Part 7 (I'm scared)

53 9 0
                                    

"seakan Berpura-pura diam dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi di rumah ini, kenapa ketakutan ini ingin menghadapiku sendirian?"-Abell

Perasaan takut mulai mengema, aku merasa ada yang aneh. Namun mencoba menetralkan perasaan takutku, seketika ada suara ngemerincing suara besi yang terdengar menuju ke arahku dan tiba-tiba lampu kamarku menyala. Para pelayan langsung memasuki kamarku, mereka terlihat berbisik-bisik.

"Kenapa kalian baru datang sekarang?" ucapku membentak dan menghilangkan rasa takutku

"Maaf, tadi kami lagi membantu petugas untuk memberikan penerangan saat memperbaiki kabel di bagian dapur"ucapnya sedikit menunduk

"Sudahlah, listrik juga sudah menyala. Ambil bantal kalian dan temani saya tidur malam ini"

"Baik, kami akan segera membawa bantal dan selimut untuk tidur di sini"

Malam itu seakan menjadi malam yang panjang, rasa takut yang berdegup kecang. Membuatku semakin berhati-hati di rumah ini, entahlah. Tapi aku harus mencari dalang dibalik kejadian ini, aku pun langsung tidur saat mereka datang.

Keesokan harinya, pagi hari yang cerah dan suara burung-burung yang bernyanyi sambil terbang kesana-kemari. Pagi ini membuat lelahku yang semalam mulai hilang, aku bangun dari tempat tidurku menuju teras samping kamarku. Aku yang terlalu menikmati keindahan alam, kemudian dikagetkan oleh suara panggilan ayah.

"Abell? Sudah bangun ya? Kita ke bawah yuk, mari kita makan bersama"

"Maaf ayah, Abell lagi tidak nafsu makan. Kalau Abell mau, Abell akan suruh pelayan"ucapku datar

"Baiklah, kalau itu maumu. Semoga apa yang kau makan akan terasa nikmat, ayah pergi dulu"

Aku melihat ayahku, tapi seakan aku menatapnya dingin. Padahal saat pertama aku masuk ke rumah ini, seakan semuanya baik-baik saja. Namun aku selalu merasa ada keanehan di rumah ini, entah hanya aku yang merasakan atau beberapa dari mereka.

Hari itu aku memutuskan untuk bertemu nenek, tapi sebelum aku kesana. Aku harus menghubungi nenek, seketika nomor telepon rumah dan nomor nenek benar-6 sudah tidak bisa dihubungi. Nenek seakan hilang, padahal baru tadi malam aku menghubunginya. Aku semakin yakin, ini pasti ada sesuatu yang tidak beres.  Aku benar-benar seakan tidak punya arah lagi untuk melakukan sesuatu, pikiranku  benar-benar membuatku stress.

Aku berdiam diri di kamarku, aku terus memikirkan cara agar aku tidak lama-lama berada di sini. Mungkin secepatnya aku harus mencari sekolah baru, sekolah yang  benar-benar terhindar dari yang namanya pem bullian. Aku pun menemukan 2 sekolah yang akan aku datangi, aku segera memesan baju seragam yang sama dengan sekolah itu. Semoga saja saat mencari tahu, mereka sama sekali tidak mengenalku. telah kita dapatkan. Salah satu dari kakak panitia cowok lalu mendekat kepada kami dan mengatakan,

"Berapa ini? Kenapa hanya sedikit? Kalian tau tidak, ada berapa bendera yang harus ditemukan?" Tanya kakak laki-laki itu dengan tegas

Kami semua diam, namun salah satu akak panitia cewek langsung mendekat dan mengatakan,

"Kalian ini bagaimana sih! Masa cari bendera aja susah, bendera yang seharusnya kalian dapatkan itu berjumlah 30 lebih bendera karena bendera yang kami sebarkan ada 100 pasang bendera. Kalian akan saya beri hukuman, kalian harus minta tandatangan seluruh panitia yang berjumlah 20 panitia. Hari senin kalian harus memberikannya kepada saya, untuk kelompok yang lain juga begitu. Saya harap kalian bisa bekerja sama." Ucap kakak panitia cewek itu menjelaskan

"Siap laksanakan kak" ucap kami serempak

Kami lalu berbisik-bisik,

"Guys, ini benar-benar gila. Kakak panitia kan banyak, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan tandatangannya dalam waktu 2 hari ini?" Tanya Rio

"Gini deh, mending entar malam kita langsung mendekat ke kakak panitia aja yuk" ucap Ikbal

"Jangan entar malam ih, kenapa enggak sekarang aja? Ucap Nila dan Aslah bersamaan

"Ciee, jodoh." ucap kami serempak kepada mereka berdua sambil tertawa

"Apaan sih, kalian ini. Nila tuh yang ikutin aku."ucap aslah kesel

"Idih, siapa juga kali yang ngikutin lu. Yang ada lu aja kali yang ngikutin gue" ucap Nila agar tidak kalah

"serah deh, mending sekarang kita temuin kakak panitianya yuk." ucap Ikbal

"yaudah ayo."ucap kami lalu mencari kakak panitia

Namun saat kita akan pergi, tiba-tiba Naura pingsan. Kami lalu langsung membopongnya dan membawanya masuk ke dalam tenda.
Teman-teman yang baru datang langsung menghampiri kami, salah satu kakak panitia yang yang cewek tadi mendekat lagi dan mengatakan,

"jangan berkumpul, berbaris sesuai kelompok masing-masing kecuali kelompok mereka. Cepat!" ucap kakak panitia cewek itu

Mereka pun langsung berbaris, tapi kakak panitia cewek itu masih memperhatikan kami.

"Kalian tau kenapa saya mengecualikan mereka, karena mereka kelompok manja. Belum apa-apa udah pingsan, udah paling cepet datang tapi malah bawa bendera sedikit! Diantara kalian yang membawa bendera kurang dari 30 kelompok siapa?" Tanya kakak panitia cewek itu

"Siap tidak ada kak." Ucap mereka serempak

Kami yang mendengarnya seakan tidak terima, tapi tidak apalah. Yang terpenting kami sudah menerima hukuman, kami lalu fokus kepada Naura yang saat itu suhu badannya naik. Dia panas dan harus dilarikan ke Rumah Sakit terdekat, namun kakak panitia sama sekali tidak peduli. Kami bahkan tidak diizinkan untuk keluar dari gerbang sekolah, jika ada yang keluar kami tidak akan di berikan sertifikat lolos dan akan mengikuti tahun depan lagi.

Kami mencoba memikirkan cara agar Naura segera dilarikan ke Rumah Sakit, kami pun mendapatkan ide saat tengah malam nanti untuk membawa Naura pergi dari sini meski apa pun resikonya.

Tengah malam pun tiba, kami harus melewati malam renungan. Selesai malam renungan, kami pun bergegas untuk segera membawa Naura. Keadaan luar begitu sunyi dan gelap, Ikbal yang membopong Naura segera berjalan kearah gerbang yang ternyata masih terkunci. Rio lalu mencoba keruangan security untuk mengambil kunci, kami lalu melihat security-security itu sedang menonton sepak bola. Segera Rio menemukan kuncinya dan keluar untuk membuka kunci gerbang, saat kami membuka gerbang ternyata di gerbangnya ada suara bel. Security-security itu lalu segera melihat kearah gerbang, Rio lalu membunyikan suara kuntilanak. Security-security itu lalu langsung masuk kedalam ruangan dan mengunci pintu. Kami yang melihatnya tertawa puas karena kami tidak ketahuan dan segera berlalu. Untung saja Nila membawa mobil, jadi kita semua bisa pergi bersama. Nila lalu mengemudikan mobilnya dan melaju ke arah Rumah Sakit. Sekitar 20 menitan kami akhirnya sampai di sebuah Rumah Sakit dan langsung memanggil suster dan dokter agar segera diperiksa. Kami semua sangat khawatir karena ia terlihat pucat, suster lalu membawanya masuk kedalam ruangan dan kami disuruh untuk menunggu diluar.

"Semoga saja Naura tidak apa-apa." Ucapku

"iya nih, kita berdoa saja semoga dia baik-baik saja." ucap Ikbal

Kami lalu ketiduran, dengan posisi duduk dan bersandar. Kami lalu dibangunkan oleh suster agar segera melihat pasien, namun dokter menyuruh salah satu dari kami untuk segera menemuinya. Ikbal lalu mengangkat tangan, "Saya dok, saya keluarganya." ucap Ikbal lalu mengikuti dokter tersebut

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang