[ n i n e ]

1.3K 114 0
                                    

Ravin merenung, memikirkan keputusannya benar atau tidak. Seharian dia ada di sana, dan Renasha pun tidak mengganggunya. Gadis itu benar-benar meninggalkannya sendirian. Dan rasanya ... benar-benar tidak enak.

Ravin sudah terbiasa dengan kehadiran Renasha di sekitarnya walaupun baru sebentar. Ravin sudah terbiasa dekat-dekat dengan Renasha, sehingga kalau dia jauh dari gadis itu, entah kenapa Ravin merindukan wangi citrus pada tubuh gadis itu.

Ravin menghela napas, memutuskan untuk kembali ke rumah Renasha. Dia menunduk, berjalan sambil menendang kerikil-kerikil kecil dengan kesal. Kesal, karena sampai sekarang dia belum tahu keputusan apa yang akan diambilnya. Kesal, karena dia terlalu pengecut untuk bilang ke Renasha kalau dia adalah pangeran. Kesal, karena ... dia tidak ingin berpisah dengan Renasha.

Ravin menghela napas lagi. Dia menyiapkan diri, berdiri sejenak di depan pintu rumah Renasha sambil memerhatikan pintu itu dalam diam. Baru saja tangannya terangkat untuk mengetuk, tapi pintu itu sudah terbuka duluan.

Dan, Ravin tahu sejak saat itu, hidupnya adalah neraka baginya.[]

when she met the highnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang