Vina POV:
Dengan berbekal informasi dari teman-teman yang lain, aku nekat bolos. Karena aku takut dia akan melakukan hal yang sama seperti saat itu, apalagi sekarang dia sedang diskors. Dengan hati-hati aku melangkah.
"Aman" batinku.
"Loh Vina, kamu ngapain?" aku terkejut dengan pertanyaan orang tersebut.
"Oh, a..a..a..a anu bu, mau ke wc. Kebelet pipis bu" jawabku gemetar.
"Oh ya sudah yang cepat ya, bu Zahra udah siap-siap masuk kelas tu" jelas bu Ita.
"Oh i..i..i iya bu makasih ya" tanggapku sambil tersenyum.
"Sama-sama nak" jawab guru BK tersebut seraya berlalu pergi.
"Huuuuh hampir aja ketahuan. Lagian kok aku gemetaran ya?, apa karena guru BK kali ya?" pikirku seraya berjalan ke arah taman belakang sekolah.
"Duh ada kepala sekolah keliling lagi" ucapku pelan saat melihat kepala sekolah sedang ronda.
"Sembunyi di taman ini aja udah" pikirku sambil bergerak mencari tempat persembunyian.
Ternyata suasana di sini sangat tidak enak, apalagi aku anak indigo. Duh, banyak bener dah penghuninya di sini. Mulai dari muka hancur, badan cuma setengah, nenteng kepala sendiri, dan masih banyak lagi.
Untungnya aku sudah terbiasa melihatnya sejak SMP. Sepertinya ada hal yang kulupakan kalau ke sini. Aku mencoba mengingatnya, namun suara langkah kaki kepala sekolah kian dekat. Aku langsung mencoba jongkok diantara sekumpulan drum bekas. Keuntungannya di sini adalah adanya sedikit celah yang bisa kupakai untuk melihat pergerakan kepala sekolah.
Sekarang dia berada di depan taman, tampak mengerikan kalau aku ketahuan sembunyi. Saat aku mencoba mengintip pandangan kepala sekolah juga terarah ke drum bekas tempatku bersembunyi. Karena sangat takut tanpa sadar aku mengeluarkan bunyi dari arah duburku (baca:kentut)
"SIAL!!! BISA-BISANYA DI SAAT SEPERTI INI AKU KENTUT" batinku menggertak.
Kepala sekolah yang mendengar hal tersebut merasa bodo amat dan melanjutkan kembali rondanya. Syukurlah aku kembali tidak ketahuan, aku langsung memanjat pagar yang tingginya kurang lebih sama dengan perutku. Segera aku memanjat pagar, dan agak sedikit tersangkut karena aku memakai rok. Aku terus berusaha melewati rintangan ini dan akhirnya bisa.
Rok saja tak berhasil mengalahkan Vina ini. Aku tersenyum kegirangan dan langsung kabur lewat belakang sekolah. Mentari yang bersinar dengan sangat terang saat itu semakin membuatku bersemangat untuk menemuinya.
. . .
Adi POV:
Rumah terasa sangat sepi saat ini, karena ibu sedang pergi ke luar. Tinggal aku sendirian di sini, tinggal aku sendiri disini. Jadi aku bisa bebas melakukan apapun. Aku langsung menuju ke dapur dan mengambil buah mangga di dalam kulkas.
Tak lupa aku juga membawa pisau dan kubawa ke kamar. Sudah lama sekali aku tidak makan mangga, pasti sangat enak saat kumakan. Namun tiba-tiba ada suara memanggilku, kedengarannya tidak jauh. Apa dari dalam rumah?, tapi kan aku lagi sendirian.
"ADIIIII!!!!"
Sontak aku merinding mendengar suara tersebut. Namun ketika aku mempertajam pendengaranku ternyata suaranya bukan berasal dari dalam rumah. Melainkan dari luar rumah, siapa orang iseng yang manggil namaku saat jam 11:46 seperti ini.
Kucoba kembali mendengar suara tadi, bisa dipastikan sekarang aku seperti orang bengong yang memegang pisau dan mangga di bawahnya. Aku merasa seperti mengenal suara itu, jangan jangan itu suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Cuma Bisa Mencintaimu
Roman d'amour"Jadi gini di, gimana ya ngejelasinnya?" Dia mulai membuka suara. "Jelasin aja bakal ku dengerin kok" Jawabku meyakinkannya. "Bener nih ya? Kamu gak bakal marah sama apa yang mau aku ucapin?" Dia kembali bertanya. "Of course not" Jawabku. "Okay to t...