengerti. Aku bisa jamin itu. Dan lagi,  kita sudah punya Arzky. Jadi,  kita pulang saja” tutur Arya yang membawa Amira meninggalkan ruangan seorang dokter kandungan, tempat beberapa saat lalu Arya menemani Amira untuk memeriksakan kandungannya atas usul sang mama.

Yang merasa curiga tentang hal-hal yang menurutnya aneh pada diri Amira, selepas liburan mereka. Mamanya mengatakan kalau beberapa hari ini Amira sering muntah di pagi hari dan juga makan buah-burhan yang cenderung masam dari pada buah yang lebih manis.

Yang langsung membuat pemikiran mama Arya tertuju pada satu kesimpulan jika saat itu Amira sedang hamil.  Tentu saja Arya yang mendengar itu ketika ia baru saja pulang dari perjalanan bisnis ke jepang. Tentu saja sempat terdiam untuk beberapa saat. Jiwanya serasa terguncang saat Membuatnya jadi tulisan bodoh untuk beberapa saat.

Tentu saja. Saat itu Arya tidak bisa menolaknya. Dan jujur ketika mendengar kemungkinan saat itu Amira hamil. Tak dapat di pungkiri jika pun merasakan sesuatu hal yang tidak bisa di jelaskan.

Sesaat bayangan yang sempat muncul ketika menuju rumah sakit. Membuatnya tersenyum bahkan waktu itu Arya sudah membayangkan akan bagaimana wajah anaknya nanti, apakah akan mirip dengannya atau akan jauh lebih mirip dengan Amira? Bahkan Arya juga sudah berencana untuk memberikan beberapa aset baru yang akan dia Berikan pada anaknya nanti. Sama ketika Arya memilik Arzky. Arya bahkan sudah memberikan beberapa Aset yang sudah ia atas namakan Arzky.

Mungkin Bagi kebanyakan orang Arya terlalu dini dalam membagikan harta yang ia miliki. Tapi Arya hanya ingin menjamin jika kelak anak-anaknya akan hidup dengan nyaman dan tak perlu menghadapi kesusahan yang berarti, sampai mereka nantinya bisa mengelola aset itu sendiri. Maka sebagai wali mereka Arya akan menjaga dan mengelolanya sebaik mungkin sampai saatnya tiba saat Arzky dan adik-adiknya nanti dewasa.

Bahkan Arya sudah bisa membayangkan bagaimana nanti ketika Mereka semua dewasa. Arzky pasti akan jadi seorang kakak yang baik dan bisa di andalan suatu saat nanti. Terlepas dari kenyataan Arzky adalah anak adopsi. Tapi baginya dan Amira Arzky adalah putra mereka. Cucu sah dari keluarga mereka.

Bahkan, Arya dan Amira tidak akan menutup tutupi tentang identitas Arzky jika kelak nanti anaknya itu akan bertanya. Dan meskipun saat itu Arzky tidak bertanya arya dan Amira akan tetap memberi tahun kan kebenaran itu, siasat mereka merasa jikalau Arzky sudah mereka anggap cukup usia dan siap acara mental untuk mendengarkannya.

“Ayo, enggak apa-apa" Arya mengerahkan genggaman tangannya di tangan Amira. Memberikan kekuatan pada wanita itu. Dan mencium keningnya sesaat sebelum mereka turun dari mobil. Dan masuk bersama ke rumah. Di mana saat ini pasti semua orang tengah menunggu mereka berdua.

Namun, keraguan Amira kembali Muncul, membuat langkah kakinya terhenti untuk sesaat, ketika ada di depan pintu. Rasanya Amira ingin berlari sejauh mungkin dari pada harus melihat wajah kecewa semua orang.  Tapi, lagi dan lagi Arya meyakinkan dirinya untuk ke sekian kalinya.

“Sayang... “

“Apa kata dokter?”

“Kamu hamil kan?”  Amira hanya merunduk ketika di harapkan dengan pertanyaan itu. Mama Arya yang melihat sikap Amira pun langsung melemparkan tatapannya pada sang putra. Seolah meminta penjelasan, apa yang sebenarnya terjadi saat di rumah sakit

“Mama baca sendiri....” tutur Arya memberikan selembar kertas yang ia keluarkan dari dalam jasnya

Dengan rasa penasaran akhirnya mama Arya menerima kertas itu dan membukanya, sesekali matanya mencuri pandang pada dua orang di depannya.

Lalu, dengan  serius mama Arya membaca surat itu tanpa terlewat satu kalimat pun di kertas itu. Terdengar helaan nafasnya yang terdengar berat setelahnya.

Hingga mata mama Arya tertuju pada sebuah kesimpulan dimana Amira mengalami tukak lambung. Yang mengakibatkan mual dan muntah di pagi hari atau ketika memakan-makanan

Amira pikir mertuanya itu marah, jadi Amira mempersiapkan hatinya untuk menerima kemarahan tersebut.

Tapi..

Hal tak terduga pun terjadi. Dimana mama Arya justru memeluk Amira. Di saat Amira pikir dia akan mendapatkan luapan Amarah dari mama mertuanya karena sampai saat ini Amira belum bisa memberikan beliau seorang cucu . Padahal Amira sangat tahu kalau mama mertuanya itu sangat mendambakan cucu dari mereka. Terlebih Arya adalah anak pertama..

“ Jangan sedih, mungkin hari ini belum rezeki.  Jadi jangan sedih, toh kamu jauh lebih beruntung dari mama. Kamu masih punya Arzky . Dulu waktu mama menikah dengan papanya Arya kemi baru di kasih kepercayaan setelah 5 tahu menikah. ”jelasnya

Dan pelukan yang di berikan mama mertuanya itu seakan mengangkat  semua rasa khawatir dan kesedihan yang sejak tadi melanda Amira. Sebuah pelukan dan juga kalimat penyemangat.

Lalu, tanpa bisa di Bendung lagi, tangis Amira kembali pecah untuk kedua kalinya di hari ini.  Sedangkan dua orang pria di belakang mereka hanya diam dan menonton, Solah tidak ingin ikut campur. Membiarkan dua wanita itu menyelesaikan masalah mereka.

Karena wanita tahu bagaimana menghibur wanita lain. Itulah yang membuat para wanita spesial

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

jodoh (Wedding Day)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang