Chapter 6

96 13 0
                                    

PLAYLIST : TAYEON-TIME LAPSE.

Haera melepaskan sepatunya dengan sembarang, ia memasuki apartemennya yang gelap. Berbaring di kasurnya yang hangat tanpa mengganti pakaiannya. Gadis itu mengeluarkan ponselnya, menatap layar handphone yang menunjukkan foto seorang pria dengan mata sipit dan rambut pirangnya. Ia tersenyum kecil, mengingat bagaimana pria itu mencoba meyakinkan bahwa rambutnya memang berwarna pirang,tanpa menggunakan cat rambut merk apapun. Haera bahkan sudah tidak perduli dengan keaslian rambut pirang Jae, ia hanya perduli pada kebahagiaan Jae.

Sejak tadi Haera merasa aneh, rasanya aneh karena dadanya terasa sesak. Ia tidak menangis, hanya dadanya terasa penuh entah kenapa. Terutama saat menatap Jae tadi, ia ingin sekali berlari kepelukan pria itu, tapi tidak bisa lagi. Pikiran buruk bermain dikepalanya, bahwa ia hanya beban bagi Jae. Beban yang dapat menghambat karir Jae.

Haera menghentikan kegitan galau-nya, ia memilih menyibukkan diri. Bukankah katanya kesibukan dapat membuatmu lupa akan rasa sakit? Haera akhirnya memulai acara bersih bersihnya, sampai tengah malam, namun ia belum juga mengantuk. Akhirnya ia mengeluarkan laptopnya, sejak kemarin ia berniat menghapus beberapa film di laptopnya, karena laptopnya itu sudah terlalu penuh. Sayangnya tangannya menggiringnya pada sebuah folder bernama 'Je' yang berisi video Jae ketika tampil diatas panggung dan foto foto mereka. Saat itu ia terbuai pada masa lalu. Kesibukan itu nyatanya membawa Haera pada kerinduan.

Sudah 10 menit Jae berdiri di depan apartemen Haera, hari ini mereka akan pergi berkencan. Untuk merayakan hari jadi mereka yang ke 2 tahun. Waktu berlalu dengan cepat. Keduanya ternyata bertahan dalam berbagai keadaan hingga saat ini. Sejak pagi Jae sudah bersemangat begitu pula dengan Haera. Sayangnya Haera sepertinya terlalu bersemangat sampai ia berdandan terlalu lama. Lelaki jangkung itu sudah mulai lelah. Biasanya ia akan masuk ke dalam apartemen, tpi ia memilih menunggunya kali ini. Sebab ada seikat bunga ditangannya. Ia ingin disebut pria romantis hari ini saja. Setidaknya. Akhirnya suara decit pintu apartemen menandakan kehadiran Haera. Jae segera mengulurkan bunga yang ia bawa.

"loh tumben bgt."

"biar kamu bisa post di Ig, dari kemaren minta itu kan." jawab Jae. pura-pura acuh, menyembunyikan senyum bahagianya.

"tapi Je, kok mawar si, aku kan sukanya tulip."

"salah lagi deh gua." ujar jae sembari pergi mendahului Haera, gadis itu mengejarnya lalu menggandeng tangan jae.

"makasih Je."

"ra kamu doang tau yang manggil aku Je. Temen aku semua manggil aku Jae. Kenapa gitu?"

"gapapa suka aja."

"lah bisa gitu." Jae menggaruk dagunya yang tidak gatal. Haera tertawa,gadis itu tidak bisa menjawab dengan benar. Sebenarnya sampai beberapa hari mereka saling mengenal Haera salah mengingat nama Jae. Ia mengira itu "je" bukan "jae", tapi tidak mungkin ia mengatakan itu pada Jae. Bisa-bisa Jae mengulang semua hal menyebalkan yang ia lakukan diawal pertemuan mereka.

Keduanya tiba disebuah tempat makan, tempat makan ala jepang, Jae sejak minggu lalu mengatakan ingin makan sushi. Awalnya Haera terkejut dengan selera makan pria itu, dengan tubuh kurusnya ia bisa makan dengan jumlah yang sangat banyak. Sampai ia pernah membelikan obat cacing, alhasil Jae meminumnya dan muntah beberapa kali.

"Je serius kamu pesen ini semua? Ini bisa porsi 5 orang."

"gapapa ra, aku laper banget. Kamu juga harus makan banyak karena kita bakal capek bgt hari ini."

"emang kita mau ngapain je?"

"bermain tik tak tuk, membuat cokelat panas, mengembala kambing." canda Jae.

Break Up After LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang