Amira tengah menyiapkan kebutuhan Arzky untuk pergi ke posyandu setiap 2 minggu sekali setiap hari Senin, yang secara kebetulan jadwal kuliah Amira hari itu juga masuk jam siang. Jadi ia bisa mengantar Arzky untuk di timbang dan juga hari ini kebetulan juga ada pembagian vitamin dan imunisasi untuk para bayi dan balita, di tempat posyandu Arzky .
Tapi, kali ini ada yang berbeda dari pada yang sebelum-sebelumnya. Jika biasanya Amira hanya datang seorang diri atau di temani ibu mertuanya. Kali ini untuk pertama kalinya. Arya menemani Amira ke posyandu.
Arya bilang dia ingin menemani Arzky untuk imunisasi. Arya bilang dia ingin sedikit meringankan perkerjaan Amira, apa lagi biasanya, bayi akan rewel setelah di imunisasi.
Tapi, lihatlah, bukannya membantu meringankan pekerjaan Amira, arya justru bertindak sebaliknya, pria itu pingsan kala melihat jarum suntik yang akan digunakan untuk imunisasi Arzky. Dan itu menimbulkan kehebohan di posyandu.
Dengan adanya kejadian tersebut membuat Amira tahu suaminya memiliki trauma, yang berubah menjadi fobia pada jarum suntik...
“Kakak yakin sudah baikkan?” tanya Amira cemas, ketika melihat Arya masih sedikit pucat sambil terus mencoba menenangkan Arzky yang menangis sehabis imunisasi.
“Aku, enggak papa kok sayang. “ Arya mencoba untuk bangun dari tidurnya. Dengan perlahan ,meskipun sejujurnya Arya masih sedikit pusing, tapi melihat Amira yang tampak kerepotan membuatnya tidak tega kalau harus membuat istrinya Itu makin cemas. “ aku benar sudah lebih baik “Arya mencoba meyakinkan Amira..
“Tapi, benar? Kakak sudah baikkan? Kalau belum merasa baik, Amira bisa telepon orang rumah untuk jemput kita, Amira enggak tega lihat kakak, seperti ini. “raut wajah cemas terlihat begitu jelas belum sepenuhnya hilang meski Arya sudah siuman .
“bagaimana? Apa Arzky sudah selesai?” Arya mencoba mengalihkan pembicaraan dengan topik lain.
“Sudah, tapi, kata bidangnya Arzky akan rewel seperti ini selama 6 jam ke depan jadi tidak perlu terlalu cemas, kita hanya perlu terus mendampinginya...” jelas Amira.
“ Kakak kenapa tersenyum? Memangnya ada yang salah dengan apa yang Amira katakan? “ Amira kebun bunga ketika Arya tersenyum setelah mendengar penjelasnya, membuat Amira berpikir, apa ada yang ia salah bicara atau ada yang terlewat.
“ kamu, sudah seperti seorang ibu sungguhan" ujar Arya
“ Amira memang seorang ibu ibunya Arzky “ jawab Amira yakin.
“ dan aku ayahnya...” lanjut Arya . Yang mengubah suasana yang sedikit tegang tadi berubah menjadi lebih cari sedikit.
☆☆☆
Tapi, sayangnya semua tampak belum baik-baik saja..., terlebih ketika mereka berdua keluar dari ruangan dimana tempat Arya di bandingkan ketika pingsan. Bayak perkataan orang-orang yang cukup membuat telinganya menjadi panas. Bayak sekali orang-orang di tempat itu membicarakan mereka, apa lagi yang ada di sana rata-rata adalah kaum ibu yang suka mengomentari hidup orang lain.
Dan sepanjang jalan, tak terhitung berapa orang yang menjadikan Amira istrinya sebagai bahan gunjingan. Tentu saja Arya tidak suka itu. Terlebih lagi orang -orang itu bersikap seolah mereka tahu lebih baik dari orang yang mereka bicarakan dari pada orang itu sendiri.
Banyak sekali yang mereka katakan, mulai dari Amira yang hamil di luar nikah karena punya anak di usianya yang masih muda. Cantik-cantik tapi tidak bisa jaga diri sampai hamil duluan. Dan masih bayak lagi..
Dan itu membuat Arya geram dan ingin rasanya memberi pelajaran pada mulut pedas mereka. Bagaimana mereka bisa bicara dan mengatakan sesuatu hal yang tentu saja tidak benar.
Apa mereka begitu tidak punya pekerjaan yang bisa mereka lakukan dari pada harus membicarakan tentang hidup Orang lain?. Mau Amiranya seperti apa, itu bukan urusan mereka. Karena yang tahu kenyataannya yang sebenarnya adalah Arya.
Yang jelas Amira itu punya suami. Dan tidak hamil di luar nikah dan yang lebih penting lagi Amira tidak pernah merebut siapa pun dari siapa pun!
Tapi, sayangnya Arya tidak bisa mengatakan itu semua dan mengatakan pada orang yang ada di sana kalau orang mereka cari yaitu suaminya Amira saat ini ada di sampingnya .
Tapi, Amira menahannya. Itu semua karena Amira yang meminta. Dan Arya harus menurutnya karena apa yang Amira katakan memang ada benarnya.
Dimana mereka hanya punya sepasang tangan dan tidak bisa untuk menutup mulut semua orang yang membicarakan mereka..
Jadi percuma saja kalau mereka berdua menjelaskan tentang yang sebenarnya terjadi dan mengatakan sebenarnya. Karena orang sudah terlalu percaya dengan berita yang bohong dari pada berita yang sebenarnya terjadi....
Lalu, ketika sampai rumah Arya langsung bertanya pada mamanya tentang gosip yang ia dengar tadi ketika mengantar Amira dan Arzky. Dan mamanya mengiyakan apa yang Arya tanyakan.
Tentu, saja. Arya marah pada mamanya kala tahu hal itu. Ia marah karena ada hal seperti ini dia tidak tahu. Bagaimana bisa orang-orang itu bicara dengan begitu bebasnya dan tanpa mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya terlebih dahulu.
“Kenapa mama tidak membela, atau meluruskan tentang hal itu. “marah Arya pada mamanya
“mama sudah menjelaskan, tapi memang dasarnya mereka tidak mau percaya. Jadi percuma saja kalau kita menjelaskan sampai berbusa kalau mereka lebih percaya tentang berita bohong. “ jelas mamanya
“Oke, kalau begitu yang terjadi. Sekarang aku punya keputusan Dan kamu sayang. Harus mau melakukannya dan tidak boleh protes, dan aku harap ini adalah hari terakhir kamu datang ke tempat itu.” Jelas Arya
“tapi... kak" potong Amira
“ tidak , ada tapinya sayang. Ini semua demi kamu. Kakak enggak mau ada orang yang bicara yang tidak baik tentang kamu, dan yang lebih menyebalkan lagi. Kalau orang itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi aku tidak ingin telingaku akan jadi panas karena ucapan mereka yang menjelekkan kamu, dan aku tidak suka itu. Jadi.... mulai bulan depan kakak akan meminta dokter anak khusus untuk memantau perkembangan Arzky secara intens “ putus Arya.
“Ia, mama juga setuju. Mama juga sampai geram sendiri kalau mendengar omongan mereka yang seakan tahu segalanya” Ratih yang tampak setuju dengan apa yang di rencanakan oleh Arya. Jujur saja ia sudah menyarankan hal ini pada Amira beberapa waktu lalu. Tapi Amira terus saja menolak. Dengan berbagai alasannya yang membuatnya bingung harus membujuk Amira dengan apa lagi. Padalah keluarga mereka punya banyak sekali dokter-dokter terbaik dari semua bidang. Termasuk dokter anak Amira tinggal sebut saja siapa dokter anak yang ia mau, maka sudah pasti akan di penuhi.
“ apa itu tidak terlaki berlebihan “ ucapan Amira terdengar seperti meminta Arya memikirkan kembali apa yang baru saja ia katakan. Apa lagi. Seorang dokter pribadi itu bukan hal murah.
“Jangan pusing kan tentang uang, sayang.... “
“Uang bukan masalah, yang penting kamu bahagia...
KAMU SEDANG MEMBACA
jodoh (Wedding Day)
RomansJodoh, bisa datang kapan saja. Dimana saja. Bahkan dengan cara yang tak terduga. Cara-cara, indah sang maha kuasa. yang begitu misterius dan tak bisa di tebak. Yang tertata begitu sempurna... "Assalamualaikum, wahai Amira Aisyah Putri.... Maukah k...