일: Begin

13K 1K 124
                                    

"Nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nak?"

"Buka pintunya, sayang."

"Ayo dong, jinnie. Kok anak mama ngambek gitu sih?"

"Dalam hitungan tiga ga dibuka pintunya, jangan harap mama bakal ajak ke konser anak nyasaㅡ"

Ceklek!

Pintu putih dengan hiasan bertuliskan nama jinnie itu terbuka lebar. Suzy baru saja mau hitung mundur dan nendang pintu kalau anaknya itu ga mau buka juga.

"Uh?"

"Kamu kenapa, sih. Mau cerita?" Suzy mutusin untuk masuk ke dalam kamar anaknya itu. Hyunjin majuin bibirnya yang merah itu dengan mata sembab habis nangis.

Setelahnya hyunjin ajak suzy untuk duduk di salah satu sofa kamarnya. Itu loh, sofa yang kalo di dudukin langsung mendelep. Spot favorit hyunjin karena tidak hanya estetik, melainkan tempat yang nyaman untuk mager-mageran.

Suzy nangkup pipi hyunjin yang memerah dan ngusap dengan ibu jarinya, ngeliat tangis hyunjin yang sepertinya akan tumpah, suzy langsung ngomong, "besok udah jadi istri orang, jangan cengeng dong."

Dibilang gitu ya malah tambah nangis si hyunjin, kunaon teh si mamah.

"Hyunjin belum mau pisah sama mama," gumamnya dengan bibir bergetar. Salahin si papa yang udah bikin hyunjin nangis tiga hari tiga malam karena punya rencana untuk nikahin hyunjin dengan anak kolega nya.

"Kenapa sih, cuma hyunjin yang diperlakuin ga adil? Kenapa yeji dikasih kebebasan untuk ngelakuin suatu hal?" Celotehnya lagi.

"She's a model, sukses di usia muda, cantik, gonta-ganti pacar terus, bisa ngehasilin duit."

"Dia dibebasin untuk ngelakuin suatu hal, sementara hyunjinㅡ seperti dikurung di sangkar emas."

Suzy gabisa nyembunyiin gurat sedih bercampur khawatir di wajah cantiknya. Hyunjin sudah tersedu-sedu sambil terbaring di pahanya. Tangan lentiknya mainin rambut hyunjin yang begitu lembut, yang udah dirinya rawat dari anak itu keciiiil banget.

Kan kalo begini, hyunjin jadi nyalahin takdir. Kenapa si takdir kejam banget hingga membuat ayahnya memiliki keputusan untuk menikahi hyunjin secepat mungkin.

Hyunjin belum punya pacar, belum pernah ngerasain namanya diapelin, belum tau rasanya dikasih coklat pas hari valentine sama gebetan.

Pokoknya hyunjin belum ngelakuin semua yang harusnya dilakuin seorang remaja setidaknya sekali seumur hidup.

"Jinnie," suzy masih mainin rambut hyunjin yang di pangkuannya, "pernah ga kamu kepikiran kalau misalnya hal yang ga kita sukain itu adalah yang terbaik untuk kita?"

Hyunjin geleng pelan, "yang namanya ga suka sama suatu hal, gaada yang berakhir baik, ma." Jawabnya.

Suzy mengangguk lagi, kemudian senyum tipis, "tapi, membuat hal yang  ga kita suka menjadi suka itu menantang ga sih? Jadi kita berusaha menaklukan rasa ketidaksukaan itu."

"Pasti nanti rasanya bangga banget pas udah melawan rasa ketidaksukaan itu, iya kan?"

Hyunjin mengangguk setuju. Apa yang di lontarkan mamanya memang tidak ada yang salah. Walaupun mama merupakan orang yang tegas dalam mendidik anaknya, tapi bisa jadi pendengar yang baik kala hyunjin butuh sandaran.

Rasanya hyunjin mau tidur aja di pangkuan suzy, dan ngelupain fakta bahwa besok dirinya ga tinggal di sini lagi.

Di rumah yang selalu melindunginya dari dinginnya kegelapan.

.

Hyunjin bergerak tak nyaman di altar.  Matanya lirik sana sini berusaha sebisa mungkin ga mandang cowo di depannya.

Iya, kenalin. Christopher Bang, the world most hottest CEO. Terdengar kekanakan di hyunjin, tapi memang begitulah media menggelarinya.

Tidak percaya, fanfiction yang hyunjin selalu baca di aplikasi warna oren di ponselnya bakal terjadi di dunia nyata. Yang biasanya hyunjin selalu membayangkan bagaimana rasanya menjadi sang pemeran utama, kini dia sendiri yang memakai title itu di ceritanya sendiri.

Nanti ada sesi ciuman! Hyunjin berteriak dalam hati karena baru ingat. Setelah mengucapkan janji, tiba-tiba chan natap lurus di pupil coklatnya.

Argh! Kesel! Persis banget kayak bos bos di fanfic!

Katanya kalau di story, bibirnya manis ya? Emang beneran?

AAH! wajahnya deket banget!

Rentetan kalimat itu bersarang di benak hyunjin. Ketika situasi sedang khidmat gini, ga mungkin hyunjin teriak-teriak untuk lampiasin kegugupannya.

"Hyunjin?"

Suara bariton yang udah pernah hyunjin dengar sebelumnya tetep bikin bulu kuduknya meremang, "iya," jawabnya ᴷᵉᶜᶦˡ

Chan pegang jemari hyunjin, "jangan mundur. Biar saya cium kamu."

"Ke- kenapa ngomongnya harus gitu?" Lagi-lagi hyunjin nyaut dengan suara ᴷᵉᶜᶦˡ

Kok ya sempat-sempatnya berbincang di altar. Sementara di bawah sana semua orang termasuk suzy udah set mode ke video untuk merekam momen sakral ini.

"Deketan, hyunjin."

Hyunjin ngangguk kecil sambil ngeruncutin bibirnya. Pada dasarnya hyunjin memang ga tau caranya ciuman, suzy biasanya mencium hyunjin dan yeji begini sebagai bentuk kasih sayang.

Chan menghela napas pelan, kemudian ambil satu langkah kecil karena hyunjin langsung tutup matanya.

Penonton udah menahan teriakan yang pengen banget di keluarin. Apalagi ada antek-antek jisung disana yang pastinya bakal heboh ngeliatin teman seperbobrokan mereka bakal sah jadi milik orang lain.

"Aaaaah!"

"HYUNJIN!"

Dibilangin jangan mundur terus. Momen yang harusnya diabadikan seumur hidup malah mengundang gelak tawa bagi sebagian orangㅡ sebenernya jisung aja yang ketawa.

Suzy hampir ketawa, tapi langsung berdehem dan bangun sambil seret gaunnya untuk bantuin hyunjin yang jatuh dari altar. Untung altarnya ga tinggi.

Sakit nya ga seberapa, tapi malu hyunjin seumur hidup.

Sakit nya ga seberapa, tapi malu hyunjin seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#imessages

Hei ~(._.)

Stay tune for the next chapter!

All About You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang