이십삼 : Long Last

4.7K 596 173
                                    

Chan menyesap kopinya pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan menyesap kopinya pagi itu. Duduk bersantai di balkon apartemen dari lantai enam sambil memandang orang-orang yang mulai beraktivitas.

Sudah tiga minggu dia menghabiskan waktu di negara eropa bagian barat ini. Waktu yang masih terbilang sebentar mengingat bahwa chan harus disini lebih lama.

"Sangat menyiksa." Gumamnya. Kembali meneguk sisa kopi yang memberi rasa manis bercampur pahit di rongga mulutnya sebelum beranjak dari sana.

Dirinya berkaca di westafel. Wajahnya yang lebih seperti gelandangan dibandingkan seorang CEO yang diagung-agungkan semua orang.

Kantung mata yang mulai menghitam, rambut yang tak tertata sama sekali, dan juga bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di sekujur rahangnya.

Chan tampakㅡmengenaskan, dengan penampilan yang sangat memprihatinkan.

Tiba-tiba saja netranya memandang ke bawah, dimana cincin pernikahan hyunjin disatukan dengan rantai hingga membentuk sebuah kalung. Sementara cincin miliknya berada di ibu jari sebelah kanan.

Setelah hari itu dia bertemu dengan hyunjin, rasanya dunia tidak lagi sama. Semua terasa sangat kosong. Ketika melihat langkah hyunjin yang kian menjauh, saat itu juga chan membayangkan kalau dirinya tengah menahan hyunjin disana, walaupun nyatanya dia malah membiarkan hyunjin melanjutkan langkahnya.






"Lo kenapa?"

Sahutan di pundak yang dilakukan oleh changbin membuat chan tersadar dari lamunannya.

"Tidak ada."

"Jangan bilang gaada, muka lo ga bisa bohong." Timpal changbin lagi. Changbin cukup sadar kalau pikiran chan sangat penuh sekarang. Buktinya, pria kelahiran australia itu cuma diam ketika ditanya pertanyaan sederhana oleh changbin.

"Aku masih kepikiran hyunjin." Balasnya, "sejak pertemuan kami tiga minggu yang lalu."

"Terus lo pasrah aja? Apa lo bener-bener yakin si hyunjin punya orang lain,"

"-lo ga kepikiran kalau misalnya dia ngelakuin itu cuma untuk bikin lo menjauh."

"Karena dia tidak ingin membuatmu lebih kecewa, maybe?"

Chan menatap changbin yang kembali berkutat dengan laptop di pangkuannya. Benar, chan tidak pernah berpikir seperti itu. Changbin seolah-olah membuka jalan di otaknya.

Tapi, apakah mungkin?

Chan kembali ragu, entah untuk yang kesekian kalinya.

"Lo pernah ngejulukin dia pembohong yang cantik," changbin menghela napas, "lo tau kalau dia sangat ahli dalam urusan itu, kenapa sekarang lo malah mudah terbuai?"

Si pirang tertawa kecil. "Iya, he's a beautiful liar."

"Tapi aku tidak yakin kalau dia berbohong. Wajahnya tampak sangat serius.."

All About You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang