22

1.7K 68 4
                                    

Saat ini Amira terlihat begitu cemas, pasalnya setelah tidur siang tadi sampai hampir malam Arzky terus saja menangis, padahal sudah di ganti pokoknya,  di beri susu tapi masih saja menangis. Membuat Amira jadi ikut sedih dan tanpa sadar ikut menangis.

“ sudah dong anak pintar jangan menangis  terus, kalau kamu menangis bunda jadi sedih" ucap Amira yang masih mencoba menenangkan Arzky yang tampaknya belum mau berhenti menangis

“Sayangnya, bunda jangan menangis, kamu mau apa sih sayang ...”

“ di kasih susu  enggak mau"

“ popok sudah bunda ganti, tapi kamu masih saja menangis  bunda bingung harus berbuat apa supaya kamu mau berhenti menangisi, “ Amira menyeka air matanya sambil menggendong Arzky jalan-jalan ke dekat  jendela, barang kali Arzky mengisi karena getah. Tapi itu juga tampaknya percuma Arzky masih saja menangis.

Yang membuat Amira semakin bingung. Amira hanya takut terjadi sesusut pada putra kecilnya yang terus mengisi tanpa sebab selama berjam-jam

Tok... tok...

Suara pintu kamar Amira yang di ketok dari luar, mungkin itu beberapa orang rumah yang merasa terganggu karena Arzky yang tak hentinya menangis “ ibu sama bak masuk ya" tanya Niar dari balik pintu

“Masuk saja, Bu, kak. Pintunya enggak di kunci” jawab  Amira dengan suara paruh, khas orang yang baru saja menangis sambil terus mencoba menenangkan Arzky

“ ibu... Amira harus bagaimana “ Amira mengadu pada ibunya “ Arzky dari tadi tidak mau berhenti menangis “ tutur Amira sedih

“ sudah, sudah sekarang kamu tenang dulu. Kalau kamu juga sedih Arzky nanti makin rewel “ ujar Retno memberikan Arzky pada Niar. Siapa tahu kalau di gendong Niar Arzky bisa lebih tenang. Apa lagi Retno tidak tega melihat putrinya yang terlihat begitu sedih karena belum bisa menenangkan Arzky sejak tadi

“Kamu minum dulu “ Retno tampak Memberikan segelas Air untuk Amira minum agar Amira setidaknya bisa sedikit lebih tenang. Tapi Amira belum bisa tenang saat mendengar tangisan Arzky “ibu...” panggil Amira dengan suara sedih

“ Tenang...” ucap Retno yang masih mencoba untuk  menenangkan Amira sambil mengusap pundak putrinya dengan lembut

“ Biar mbak mu yang coba menenangkan Arzky, percaya saja...” imbuhnya

Tak berapa lama kemudian suara tangis Arzky sudah tidak terdengar lagi “tu, dengar  Arzky sudah berhenti menangis. Jadi, anak ibu juga jangan sedih lagi “ yang di jawab anggukan oleh Amira

“dari tadi ibu lihat Amira apa pun, jadi ayo turun makan dulu “tawar Retno  sambil membawa Amira keluar dari kamar. Amira tidak menolak sama sekali ajakan sang mama.  Karena memang Amira sudah melewatkan jam makan siang dan malam malamnya karena terlalu mencemaskan Arzky yang terus saja menangis sejak tadi. Bahkan sekarang Amira bisa merasakan kalau mulutnya sudah terasa Asam. Akibat asam lambung yang mulai naik.

Sedangkan ketika turun Amira melihat kakak ipar dan kakaknya sedang bermain dengan Arzky yang sudah tenang di gendongan mas Ardi bahkan bayi 6 bulan itu tampak tertawa bahagia ketika gembira ketika di ajak bermain dengan Mas Ardi

“Kayaknya Arzky itu kangen sama papanya deh,  lihat saja sekarang langsung diam begitu tadi mbak kasi masmu" Niar yang menghampiri Amira yang melihat dari Arah tangga bersama sang mama.

“Ia, nih, lihat Arzky senang banget sama mas. Berati dia beneran kangen sama papanya. Apa kamu seharian ini enggak ada kontak sama suamimu? “ Amira tampak terdiam ketika mendengar pertanyaan Ardi. Membuat Amira terdiam untuk beberapa saat.

“... ya sudah, nanti sehabis makan, kamu telefon Arya kasihan Arzky kayaknya kangen banget sama papanya “ Ardi tampak mengerti dengan diam yang Amira tunjukan. Makanya dia tak memaksa Amira untuk menjawab pertanyaannya.  Mungkin saja Amira tidak nyaman jika masalahnya dengan Arya di ketahui orang banyak. Yang di jawab anggukan oleh Amira

“Kamu makan saja dulu, biar mas yang jaga Arzky lagian Erga juga senang kayaknya juga senang banget main sama Arzky.” Tambah Ardi. Sebelum membawa Arzky dan Erga bermain di ruang tengah yang lebih luas.

Amira makan dalam kesunyian.  Pikirannya tidak di tempat. Melainkan selaku memikirkan Arya. Jujur saja Amira sendiri merasakan apa yang Arzky rasakan  sangat rindu Arya, suaminya itu.

Mungkin Amira bisa bilang tidak rindu pada Arya tapi sayangnya putra kecilnya itu lebih tahu kalau bundanya sedang membohongi diri sendiri

“loh, sayang makanya kok sedikit" tegur Retno ketika melihat Amira yang tidak meninggalkan meja makan, padahal baru saja makan beberapa sendok

“ Amira kenyang, Bu" jawab Amira sopan

“Tapi nanti kalau kamu lapar, kamu makan.  Nanti ibu simpan makannya di kulkas. Jadi kalau lapar tinggal kamu jangankan saja" Amira mengangguk sebagai jawabannya

Sedangkan di ruang tengah terdengar suara riuh yang tercipta antara mas Ardi, mbak Niar papa serta Erga yang tampak begitu bersemangat saat memberikan semangat pada Arzky yang saat ini sedang mencoba untuk berjalan walau masih berpegangan pada sesuatu agar tidak jatuh.

Tak jarang juga terdengar suara kecewa ketiak Arzky kembali merangkak ketika sudah mendapat 2 langkah pertamanya. Dan Arzky yang justru tertawa ketika mendengar suara Kecewa semua orang, seakan bayi mungil itu puas membuat semua orang kecewa

Amira menghampiri mereka semua, “anak gantengnya bunda lagi apa sih, kok kelihatannya senang banget begitu" ucap Amira. Sedangkan Arzky yang tahu kedatangan Amira langsung mengambil posisi merangkak, lalu merangkak cepat ke arah Amira dengan wajah yang bahagia seakan menyambut ke tayangan Amira

“Da... “ satu kata itu terlontar dari mulut Arzky saat sudah ada di gendongan Amira. Sedangkan Amira tampak menaikkan satu alisnya mencoba memahami apa yang sedang Arzky katakan

“kamu, ngomong apa sih sayang, bunda enggak mengerti ...” tanya Amira  sambil menciumi bagian ketek Arzky membuat bayi itu tertawa

“Da...” panggil  Arzky lagi ketika tak ada respons dari Amira

“ Mungkin bunda kaki maksudnya dek" seru Niar

“Bunda maksud kamu...”tanya Amira memperhatikan Arzky.

“Da... Da..” ulang Arzky sambil terbawa, entah karena senang bahwa bundanya sudah memahami maksud dari kalimatnya yang masih minim tersebut

Tentu saja semua orang di sana bahagia dan tertawa bersama. Melihat tingkah lucu Arzky .

~~~

Sedangkan di rumah, Arya tampak gusar dan tidak tenang. Ia bahkan tidak bisa tidur, saat Arya mencoba memejamkan mata yang terbayang di pikirannya Amira dan Arzky. Selalu itu yang terus musik di pikirannya.

Membuat Arya berasumsi kalau ia tidak cepat berbaikan dengan Amira Arya bisa benar-banar sekarat karena terlalu merindukan mereka berdua.

Baru 2 hari ditinggal hidupnya sudah kacau balau seperti ini. Bagaimana dengan 5 hari ke depan. Bisa-bisa Arya jadi linglung..

Sekarang Arya baru tahu kenapa papanya tidak bisa berkutik dan Selalu mengalah serta menurut pada ucapan mamanya. Yang dulu Arya kira papanya itu terlalu takut pada mamanya sampai menuruti semua yang mamanya katakan. Bahkan seperti budak cinta.

Karena setiap mamanya bilang A papanya selalu saja setuju. Dan dulu Arya menertawakan hal itu, bahkan Adiknya pun sama. Saking Cintanya dengan Zara, Dias bahkan selalu menjawab panggilan Zara sebelum berdering untuk ke 3 kali.

Dan kini Arya seperti kena batunya sendiri karena terlalu sering menertawakan papa dan adiknya.

Sekuat, seberkuasa apa pun  seorang pria pasti akan tetap tunduk jika sudah bertemu dengan Wanita yang dicintainya.

Kembali ke rumah keluarga Amira.

Amira membawa Arzky ke kamar untuk tidur karena hari sudah larut. Setelah mengganti pakaian Arzky dan juga popok.

Amira meraih ponselnya yang ada di atas meja yang ada di sampingnya, Amira tampak membuka kunci ponselnya dan menuju pada menu dan memencet satu kontak untuk melakukan panggilan video call..

Tak perlu menunggu lama panggilan tersebut langsung di jawab dan menampakkan wajah orang yang Amira hubungi

“Assalamualaikum,  kak" ucap  Amira membuka percakapan

“Waalaikumsalam....” jawab  Arya dengan penuh semangat

“Ada apa sayang...”

“Kamu kok belum tidur? “

“Ini  kan sudah malam “ tanya Arya basa-basi

“Ini, mau tidur, tapi...” Amira yang tampak ragu

“Tapi apa? “

“Bilang saja , enggak perlu ragu “ bujuk Arya

“Ah....ah...”suara Arzky berteriak kegirangan seakan tahu kalau itu suara ayahnya yang sedang berbicara

“Arzky, belum tidur sayang" tanya Arya

“Belum, seharian ini Arzky rewel kak, kayanya dia kangen kamu deh” kata Amira

“Ya, sudah  sini, kakak mau ngomong sebentar sama Arzky" pinta Arya.  Amira pun memindahkan ponselnya untuk mencari sudut yang tepat agar Arzky bisa melihat wajah Arya dengan jelas

“Halo, jagoannya ayah, kata bunda kamu seharian ini rewel, ya?”

“Kenapa jagoan?”

“Kamu kangen sama, ayah?” setiap Arya selesai bicara Arzky selalu meresponsnya dengan suara ketawa yang seakan-akan jawaban “ia"

“Jagoan itu enggak boleh rewel, ayah janji besok atau lusa Ayah akan usahakan ke sana. Sekalian ada sesuatu yang ingin Ayah bicarakan dengan bunda “

“Jadi anak baik, anak genteng jangan rewel ya, sampai ayah datang. “ ucap Arya

“Sekarang,  ayah mau bicara sama bunda sebentar “ kata Arya. Amira pun langsung memindahkan ponselnya

“Yang, maafi aku kalau aku sudah  buat kamu kecewa, sudah enggak terbuka. Tapi aku itu Cuma mau menjaga perasaan kamu. Itu saja. Bukan bermaksud membuat kesalah pahaman diantara kita berdua,  jujur akh menyesal. Aku juga mengaku salah “ tampak wajah penuh penyesalan yang arya tunjukan.

“ Aku... juga salah, aku terlalu egois, dan tanpa sadar dan mencoba memahami penjelasan kamu terlebih dahulu, aku pasti terlihat sangat ke kanak-kanakkan karena cemburu sama kamu. Aku janji ke depannya akan mencoba untuk lebih menahan rasa ego dan cemburu “ ujar Amira 

“Tapi, aku janji besok atau lusa aku akan jelaskan semua sama kamu. Jadi beri waktu aku sedikit lagi, kamu bisa" tanya Arya “Aku janji setelah ini tidak akan ada lagi kesalah pahaman diantara kita" tumbuhnya

jodoh (Wedding Day)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang