08. Kecewa?

19 2 0
                                    

Sial, harusnya aku bisa menjawab soal tadi. Namun entah kenapa tiba-tiba ingatan tentang materi tadi langsung hilang begitu saja entah kemana. Sedangkan Aira terlihat sangat senang bercampur heran dengan sikapku yang saat ini kuperlihatkan. Aku tidak mau dia tau kalau aku begini karena beberapa soal yang kuanggap remeh. Sekarang aku dan Aira duduk di gazebo yang berbeda. Dia mulai berjalan ke arah gazebo di mana aku duduk saat ini.

"Di, kamu kenapa? nggak papa kan?" tanya Aira saat mulai duduk di sampingku.

"Nggak papa kok" jawabku lemas.

"Aku ada salah ya sama kamu?, maaf ya" Aira kira dia berbuat salah padaku sehingga dia minta maaf.

"Eh, nggak kok kamu nggak ada salah" kataku sembari meyakinkannya.

"Jadi kamu kenapa? nggak mau cerita sama aku?" dia bertanya lagi untuk memastikan keadaanku.

"Aku lagi kacau jadi ya maaf aku nggak bisa cerita sama kamu karena urusan pribadi" jawabku.

"Yakin nih? siapa tau bisa kubantu" tanyanya lagi yang mulai membuatku jengkel

"Iyaaa Airaaa" sahutku.

"Yakin nggak mau cerita nih?" dia bertanya lagi dan membuatku muak.

"IYA AIRAAA KAMU NGGAK DENGAR DARI TADI?" respon saja aku langsung membentaknya.

Tiba-tiba saja dia berbalik dan berlari ke arah gazebonya, terdengar isakan tangis saat dia kembli ke gazebonya. Tidak lama kemudian kakaknya dating dan menjemput Aira yang masih terisak. Kakaknya yang heran bertanya kepada Aira. Namun aku tak bisa mendengarnya karena jarak yang lumayan jauh ditambah suara ribut dari anak-anak yang selesai lomba, membuat aku tak bisa mendengar bahkan hanya sayup-sayup pun apa yang Aira ceritakan pada kakaknya. Setelah itu aku mulai mengalihkan perhatian dari Aira dan mulai memperhatikan sekitar. Setelah bosan dengan keadaan sekitar aku kembali mengarahkan mataku untuk melihat Aira dan ternyata Aira sudah pulang bersama kakaknya. Aku merasa bersalah, karena kau merasa tak perlu membentaknya karena hal sepele seperti ini. Namun di sisi lain aku merasa sangat kecewa karena ada tiga soal yang kujawab. Aku merasa tidak enak padanya dan langsung mencoba mengirim pesan padanya.

Halo Ai, maaf ya aku marahin kamu tadi. Habisnya aku kacau dan stress banget tadi. Jadi Ai, Maukan maafin aku?

Kulihat pesan Sudah terkirim kepada sang pemilik nomor, dan aku hanya tinggal menunggu jawaban dari Aira. Tak lama kemudian aku melihat mobil ayah, langsung saja aku bergegas masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah

. . .

Rasanya sangat letih setelah berkutat dengan soal IPA tadi. Namun itu tak jadi masalah buatku karena dapat membanggakan kedua orang tuaku kelak. Tapi setelah kejadian tadi aku kembali menjadi pesimis karena tidak yakin dapat mengerjakan soal IPA lagi jika kelakuan dan cara berpikirku speerti tadi. Aku masih penasaran dengan Aira, jadi aku mengambil handphone milikku dan melihat status pesan yang tadi kukirimkan kepadanya. Kulihat masih belum ada balasan dari Aira.

Aku merasa cemas, apakah dia benar-benar kecewa dengan sikapku yang tadi kulakukan padanya?. Mungkin dia berhasil melihat sisi lain diriku yang selama ini kusembunyikan?, Karena selama sebulan terakhir aku selalu bersikap ramah dan jarang marah. Namun pada saat tadi aku merasa emosionalku meningkat sehingga menampakkan sisi lain dari diriku. Dan saat aku membentaknya mungkin dia tersentak dan tidak yakin yang di dekatnya saat itu adalah Adi yang selama ini dia kenal.

Yang jelas mungkin sekarang ini dia benar-benar merasa kecewa dengan Adi yang jadi sangat emosional karena hal sepele.

Hello GUYS gimana kangen nggak? Nggak kan v: sorry banget baru bisa update ceritanya karena gua lagi banyak ujian berhubung gua kelas 9 ye kan? Yang penting kalian tetep stay tuned dan vote, comment, serta share oke?

Nantiin aja cerita selanjutnya ya karena Insya Allah bakalan terus upload ceritanya ya. So Thanks So Much Readers :) :) :)

Karena Aku Cuma Bisa MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang