11.

775 174 30
                                    

“kau sudah tau!”






Taeyong seketika menoleh ketika pintu utama ruangannya dibuka dengan tidak manusiawi, ia menutup laptop dihadapannya dengan santai, menatap yang lebih tua dengan wajah yang ditumpu pada kedua tangannya

“Pintu itu hampir terlepas dari tempatnya, seo”

Johnny melangkah masuk, sempat menutup pintu malang itu dengan tidak sabaran



“kau sudah tau bahwa kekasih taeil selingkuh!”



“hmm” masih tidak merasa terancam, taeyong justru berjalan santai menuju sofa besar diruangannya, membaringkan tubuhnya disana



Pria tinggi itu merinyit tidak suka atas respon sang sahabat, namun matanya tidak lepas dari gerak gerik taeyong “sejak kapan?”



“entah, mungkin sejak pertama kali taeil hyung bekerja di café milik ten”




“Lalu kau diam saja?!”




Kali ini pemuda berahang tegas itu tidak langsung membalas, ada jeda beberapa lama hingga kedua mata tajam taeyong akhirnya menatap yang lebih tua dengan pandangan yang sulit dimengerti



“john, aku yakin taeil hyung telah memberitahumu perihal bagaimana perasaannya pada yuta”

Pupil mata johnny bergerak gelisah, sekelebat ingatan tentang bagaimana senyuman tulus taeil saat tengah membicarakan kekasihnya datang begitu saja

Bagaimana senyuman indah yang begitu johnny inginkan itu tercipta ketika pemuda moon itu tengah menyebut nama yuta, bagaimana binar mata yang begitu johnny sukai bersinar terang ketika ia tengah memikirkan masa depannya dengan kekasihnya—

“—menurutmu, bagaimana aku bisa membuat perasaan tulus pemuda rapuh itu hancur ketika aku mengatakan yang sesungguhnya?” lagi, ucapan taeyong menusuk hatinya begitu dalam, membuat pandangannya yang sebelumnya begitu percaya diri kini menunduk menatapi sepati mahalnya




“sekarang kau pasti mengerti kenapa aku mendukungmu untuk mendekati taeil hyung—”




Johnny kembali mendongak kala mendapati kalimat taeyong yang menggantung




“—aku ingin kau menghapus rasa cintanya pada kekasihnya, agar ia tidak merasa begitu tersiksa ketika mengetahui kebenarannya… karena aku ingin ia memilikimu untuk menopangnya ketika terjatuh nanti”

.
.
.

Jungwoo berdiri dengan tubuh indahnya, sibuk menatap daftar menu yang terpampang pada buku menu, sementara tangannya menempelakan ponselnya pada telinganya

“sajang-nim, saya sedang ada di café setelah baru saja melakukan rapat dengan para karyawan…, sepertinya makanan disini enak, anda ingin saya bawakan sesuatu? Sebentar lagi waktunya makan siang”


“tidak perlu, sekertaris kim, aku akan makan diluar”



“oke kalau begitu, selamat siang”

Sambungan telfon terputus, pemuda bersurai oranye itu menutup buku menunya, dan melanjutkan makan kue cokelatnya yang sebelumnya tertunda

“hmm, ini memang enak, kurasa aku bisa memberikan kue disini untuk jaeprinceku”

Tangan sipemuda kim terangkat untuk mendapatkan atensi salah satu pelayan di café megah itu,“permisi!”

Salah seorang pemuda yang menggunakan apron hitam khas tempat makan itu datang dengan membungkuk, senyumannya membuat pipi chubby-nya terlihat semakin menggemaskan

Love Rain [Johnil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang