***Chanyeol berjalan sambil terus merenungi nasibnya besok, kata-kata Ayahnya tadi masih terniang-ngiang ditelinganya. Pertunangan yang tidak pernah Chanyeol inginkan akan diselenggarakan besok sore.
Lagi-lagi tanpa sepengetahuannya, tanpa persetujuannya. Kenapa Ayahnya jadi bersikap seenaknya seperti ini, memaksakan kehendaknya pada Chanyeol yang jelas-jelas adalah putranya sendiri.
"Kenapa otakku tiba-tiba macet begini, ayolah berpikir Park Chanyeol, gagalkan pertunangan itu dan selamatkan masa depanmu."
Chanyeol terus menggerutu sambil menepuk pelan kepalanya. Ia dipastikan sudah gila andaikan besok resmi bertunangan dengan Seulgi.
Langkahnya kian menjauh, awalnya Chanyeol hanya ingin berjalan di sekitar kantor untuk mencari ide dan udara segar, tapi otaknya tak kunjung mengeluarkan ide cemerlang.
Chanyeol melangkah dan terus melangkah, tidak memperhatikan sekelilingnya orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing. Sampai pada akhirnya...
BRUK!!
Badan Chanyeol tersungkur, ia baru saja akan memaki orang yang menabraknya sebelum orang yang ikut terjatuh di sebelahnya itu justru melototinya sekarang.
"Hei tuan, kalau jalan itu pakai mata!"
"Apa? bukannya kamu yang menabrakku tadi? kenapa jadi aku yang salah?"
"Sudah salah, tidak mau minta maaf. Dasar pria tidak punya perasaan."
"A-apa?"
Wanita itu memungut kacamatanya yang sempat terjatuh dan bergegas mengejar bus yang kini sudah bergerak menjauh meninggalkan halte.
Dia menahan kesalnya, sudah dua kali ia ketinggalan bus hari ini. Pertama karena terlalu asyik curhat di telepon, yang kedua karena ia terjatuh usai menabrak seorang pria yang bahkan tidak mau meminta maaf karena menghalangi jalannya.
Wanita itu - Wendy kemudian memilih duduk lagi di kursi halte. Ia ingin segera sampai di kontrakannya untuk beristirahat. Hari ini begitu melelahkan untuknya, tapi ia justru ketinggalan bus sampai dua kali. Chanyeol yang sudah selesai merapikan pakaiannya kemudian ikut duduk di halte, masih sibuk merenungi nasibnya besok.
"Halo Yeri? ada apa?"
"Kemarin kan kamu sudah makan mie di kontrakanku, sekarang kamu ambil lagi? astaga habis sudah isi lemariku Yer!"
"Ya, ya sudah. Kamu boleh memakannya."
Wendy memasukkan ponselnya ke dalam saku coat yang ia kenakan saat ini. Ia harus segera sampai di rumah sebelum bocah kecil bernama Yeri itu benar-benar menghabiskan isi lemari dapurnya.
Wendy tidak punya pilihan lain selain taxi saat ini, meskipun ia tahu uang yang ia keluarkan akan sangat banyak, tapi stok makanannya harus diselamatkan sekarang juga.
Chanyeol masih memperhatikan Wendy, ia bahkan mendengar percakapan wanita itu di telepon saking kerasnya dia berbicara. Ia melihat Wendy mencoba menyetop sebuah taxi, dan baru saja ia ingin membuka pintu taxi itu, seorang nenek menghampirinya.
Mereka berdua terlihat mengobrol sebentar sebelum akhirnya nenek itulah yang masuk ke dalam taxi. Chanyeol merasa takjub dengan kebaikan hati Wendy, ia sempat ketinggalan bus dan sekarang justru dengan suka rela membiarkan taxi yang ia berhentikan ditumpangi nenek tadi.
Wendy melambaikan tangannya pada nenek tadi yang sudah menjauh bersama taxinya dan kembali duduk di halte.
"Sepertinya aku harus berjalan sampai halte Gangnam daripada menunggu di sini, 20 menit lagi bus berikutnya datang. Kalau aku bisa memangkas jarak sekitar 1 km, pasti akan lebih cepat sampai di kontrakan. Tepat sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Chanyeol ✓
FanfictionMenghindari perjodohan hingga rela menyamar sebagai seorang perempuan. Pernah terbayangkan oleh kalian? Park Chanyeol merasakan itu, ia bahkan rela mengorbankan harga dirinya sebagai seorang pewaris tunggal Sherin Departement Store demi menghindari...