16.

759 158 44
                                    

"maaf menganggu malam malam, aku terlalu kacau untuk sekedar membawa mobilku pulang"



Satu satunya pria bermarga kim di ruangan itu tidak menjawab, pria yang biasanya menunjukkan kekonyolannya hanya menatap prihatin pada sang atasan yang tengah duduk bersandar dengan mata tertutup

Tentu saja Jungwoo terkejut ketika mendapati boss di tempatnya bekerja itu tiba tiba datang dengan penampilan bak diterpa banjir besar, wajah kacau, pakaian basah dan mata memerah yang ia sendiri tidak yakin itu efek hujan atau air mata

Jungwoo tidak bertanya apapun, hanya mempersilahkam atasannya itu untuk segera mengganti bajunya dan mengeringkan rambutnya yang telah basah terguyur hujan, untunglah ada beberapa pasang baju milik ayahnya yang tertinggal di apartemennya, kalau tidak entah apa yang harus dipakai johnny yang bertubuh hampir dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya







"Anda boleh memakai kamar saya, saya akan tidur di kamar lain"


Pria itu menegakkan tubuhnya, menyesap kopi panas yang baru saja disuguhkan oleh sang sekertaris



"tidak, aku akan pulang setelah hujannya reda, kalau kau mau tidur silahkan saja, aku akan-"








"Hyung"

Seketika johnny bungkam, telinganya terasa asing, memikirkan kapan terakhir kali pemuda itu memanggilnya seperti itu



"jangan pikirkan dia lagi, aku khawatir"



Sayangnya ucapan yang seharusnya serius itu membuat johnny terkekeh kecil, ia mendongak, menatap sekertarisnya yang masih betah berdiri dihadapannya

"kau baru saja menyuruhku untuk menyerah?, kim?"





"Iya"


Tangan besar johnny terulur, memanggil yang lebih muda untuk mendekat kearahnya

Dengan tanpa pikir panjang jungwoo menurut, ia mendudukkan dirinya disamping si pemuda chicago, dan ia sama sekali tidak terkejut kala tubuhnya langsung dihimpit oleh tubuh besar atasannya

Tanpa ragu jungwoo ikut melingkarkan tangannya, memeluk yang lebih tua dengan erat, meletakkan kepala besar itu di perpotongan lehernya, membiarkan bahunya basah karena air mata













"tenang saja, aku telah menyerah"





.
.
.





Jika boleh dihitung, mungkin telah ratusan kali taeil mengambil dan melempar ponselnya asal

Air matanya telah mengering, kepalanya pusing entah karena terlalu banyak memikirkan masalah atau karena air hujan yang semalam mengguyur tubuhnya

Memikirkannya semakin membuat hati dan otaknya sakit, disisi lain ia mengutuk seluruh kalimat johnny yang tadi malam pria itu ucapkan, disisi lain pula, ia ragu, takut dan cemas

Setelah yuta hadir dihidupnya, ia merasa dunianya sangat indah, memiliki teman, pekerjaan, pacar... jadi bolehkah ia serakah? Ia sama sekali tidak ingin kehilangan salah satu diantara ketiganya

Ia hanya ingin bahagia


Hatinya boleh saja mulai tertarik pada pemuda amerika itu, tapi bukan berarti taeil bisa diam saja kala mendengar johnny menuduh pujaan hatinya dengan seenaknya

Matanya melirik kearah ponselnya yang berbunyi, nama kontak yang tertera di layar ponselnya membuatnya sedikit merasa tertekan, seseorang yang sejak tadi ingin ia hubungi justru menghubunginya lebih dahulu

Love Rain [Johnil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang