Chapter 2

167 15 2
                                    

PLAYLIST : DAY6-YOU WERE BEAUTIFUL

Jae terbangun dengan keadaan cukup mengenaskan, pakaiannya masih sama dengan kemarin malam. Dia bahkan tidak membuka kaos kakinya. Rambutnya yang kemarin tertara rapi kini sudah tidak beraturan. Ini pukul 4 pagi, cukup pagi untuk terbangun. Ini adalah kebiasaan yang dia bentuk sejak beberapa tahun tahun terakhir. Keadaan memaksanya untuk terbiasa. Memulai hidup baru sebagai Jaevran, seorang menejer termuda dalam sejarah perusahaan. Beberapa bulan lagi mungkin ia akan berubah menjadi CEO. Ia tidak pernah menyangka hidupnya akan seperti sekarang, sejak ia melangkah kakinya di perusahaan tersebut hidupnya berubah. Perusahaan tempatnya bekerja adalah menejemen artis yang cukup terkenal, beberapa nama artis terkenal besar disana. Sebagian besar hasil Jae. Lagu yang ia ciptakan selalu sukses. Awalnya ia hanya seorang produser, tapi berkat ketekunan dan bakatnya ia berhasil di posisinya sekarang.

Saat ia memutuskan berubah dari kehidupan yang dulu, hubungannya dengan Haera juga berubah. Sayangnya ia tidak menyadarinya, sampai kemarin malam. Ketika ia benar benar sudah cukup jauh dari Haera.

Jae duduk di ruang tamu apartemennya, menyesap kopi favoritnya. Atau mungkin favorit Haera. Sampai ia bertemu Haera, ia tidak pernah benar benar mencintai kopi. Gadis itu berhasil membuatnya kecanduan, pada kopi dan pada seorang gadis bernama Haera. Meski ia masih tetap lebih suka teh, setidaknya berkat gadis itu ia mulai terbiasa dengan kopi. Alasan lainnya adalah lambungnya yang tak bisa bertoleransi dengan kopi. Biasanya Jae akan menelpon Haera sepagi ini, berbicara mengenai banyak hal. Sebab ia selalu tidak punya banyak waktu di siang hari, dan tidak ingin mengganggu Haera di malam hari. Seperti robot yang telah di atur, badan Jae tanpa sadar dan dengan lancangnya menganmbil handphone yang terletak diatas nakas. Menekan beberapa tombol di layar bening tersebut. Sampai sebuah nada telpon menunjukkan tanda tersambung. Namun, tidak ada jawaban.

"lu ngarep apa si jae?" bisik Jae pada dirinya sendiri. Seiring dengan panggilan tak berjawab itu berakhir.
Jae membawa dirinya pada masa lalu,ingatan mempermainkannya. Ia mengingat dengan jelas pertemuannya dengan Haera. Begitu juga dengan Haera yang terdiam menatap ponselnya yang berdering, gadis itu bahkan tidak menutup matanya sedikitpun. Sejak kemarin semua kejadian masa lalu mempermainkannya.

Pertemuan pertama mereka tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang, cinta pada pandangan pertama yang membuat Jae tunduk pada Haera. Haera yang kalah pada kegigihan Jae. Kala itu Jae adalah mahasiswa ilmu komunikasi yang lebih dikenal sebagai social butterfly, berkat perannya sebagai gitaris band terkenal dikampus mereka. Sebaliknya, Haera adalah gadis kupu kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Haera tidak pernah tertarik dengan kegiatan diluar kelas. Bukan berarti Haera golongan anak kutu buku yang tidak kasat mata. Haera adalah salah satu gadis paling cantik difakultasnya. Fakultas psikologi. Haera terlahir dari keluarga kaya, dengan paras yang cantik dan otak yang cerdas. Ia tidak butuh apapun, ia tidak butuh siapapun. Sampai mereka bertemu. Pertemuan yang mengubah mereka.

Jae selalu bersemangat setiap kali harus tampil di fakultas lain, ia senang bertemu orang baru. Kali itu juga sama, ia bersemangat saat ia bandnya akan tampil di fakultas psikologi. Ia terlalu bersemangat sampai melewatkan jadwal makan siangnya. Ia baru menyadarinya ketika magh nya benar benar kambuh. Jae cukup rentan dengan berbagai penyakit, dapat dilihat dengan jelas dari penampilannya yang kurus. Perutnya terasa semakin sakit sampai ia memilih untuk pergi makan sebelum ia tampil. Padahal hanya tersisa beberapa menit lagi sebelum giliran mereka. Tapi Jae tidak mungkin memilih menahan rasa sakitnya dan jatuh diatas panggung. Ia bahkan terlalu malu untuk membayangkannya.
Jae akhirnya berhasil duduk dikantin fakultas. Ini pertama kalinya ia ke kantin fakultas psikologi, dan keadaan kantin tersebut sangat sepi. Bahkan tidak ada orang selain penjaga kantin. Mungkin karena ini hari jum'at dan semua orang tengah berkumpul di depan panggung. Selain itu sepertinya ini sudah cukup sore untuk kantin tutup.

"bu, nasi goreng 1 gak pedes. Pake telor ceplok." Jae menyebutkan pesanannya dengan cepat.
"bu, nasi goreng 1 pedes, pake telor ceplok." Ujar seorang gadis yang baru masuk ke kantin tersebut. Ia setengah berteriak, dan dengan cepat duduk disebuah kursi.
"Haera hari ini gak usah pakai telor ya, telor terakhirnya udah di pesan mas ini." ibu kantin tersebut menunjuk Jae, Haera menatap Jae dari atas sampai bawah.
"baru mau dibikin si tapi kamu telat dikit." ibu tersebut menambahkan penjelasannya, tanpa menyadari dua manusia yang tengah terdiam tersebut.

Jae mungkin sudah lupa kalau ia sedang terburu buru karena menemukan titik indah dimata haera. Dilain sisi,haera sudah mengangguk dan mengalihkan pandangan ke handphonenya. Gadis itu menutup kedua telinganya dengan earphone. Tiba-tiba didepannya ada sekaleng kopi latte.
Bukankah Jae adalah sosial butterfly? Ia dengan tidak tahu dirinya duduk di depan haera. Entah karena ia cukup ramah, atau ia memang tidak punya malu.

"kenalin, gua jae fakultas ilkom." jae mengulurkan tangannya, haera menatap Jae dingin. Bukankah Haera juga adalah gadis paling tidak acuh sefakultas? Haera hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya kembali ke handphonennya.
"gak nonton acara?" tanya Jae lagi, Haera menggeleng.  Jae semakin tertantang.

Sejujurnya, Jae bukan pria yang mudah jatuh cinta. Sejauh ini ia baru berkencan satu kali. Meskipun ia punya banyak kenalan, ia bukan pria mata keranjang. Tapi saat ini diihadapan Haera ia cukup untuk disebut pria aneh.

Tidak lama, makanan pesanan mereka hadir. Haera tersenyum ramah pada ibu kantin yang membawakan makanan, berbeda dengan tatapannya pada Jae. Bukannya malu atau kesal, Jae justru tersenyum. Ia cukup pantas untuk disebut gila. Lebih gila lagi ketika ia memindahkan telor di piringnya ke piring Haera. Bahkan saat ia belum mengetajui nama gadis itu. Haera berniat memindahkan telor tersebut, namun terhenti saat Jae menahannya.

"gua agak buru buru hari ini. Gak sempet ngunyah telor. Jadi buatlu aja." Jae tersenyum, membuat mata sipitnya menjadi segaris. Dengan cepat ia menghabiskan makanannya. Haera bahkan hanya menatap Jae, hingga pria itu selesai.
"kalo mau bilang makasih, gua tunggu abis acara di depan. Kalo telat 1 menit, gua bisa digorok Brian. Hehe." Jae segera meninggalkan Haera, membayar makanannya dan makanan haera. Lalu segera menuju panggung.

Haera benar-benar tidak paham dengan kelakuan Jae, ia bahkan tidak mengenal pria tersebut. Ia cukup takjub, biasanya para pria akan pergi ketika ia menolak menjawab mereka. Tapi Jae justru terus melanjutkan kegiatannya, ketika Haera benar benar mengacuhkannya.

Haera berjalan mendekati kerumunan didepan panggung. Badannya yang kecil menyebabkan ia hanya bisa berdiri dari kejauhan. Ia menatap ke sekitar, mencari pria yang 'katanya' bernama Jae tersebut. Tapi ia tidak menemukannya, penerangan yang kurang membuatnya kesulitan. Bodohnya, ia melewatkan bagian panggung, ia tidak berpikir bahwa Jae adalah pria yang tengah berdiri diatas panggung tersebut. Sampai ia mendengar suara Jae, ia berusaha menatap kearah panggung. Haera menemukan Jae.

Pria berkacamata bulat dengan tubuh jangkung dan dengan gitar ditangannya. Pria itu tengah menatapnya juga, dan tersenyum. Bukan Haera namanya jika tunduk begitu saja. Gadis itu menyaksikan penampilan Jae sampai akhir. Kemudian tepat ketika pria itu selesai, ia meninggalkan tempat tersebut. Jae kebingungan ketika tidak menemukan gadis tersebut. Sebaliknya ia menemukan sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci. Ia yakin itu milik gadis tersebut, sebab ia melihat kelinci yang sama dengan casing handphone gadis itu. Dibalik kelinci tersebut, tertulis dengan indah. HAERA, PSIKOLOGI.

Jae tertawa pilu mengingat kenangan tersebut ketika melihat jaket bermotif kelinci Haera yang ada di lemarinya. Ia menertawakan dirinya yang bahkan tidak bisa berlari pada Haera saat ini. Baginya ia bahkan terlalu buruk untuk gadis itu.

Break Up After LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang