Mario (2)

133 5 0
                                    

"Astaga fy, kamu kacau banget sumpah."

Stev berjalan memasuki kamar Ify dan hanya bisa geleng kepala melihat pemandangan dihadapannya. Rambut berantakan, wajah lusuh, mata bengkak, serta tisu yang bertebaran dimana-mana. Ify terlihat sangat kacau.

"Stev." Lirih Ify.

"Fy... aku tau kamu sedih, tapi apa dengan cara begini Rio bakal sembuh?"

Ify menggelengkan kepalanya pelan. Air mata itu kembali menetes.

"Fy... sebagai sahabat, kamu seharusnya menghibur Rio. Kasih semangat ke dia. Berada disisinya," kata Stev, tangannya membelai lembut rambut Ify "Kalau kamu kacau kayak gini, itu hanya akan membuat Rio merasa bersalah. Dia akan jauh lebih jatuh nantinya. Kamu mau Rio patah semangat?"

Ify kembali menggelengkan kepalanya. Stev meraih wajah Ify dengan kedua tangannya, jemari tangan itu bergerak menghapus bulir-bulir air mata yang menetes.

"Kita hadapi semuanya bersama. Kamu harus kuat, demi Rio. Oke?"

Ify hanya bisa menganggukkan kepalanya dan Stev tidak puas dengan jawaban itu.

"Oh, come on fy."

"Kenapa?"

"Nggak ada semangat-semangatnya tau nggak. Semangat dong. Gimana mau nyemangatin Rio kalo lemah gini?"

"Siapa yang lemah?" Ify benar-benar benci kata lemah sehingga dia menatap Stev tajam.

Stev bukannya merasa terintimidasi dengan tatapan itu, dia malah semakin yakin untuk beraksi. "Kamu lah. Lihat nih, tisu dimana-mana. Jorok tau nggak. Rio mana mau deket-deket sama kamu kalo kayak gini."

"Enak aja, Rio terima aku apa adanya tau."

"Oh ya? Nggak percaya."

"Dasar Pangeran rese, untung ganteng."

"Wah kalo ganteng gak usah diragukan lagi sih."

"Dih PD banget."

"Biarin." Sahut Stev. "Udah sana mandi, yang wangi, rambut tuh di sisir biar rapi. Rambut udah kayak rambut singa begitu." Lanjutnya sembari mendorong tubuh Ify menjauh.

"Yeee."

"Trus ini jangan lupa dibuang semuanya." Lanjut Stev, lagi, sembari menunjuk ke tisu-tisu malang korban tangisan Ify.

"Iya iya, dasar pangeran tukang ngatur."

"5 menit ya? Buruan."

"5 menit? Yang bener aja." Protes Ify.

"Kita masih harus jemput Agni, fy. Aku yakin keadaan dia gak jauh beda dari kamu. Akan butuh banyak waktu untuk menenangkan kalian."

Ify terdiam. Dia rasa Stev benar, Agni juga pasti dalam keadaan kacau.

"Heh! Malah bengong. Buruan!"

"Iya iya."

Ify menyerah. Dia segera berjalan menuju kamar mandi sementara Stev memilih keluar dari kamar dan menunggu Ify di luar. Ify keluar setelah beberapa menit berlalu karena dia harus membereskan kekacauan yang dia buat terlebih dahulu.

"Udah siap?" Tanya Stev ketika dia melihat Ify berjalan mendekatinya.

"Hmm."

"Dih jawaban apaan tuh?"

"Iya udah siap."

"Apaan lagi tuh? Terpaksa banget jawabnya."

"Serba salah." Jawab Ify malas dengan wajah yang sudah ditekuk.

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang