[ t h i r t y ]

1.3K 96 0
                                    

Dan apa yang dilakukan Renasha? Dia hanya menunggu.

Seminggu. Seminggu dia bertahan dalam lingkaran perasaan yang berantakan itu, sampai akhirnya dia bisa menata hatinya lagi dan melakukan rutinitas seperti biasa. Walaupun di malam-malam sunyi dia masih sering memikirkan pria itu dan menangis setelahnya.

Dan hari ini, dia akan berlibur. Yeah, walaupun tabungannya harus terkuras habis hanya untuk menyembuhkan patah hati tak bermutunya ini.

Ke negara tetangga, yang katanya punya pemandangan bagus. Bukan hanya pemandangannya saja, tapi suasananya pun bagus untuk menata hatinya kembali.

Renata? Yah, Renasha tidak memikirkan Renata. Yang penting, dia sudah minta izin pada Renata dan adiknya itu mengizinkan walaupun dengan ejekan-ejekan tak bermutu.

Dan di sinilah ia, di geladak kapal, menyandar pada pagar pembatas kapal, menghirup udara laut yang terasa asin. Senyumnya kian melebar, dengan perasaannya yang semakin ringan. Tapi tetap saja, perasaan aneh itu masih ada di sudut terdalam hatinya. Menyesakkan hatinya tanpa ampun, sampai liburan Renasha terancam banjir air mata.

Tapi Renasha tidak menghiraukan perasaan itu. Pikirannya fokus hanya pada liburannya kali ini. Dan dia berjanji, akan menikmati liburan ini apa pun caranya. Tak akan dia biarkan kenangan pria itu menghancurkan liburan sempurnanya.

Negara tetangga tidak jauh dari negaranya. Hanya butuh dua jam naik kapal untuk bisa sampai ke sana. Dengan udaranya yang masih sejuk, pemandangan yang tidak ada duanya, dan rumah-rumah yang masih renggang, menyisakan sawah dan empang di antara rumah-rumah itu.

Renasha turun dari kapal. Memejamkan mata, menghirup wangi asing menenangkan ini, lantas tersenyum lebar sambil melangkah menjauhi kapal. Diangkatnya koper menyurusi jalanan dermaga. Matanya melanglang buana dengan semangat. Toko roti, toko buku, kafe, pasar, toko ikan, dan yang lainnya. Renasha memutuskan untuk mengunjungi toko roti yang menggugah selera dulu.

"Roti kismis, dua potong, please," pinta Renasha sambil tersenyum ramah.

Ibu-ibu penjualnya memberi dua roti kismis dalam satu piring. "Roti spesial untuk orang yang lagi patah hati," katanya menggoda.

Renasha tersenyum kikuk, lantas membayar roti itu dan pergi mencari tempat duduk. Pilihannya jatuh pada meja di pojokkan dekat kaca.

Patah hati, katanya? Seterlihat itukah perasaannya? Sepertinya dia tidak terlalu desperate hanya karena ditinggal pria itu!

Demi Tuhan, pria itu pantas mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan pria itu yang lebih dari segi mana pun. Dia tidak akan cocok bersanding dengan pria itu sampai kapan pun. Dan dia sadar akan hal itu.

Membuka novelnya, Renasha tenggelam dalam lautan kata-kata itu.[]

when she met the highnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang