Part 16 (Thank You For Being Here)

14 5 0
                                    

"Inginku tidak banyak, cukup kamu menjagaku kembali dan berjanjilah untuk tidak pergi lagi"-Abell

Pagi itu aku segera menuju kamar mandi, aku lalu menyiram seluruh tubuhku dengan air hangat. Aku pun masuk ke dalam bak mandi, merasakan sensasi nyamanya mandi bertabur busa dan keharuman. Entah berapa menit aku terdiam di dalam bak mandi, aku merasa seperti  mendengar ada seseorang yang masuk. Entah itu siapa,  tapi pikiranku mengatakan kalau itu dia. Aku pun melanjutkan aktivitasku, setelah selesai. Aku lalu segera mengganti bajuku yang basah dan mengambil baju mandi yang telah tersedia. Segera aku keluar dan mencari baju di dalam lemari miliknya, anehnya. Semua bajunya berwarna hitam, abu-abu dan putih. Nggak ada satu pun warna lain, aku pun memakai baju putih dan celana hitam miliknya. Setelah itu aku pun duduk sambil menonton, dia datang dan seketika menatapku heran. Dia menatapku lama, aku terdiam sambil menatapnya.

"Hei cewek cenggeng! Kamu ngapain Pake baju aku huh?"

"Habis aku ngga mungkin ke apartementku, aku masih takut tau. Tolong aku sekali ini aja ya"pintaku memohon padanya

"Gak! Ganti baju sanah!"

"Tapi baju aku basah, gimana dong?"

"Bodo!"

"Jahat ih!"

"Bodo!"

"Iya, aku bakalan ganti"

"Tunggu"ucapnya lalu keluar, aku pun menunggunya. Sekitar 10 menit menunggunya, dia pun kembali dengan membawa tas yang berisi baju dan celana panjang

"Makasih"ucapnya padanya sambil tersenyum

"Yaudah, ganti baju sanah!"

"Iya ih, galak banget jadi cowok"ucapku kesal

"Mau ganti apa ngga?"ucapnya seakan menyuruhku untuk segera cepat, aku pun masuk ke kamar mandi dan mengganti baju.

"Nih, gimana? Pas kan?"

"Dasar cewek tembem!"

"Dengarkan aku baik-baik, perempuan itu tidak diperbolehkan untuk memakai baju laki-laki tau! Cukup bajuku aja, awas aja sampai ketahuan ada laki-laki lain. Mengerti kan?"ucapnya serius

"Iya-iya, lagian kenapa sih?"ucapku merasa kebingungan

"Ngga usah nanya lagi, kalau dibilang ngga boleh itu ngga boleh!"ucapnya lalu menarik tanganku menuju pintu dan keluar menuju lobby, aku lalu masuk ke dalam mobil bersamanya. Di depanku sudah ada video cctv ruangan apartementnya, aku pun menyaksikan bahwa ada beberapa orang yang memakai baju hitam masuk ke dalam apartement dan menggeledah ruangannya. Dia pun segera menyalakan mobil dan melaju kearah lorong yang gelap, selama melewatinya aku benar-benar takut. Tapi dia begitu fokus dengan menyetir mobil, aku terdiam dalam kondisi tidak tenang. Tapi melihat dia yang begitu, aku lebih memilih untuk tenang. Lagi-lagi layar kecil di depanku menyala, memperlihatkan bahwa ada mobil yang mengikuti dari arah 200 meter. Dia pun segera melaju, tapi entah kenapa mobil ini malah semakin pelan.

"Hei, coba buka kacanya!"

"Ngga bisa"

"Coba terus!"

"Kenapa mobil ini semakin pelan?"

"Mobil ini sudah disabotase, mereka mengaturnya lewat GPS dan tentunya mereka pintar mengaturnya"

"Tapi kaca jendelanya susah untuk dibuka, gimana dong?"

"Coba terus"ucapnya santai tapi tetap fokus dengan menyetir, perlahan kaca mobil mulai terbuka. Mobil pun melaju dengan kecepatannya yang entah berapa km/jam, aku hanya bisa berharap kalau aku dan dia akan baik-baik saja sampai di tempat yang dia tuju. Seketika dari arah depan ada ada motor yang melaju, karena takut bertabrakan. Dia lalu membelokkan ke arah lain, entah apa yang salah dengan remnya. Tapi tidak bisa untuk dihentikan, aku dan dia masuk ke sebuah jurang. Setelah mobil itu berhenti entah jatuh seperti apa, aku pun mencoba menyadarkan diri dan menahan kesakitan. Aku yang melihat dia tidak sadarkan diri segera membawanya keluar dari dalam mobil itu, setelah 5 meter menjauh dari mobil itu. Seketika mobil itu meledak dan menyemburkan api yang besar, aku bergidik ngeri.

Bagaimana kalau aku dan dia masih di situ, mungkin kami telah terbakar. Setelah itu, aku melihat dari arah atas ada beberapa orang yang turun. Mungkin saja mereka akan memeriksa kami yang benar-benar mati atau tidak. Segera aku menjauh dan menutup diri dengan rumput dan ranting pohon yang sudah mengering untuk menutupi kami berdua. Aku benar-benar ketakutan kalau sampai ketahuan, aku pun mencoba menahan diri tanpa mengeluarkan suara. Saat ini, waktu ini. Ini semua karenaku, aku yang salah. Aku bahkan hampir membuatnya mati bersamaku, selama 30 menit lebih orang-orang itu berjaga-jaga. Akhirnya pun kembali, saat suasana mulai sepi. Aku pun membuang daun-daun dan ranting yang menutup kami berdua. Matahari semakin terik dan mulai memancarkan sinar yang panas. Aku merasa sangat kehausan, tapi melihat dia yang tidak sadarkan diri membuatku tidak ingin minum. Entah bagaimana caranya agar bisa keluar dari tempat ini, aku pun berusaha untuk bangun perlahan dan membawanya berjalan pelan bersamaku. Setelah sekitar 20 menit berjalan, dari kejauhan aku melihat sebuah rumah atau bisa dibilang gubuk kecil. Aku pun segera mempercepat langkahku sambil membawanya, saat sampai di tempat. Aku lalu masuk. Tapi di dalam gubuk itu tidak ada siapa pun, mungkin ini aman. Segera aku membawanya ke dalam dan mulai mengobati luka dibagian kepalanya. Sebenarnya aku takut melihat darah, tapi atas apa yang terjadi. Membuatku tidak takut lagi pada darah, aku pun segera keluar untuk mencari air dan tumbuhan obat untuk mengobati lukanya. Saat aku ingin mengobati lukanya, aku pun berpikir mencoba membuka maskernya. Tapi aku tidak ingin mengetahui siapa dia sebenarnya, aku lalu mengurungkan niatku. Siapa pun dia, entah dia baik atau pun jahat. Bahkan sekalipun dia orang baik dan orang jahat di masa depan dan di masa sekarang. Aku akan melakukan apa pun untuknya, karena dia. Aku serasa berjuang sendiri untuk semua hal ini, aku merasa yakin pasti bisa melewati dengan kesabaran.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang