-----------------------------------------------------------
"Rasa ini tak seperti senja, namun seperti indahnya cahaya bintang yang paling terang diantara bintang-bintang diatas sana"~wawa~
-----------------------------------------------------------Kamu itu seperti senja, indah. Datangmu memberi ketenangan, menghilangmu meninggalkan kegelisahan.
Eitsss!!
Tapi sayang, sepertinya kamu tidak menyukai bola mataku ini. Kamu kacaukan tatapan ini. Ketika aku sedang asyik dan terlena memandang indah warna warnimu, kamu menghilang begitu saja tanpa kumenyadarinya. Padahal aku begitu menikmati keindahanmu, hingga tanpa kurasa ternyata ia membuat air mataku terjatuh.
Kamu, kepergianmu yang tidak pernah aku inginkan. Aku tau akan ada perpisahan dalam setiap pertemuan, tapi bukan perpisahan seperti ini yang aku inginkan. Jika saja kamu dapat mendengar isi lubuk hatiku yang terdalam waktu itu, sejujurnya aku tidak ingin kamu pergi. Kamu tau? Ini adalah rasa kehilangan untuk pertama kali yang aku rasakan. Please bantu aku untuk ungkapkan isi hati ini. Saat aku tidak mampu berkata, maka izinkanlah air mata yang akan menjelaskan. Ini bukanlah perihal kehilangan saja tapi juga perihal bagaimana menyembuhkan pedihnya luka.
Jika pun kamu harus pergi, jadilah seperti senja. Meski ia pergi namun ingat kapan ia harus kembali. Dan akan memberikan keindahannya kembali.
Ingatkah saat langkah kakimu berniat meninggalkan aku yang tanpa mengetahui apa penyebabnya?
Apa kamu tidak berfikir sedikit saja jika ada hati yang akan sakit dan terluka? Akan ada air mata yang berlinang dipipi?
Lalu, jika tidak ada, aku dianggap apa? Makhluk tak berguna yang telah mati rasa? Benar, tapi setelah menghilangnya kamu. Hatiku mati rasa bak terpapar racun cinta. Berbisa? Bisa jadi, sebab kepergianmu meninggalkan luka dalam. Karena tidak ada sepenggal alasan apapun yang kamu tinggalkan. Aku tidak akan pernah menyetujui keputusan sepihak seperti itu. Harusnya kamu pamit, agar aku tidak menjadi seperti anak kecil yang menjadi cengeng ketika ditinggal.
Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas rasa ini? Bagaimana aku harus menaklukkan rasa rindu yang telah kamu ajarkan dulu? Harus aku bagaimanakan perasaan jatuh cintaku? Atau harus dibuang kelaut agar ikut tergulung ombak atau aku relungkan saja kesungai agar dibawa oleh derasnya arus sungai? Tapi bagaimana caranya? Aku tidak dapat mengerti keadaan itu.
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya agar seluruh makhluk dibumi ini mendengar termasuk kamu. Dan ketika kamu mendengar jeritanku, dengan harapan kamu akan datang. Namun ternyata keberuntungan tidak berpihak padaku, kencangnya angin pun tak sanggup menyampaikan.
Pupus...
Tak kunjung datangnya kamu adalah bukti bahwa sudah tidak adanya rasa perdulimu padaku. Tapi mengapa? Justru malah aku yang tidak memperdulikan hal itu. Jadi, rasanya semua perasaan berbalik arah padaku.
Hey, kamu dimana wahai tambatan hatiku? Mengapa kamu menghilang? Haruskah seperti ini? Terlepas apapun alasan kamu, hatiku tidak rela jika harus seperti ini caranya. Aku benar-benar jatuh, sakit.
Saat air mataku menderai apakah kamu sedang tersenyum bahagia disana?
Apakah aku yang salah karna terlalu menggunakan perasaan saat mencintaimu?
Rasanya urusan cinta akan menjadi berat bila harus tanpamu. Hatiku menjadi hampa. Hari-hariku pun kian menjadi sebuah penantian kabar darimu. Apapun kabar itu telinga ini ingin sekali mendengarnya. Bagaimana pun cara sampainya aku tetap menunggunya. Sebab kabar itu akan menjadi kekuatan kaki ini untuk melangkah kedepan. Aku tau kamu baik, tapi sebab apa yang menjadikanmu seperti ini? Aku tidak pernah tau. Alasan apa yang menjadikanmu diam? Diammu menjadikan suram jalanan kota ini, layaknya kota tua yang telah mati meski lampu terpancar dimana-mana malam itu, tapi sungguh rasa tiada guna.
***
Adalah warna senja yang memberikan keindahan sejenak saat mata memandang. Aku percaya, malam tidak pernah merampas senja, justru kemunculan yang begitu singkat malah menjadi pengantar gelapnya malam, kamu hanya butuh memahaminya. Kamu tau gelap gulita malam kian menjadi sunyi, sepi, tapi taukah? Jika ada cahaya bintang disana yang terus berkelap kelip terpancar yang mampu merubah suasana hati. Hati ini pun bak bintang yang tak akan pernah meredupkan cahaya dalam gelap.
Saat bintang mengiringi senja, percayalah ia tidak berniat mencuri waktunya yang perlahan ditelan oleh gelapnya langit malam namun digantikan oleh pancaran cahaya bintang. Seperti rasa cintaku, meski aku begitu menyukai senja tapi rasa cinta itu tidak seperti singkatnya senja, namun seperti indahnya cahaya bintang yang paling terang diantara bintang-bintang diatas sana. Bahkan akan terus memberikan cahaya indahnya walau ada yang membatasi pandangan pada mata ini.
Senja mampu menjadi pelipur lara saat hati merindu.
Mengapa aku menyukai senja? Sebab ada bintang yang mengiringinya meski tidak selalu namun memberi kehidupan dalam gelapnya langit.
#senjakamudanbintang
-----------------------------------------------------------
3Jangan lupa jejak baca kalian. Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝕜𝕦, 𝕂𝕒𝕞𝕦, 𝔻𝕒𝕟 𝔹𝕚𝕟𝕥𝕒𝕟𝕘
Non-Fiction~On going Pulih. Adalah satu kata yang dengan berat aku menyusunnya. Butuh waktu yang panjang untuk mampu berkata, jika aku dan waktu berdamai. Dengan masa lalu aku mendapat rangkaian kata yang mampu menyadarkan diri, bahwa tidak ada hal indah dan m...