Aira POV:
Horeeee akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit. Aku senang sekali!!!. Orang tuaku juga ikut senang, namun rasa sakitnya masih terasa walaupun cuma sedikit. Hari ini aku pulang bersama orang tuaku dengan mobil. Selama beberapa hari ini banyak teman-temanku datang untuk menjengukku.
Apalagi Reza, dia datang hampir setiap pulang sekolah. Tentu saja hal itu membuatku semakin menaruh rasa percayaku padanya. Namun tidak dengan Adi, dia sama sekali tak datang menjengukku. Sudahlah lagian buat apa aku mengingatnya lagi.
Akhirnya sampai juga di rumah kesayanganku. Rasa sejuk dan damai yang pernah kutinggalkan saat rawat inap kembali lagi dan segera menyerbuku. Rasanya tak ada tempat yang lebih enak di dunia ini selain rumah sendiri.
Aku langsung menuju ke kamarku yang berada di lantai 2 dan langsung merebahkan diri di kasur. Aku mencoba mencari sesuatu di salam saku celanaku, nah ketemu. Aku langsung membuka handphoneku dan melihat satu persatu pesan yang masuk.
Salah satu yang membuatku khawatir adalah pesan dari Siska.
"Ai, kalo kamu udah keluar dari rumah sakit buru jenguk Vina. Doi dirawat di klinik Bakti Husada"
Aku yang khawatir dengan keadaan Vina langsung turun ke bawah dan meminta kak Dio untuk mengantarkanku ke tempat Vina dirawat. Berhubung orang tuaku langsung pergi untuk bisnis saat aku sampai di rumah, jadi hanya ada aku dan kak Dio di sini.
"Kak, antarin aku ke klinik Bakti Husada dong" pintaku.
"Mau ngapain? Kan kamu baru keluar dari rumah sakit" tanya kak Dio yang sedang santai menonton bola.
"Mau jenguk temen" jawabku.
"Nggak lama kan?" tanyanya lagi dengan mata yang masih terpaku pada tv.
"Nggak kok, sekalian ke pasar duluan kak mau beli buahan" ujarku.
"Siap 86" jawabnya sambil pergi ke kamarnya.
Aku langsung bersiap-siap untuk menjenguk Vina, kulihat kakakku pergi ke garasi dan menyiapkan motor andalannya. Jasanya sebagai informan tanpa disuruh sangat membantuku. Bagaimana tidak, selama ini dia adalah informan Adi di kelasnya. Begitu juga saat aku sedang ngambek sama Adi.
Yang paling membuatku marah adalah saat dia bilang Adi pacaran dengan anak kelasnya. Dan dia memberi bukti yang sangat meyakinkan. Aku merasa sangat kecewa, dan aku langsung menyusun rencana untuk mutusin Adi.
Dan kebetulan keesokan harinya dia berkelahi dengan Reza, awalnya aku berpikir dan ingin mencari sendiri penyebab pertengkaran. Namun keburu dijelaskan oleh Vina. Karena sudah tau penyebabnya aku langsung saja berhenti pacaran dengan Adi.
"Airaaaa!!! Udah siap belum? Tadi katanya buruan" teriak kak Dio drai bawah.
"Bentar kaaak" mungkin aku terlalu lama bengong.
Aku langsung turun ke bawah dan segera pergi klinik untuk menjenguk Vina.
. . .
Author POV:
Vina yang terbaring di kasur hanya bisa menatap langit-langit ruangan. Sakit kepalanya sejak tiga hari yang lalu belum juga usai. Malah bisa dikatakan kian hari kian parah. Dokter juga baru saja memberi surat rujukan ke rumah sakit yang sama tempat Aira dirawat. Orang tua Vina langsung berkemas untuk membawa putri mereka pindah ke rumah sakit rujukan.
Saat sedang berkemas itu datang Aira. Nafasnya tersengal-sengal karena berusaha mencapai lantai dua klinik.
"VINAAA!!!" teriak Aira histeris.
"Loh Aira?" Vina melongo melihat Aira yang tengah menangis.
"Kamu nggak papa kan?" tanya Aira yang mulai memelankan suaranya.
"Nggak papa kok. Btw kok kamu udah keluar dari rumah sakit?" balas Vina yang penasaran.
"Aku sudah dibolehkan pulang sama dokter" jawab Aira.
"Bagus dong" balas Vina sambil tersenyum.
"Kamu udah berapa hari di sini?" tanya Aira sembari duduk di kursi.
"Udah kurang lebih 3 hari" ucapnya.
"Kapan kamu bisa keluar?, oh iya ini aku ada bawain buah buat kamu" tanya Aira sambil menyodorkan bingkisan buah-buahan yang dibawanya.
"Aku juga nggak tau, kata ibuku aku bakal dipindahkan ke rumah sakit" jawab Vina lemas.
"Tandanya kondisi kamu makin parah dong?"
"Nggak kok, buktinya aku masih bisa ngomong sekarang"
"Kamu jangan bohong lo"
"Nggak kok"
Tiba-tiba handphone milik Aira berdering dan menandakan ada panggilan masuk. Saat Aira melihat rupanya itu dari mamanya. Aira menjawabnya sementara Vina hanya melihat Aira manggut-manggut dan sedikit gemetar. Dan panggilan selesai. Aira melihat ke arah Vina.
"Maaf ya Vin, aku sebenarnya mau ngobrol banyak sama kamu. Tapi orang tuaku cemas aku jalan-jalan begini" jelas Aira.
"Nggak, nggak papa kok. Lagian kamu baik banget sih nyempetin waktu buat jenguk aku" ucap Vina sambil tersenyum.
"Karena tanpa kamu aku nggak tau bakal gimana aku nanti kalo masih lanjut sama Adi" jelas Aira.
"Itu bukan apa-apa"
"Aku pulang duluan ya Vin"
"Iya Ai, makasih buahnya ya"
"Iyaaa" jawab Aira sambil keluar dari kamar.
Vina kembali merenung, padahal selama ini dia hanya membuat-buat semua itu. Apa memang Aira percaya dan benci sama Adi?. Kalau memang Aira tidak benci sama Adi, dia tak akan mengakhiri hubungannya dengan Adi kan.
Namun saat ini Vina hanya bisa
Menyembunyikan kebohongan yang telah dia buat.
Ohayou Minna-san!!!
Gimana keadaan kalian? Sehat? Moga sehat ya :D
Kali ini author kembali lagi mau minta maaf kalo cerita nya aneh, gak jelas, ataupun yang lain yang membuat kalian nggak puas sama cerita author :)
Atau cerita author terdapat unsur" persamaan dengan cerita kalian?
Author minta maaf sebesar-besarnya yaaa :)
Tapi author mohon support dari kalian semua buat author biar bisa memperbaikin kesalahan-kesalahan dalam cerita author :)
Follow my partner
Jangan lupa vote, comment, and share yaaaa :D
Sekian
Arigatou Gozaimashite My readers!!! :D :D :D :D :D :D :D :D :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Cuma Bisa Mencintaimu
Romance"Jadi gini di, gimana ya ngejelasinnya?" Dia mulai membuka suara. "Jelasin aja bakal ku dengerin kok" Jawabku meyakinkannya. "Bener nih ya? Kamu gak bakal marah sama apa yang mau aku ucapin?" Dia kembali bertanya. "Of course not" Jawabku. "Okay to t...