-Perasaan-

55 5 11
                                    

Keesokan hari nya.

Kyisa langsung terbangun dari tidurnya dan bergegas melihat jam weker. Jam menunjukkan pukul 06:15. Untung saja ia terbangun, kalau tidak, ia bisa telat untuk berangkat ke sekolah. Langsung saja Kyisa mengambil handuknya bergegas ke kamar mandi, namun langkahnya terhenti begitu saja ia seperti mengingat sesuatu yang ia lupakan.

Kyisa menepuk jidat nya “gila! Gue belum ada belajar untuk ujian hari ini. Astaga, itu semua gara-gara pria brengsek!” geram Kyisa di pagi hari.

Ia baru ingat bahwa jika ia belum belajar untuk ujian hari ini. Kalau bukan karena Mike mengajak ia dinner semalam dan tidak ketiduran akibat terlalu kesal dengan Mike, pastilah ia sudah berkutat dengan buku pelajarannya dan mengisi otak nya untuk ujian mendatang. Entah, jawaban apa yang akan Kyisa jawab nanti. Ia hanya bisa pasrah dan hitung kancing untuk menemukan jawaban nya, apalagi ujian hari ini Fisika dan itu sangat membuat Kyisa malas untuk yang namanya berfikir.

Ah sudah lah, untuk jawaban ujian nanti bisa di fikirkan nanti, yang terpenting Kyisa harus bergegas mandi atau dia nanti akan telat ke sekolah dan tidak dapat mengikuti ujian yang sedang berlangsung.

Setelah ritual pagi yang singkat, Kyisa pun sudah bersiap dengan seragam sekolah nya tetapi ia tidak siap dengan ujian hari ini, dari itu ia serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga ia diberikan keterbukaan pada otak nya.

Saat Kyisa melewati ruang dapur, Kyisa menarik tangan Rani dan menyalami nya. Rani yang sedang mengolesi selai di roti tersebut sontak saja kaget dengan perlakuan anak ajaibnya itu.

“Kyisa pergi dulu ya ma. doain Kyisa semoga bisa ngerjain nya” Kyisa menyengir dan beranjak pergi namun Rani menahan tas anak nya itu.

“ada apa ma?” tanya Kyisa heran, pasalnya ia sudah telat ini. Bisa-bisa ia lari marathon lagi dipagi hari dan membuat baju sekolah nya bau dengan keringat.

“kamu gak mau sarapan dulu? Ini mama udah buatin roti kesukaan kamu”

“gak ma, Kyisa gak laper. Soalnya Kyisa udah benar-benar telat ini, Kyisa pergi dulu” langsung saja dengan kecepatan kilat, Kyisa berlari keluar dari rumah nya. Rani yang melihat nya hanya bisa menggelengkan kepala nya. Sudah tidak heran ia melihat pemandangan pagi ini, pemandangan yang setiap pagi ia selalu lihat.

-ooo000ooo-

“Kyisaaaaaaaaaaaaaaa” suara cempreng itu membuat Kyisa ingin menyumbat telinga nya dengan kapas. Ia baru saja sampai disekolah nya dengan nafas yang terengah-engah, dan kini harus mendengar suara itu. Ya, suara siapa lagi kalau bukan suara Tisya. Sahabat nya itu pasti akan bertanya yang aneh-aneh di pagi ini.

“kyisaa” Tisya mengamit lengan Kyisa dengan manja.

“apa?” tanya Kyisa malas. Mereka berdua pun berjalan beriringan masuk ke sekolah. Masih ada waktu 10 menit untuk Tisya berbicara kepada Kyisa dan Kyisa siap akan hal itu.

“Kyi, yang kemarin itu calon suami lo?” langkah Kyisa pun langsung terhenti begitupun dengan Tisya, bagaimana bisa sahabat nya itu langsung mengetahui nya bahwa Mike itu calon suami nya padahal ia belum sempat memberitahu kepada Tisya.

Tisya melihat wajah Kyisa yang terlihat diam “seperti nya iya” ujar Tisya.

Kyisa pun hanya bisa menghela nafas pelan lalu melanjutkan jalan, kenapa sahabatnya itu harus membahas hal yang menurut ia sensitif untuk dibicarakan. Pasti setelah ini dia akan bertanya dengan logat heboh nya.

Tisya mengejar Kyisa yang meninggalkan dirinya, ia meraih lengan Kyisa lalu melihat wajah Kyisa yang masih diam “serius Kyi? dia calon suami lo? Demi apa ha? Gila, lo beruntung banget Kyi dapatin dia. Mana dia kaya, mapan, ganteng, keren. Uuggh, pokoknya calon suami lo sempurna banget deh Kyi. Gue jadi iri, lo dapatin dia dari mana sih? Boleh dong beri gue satu kayak dia, hehehe”

MiKyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang