Aira POV:
Perlahan-lahan aku mulai membuka mata. Di mana ini?, aku tidak sedang berada di UKS. Nampaknya aku dibawa ke rumah sakit. Ayah, mama, dan kak Dio pun turut hadir menemaniku. Ibu nampak menangis ketika melihatku bangun, begitu juga dengan ayah. Aku masih terlalu lemas untuk bergerak.
"Ma, kok aku bisa dibawa ke rumah sakit?" tanyaku penasaran.
"Katanya sih kamu pingsan, terus pengurus UKS di situ langsung manggil guru. Guru-guru pun ikut panik, jadi mereka langsung nelpon mama dan bilang kalau kamu pingsan" jelas mama.
"Kamu nggak papa kan sekarang?" tanya mama sambil mengusap kepalaku.
"Nggak papa kok ma, Cuma kepala Aira masih agak pusing" jawabku.
Rupanya aku tak sadarkan diri selama kurang lebih 3 jam, dan sekarang waktu menunjukkan pukul 14:00. Pantas saja mama langsung histeris saat melihatku bangun. Keadaan kamar inapku sepi karena hanya keluargaku saja yang ada disini. Mungkin teman-temanku akan menjengukku nanti sore.
"Emangnya aku sakit apa ma?" tanyaku penasaran.
Mama hanya tersenyum membalas pertanyaanku.
"Jadi kambuh lagi ya" ucapku pelan sambil berusaha duduk.
"Kamu mau kak Dio beliin sesuatu?" tanya kak Dio sambil berusaha mengalihkan pikiranku.
"Nggak usah kak" jawabku sambil tersenyum.
Diluar hujan turun dengan lebatnya, sehingga menyebabkan petir bersahut-sahutan di langit. Aku merinding mendengar petir tersebut menggelegar, namun dengan sigap mama memelukku. Ayah pun langsung menutup gorden yang berada di kamar inapku ini.
"Kalau begini teman-teman akan menjengukku gak ya?" batinku.
Mama langsung menyuruhku untuk istirahat untuk saat ini. Aku menurut saja, lalu mulai membaringkan tubuhku ke kasur. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan, apakah sakit hati bisa menyebabkan sakit fisik?. Aku sendiri tak tau. Namun sekarang aku harus lebih berhati-hati, karena dia kembali lagi.
Aku tidak suka di sini, aku juga tidak suka dengan bau obat-obatan di sini, aku tidak suka selalu diberi makan bubur. Jadi Tuhan, aku mohon tolong keluarkanlah aku dari tempat ini sesegera mungkin.
. . .
Adi POV:
Sial, perbuatanku membuat kekacauan di UKS. Vina sendiri langsung merinding mendengarnya, yang baru aku tau adalah ternyata dia adalah anak indigo. Sejak awal aku membawanya ke sana dia sudah merasa tak enak, dia bercerita bahwa dia merasa seperti diawasi oleh seseorang. Dan perbuatanku tadi sukses membuat Aira masuk rumah sakit.
Aku ingin menjenguknya, namun aku tak mau jika harus menjenguk sendirian. Jika aku mengajak Vina pun akan terasa aneh juga, karena kemungkinan besar dia sudah tau kalau aku pernah berpacaran dengan Aira.
"Hei, ngapain ngelamun?" tanya Vina yang menjentikkan jarinya di depan wajahku.
"Ng...nggak nggak papa kok" jawabku gugup.
"Kamu lucu ya kalo gugup" ujarnya sambil mencubit pipiku.
"Biasa aja kali" jawabku tersenyum.
Aku merasa bersalah pada Aira karena sudah membuatnya masuk rumah sakit dan aku yakin akan didiagnosa oleh dokter tidak ada penyakit apa-apa. Namun aku juga tak mau memperparah keadaan, jadi kuputuskan saja untuk tidak menjenguknya. Apalagi sekarang hujan sedang turun dengan sangat lebat. Sehingga kecil kemungkinan aku dapat menjenguk Aira dan kembali minta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Cuma Bisa Mencintaimu
Dragoste"Jadi gini di, gimana ya ngejelasinnya?" Dia mulai membuka suara. "Jelasin aja bakal ku dengerin kok" Jawabku meyakinkannya. "Bener nih ya? Kamu gak bakal marah sama apa yang mau aku ucapin?" Dia kembali bertanya. "Of course not" Jawabku. "Okay to t...