You're my Light

82 5 2
                                    

Katanya bahagia itu sederhana - cukup dengan membuat orang di sekitar kamu bahagia maka kebahagiaan itu akan menular kepadamu.

♧♧♧


Di dalam sebuah kamar berukuran sedang dengan nuansa monokrom, Rio duduk di depan meja belajarnya - memandang ke satu arah. Pria itu tersenyum memandangi potret dirinya bersama ketiga sahabatnya dalam sebuah bingkai foto. Dia ingat, gambar itu di ambil saat pertemuan pertama mereka setelah berpisah selama beberapa waktu karena dirinya harus menjalani pengobatan di luar negeri dan kak Indra adalah orang dibalik pengambilan foto itu.

Jemari tangan Rio mulai bergerak menyentuh permukaan kaca tersebut dan berhenti pada satu titik dimana terdapat potret Agni. Gadis itu, berdiri persis di sisi kiri nya, tersenyum cerah sembari menghadap ke kamera. Selama Rio mengenal gadis itu, terhitung hanya dua kali dia melihatnya menangis yakni saat gadis itu terlibat masalah dengan keluarganya dan saat mengetahui bahwa dirinya sakit. Rio tau, meski mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdebat tentang banyak hal, tapi gadis itu sangat memperdulikan dirinya. Kemudian perhatian Rio teralih kepada pria yang berdiri di samping Agni. Dia adalah Stev. Rio telah mengenal pria itu bahkan sebelum mereka berdua bertemu dan bertatap muka secara langsung. Bagaimana bisa? Itu semua bisa terjadi berkat cerita-cerita yang di tutur kan oleh Ify. Sejauh yang dia tau, Stev adalah sosok yang easy-going, super ramah dan bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Terakhir, potret gambar diri sosok yang selama ini menempati tempat khusus dihatinya - Ify. Gadis itu, bahkan sejak pertemuan pertama mereka - sudah berhasil menarik perhatiannya. Saat itu dia belum menyadari tentang perasaannya terhadap gadis itu dan menganggap ketertarikannya hanya sebatas rasa penasaran saja tetapi setelah berada jauh dari gadis itu - dia pun menyadari bahwa dia menyayangi gadis itu lebih dari sekedar sahabat. Namun sayang, dia menyadari hal itu disaat ada sosok lain yang lebih dulu menyatakan perasaannya pada gadisnya.

"Rio - nak."

Suara lembut itu seketika membuyarkan lamunan Rio. Dia baru menyadari bahwa selama dia memandangi foto dihadapannya, dia meneteskan air mata - sehingga dengan cepat dia langsung menyeka air mata itu sebelum sang ibu menyadarinya.

"Kamu nangis?"

"Enggak - cuma kelilipan aja kok ma."

"Jangan bohong - mama kenal kamu. Ada apa? Cerita sama mama."

"Nggak apa-apa ma. Rio cuma terharu aja pas lihat foto ini."

"Kalian kelihatan sangat bahagia di foto itu."

Rio tersenyum, "Iya ma. Kami bahagia."

Ira mengelus rambut anak semata wayangnya itu dengan penuh kasih.

"Ma."

"Iya?"

"Makasih ya ma selama ini sudah mau merawat Rio. Maaf kalau Rio masih sering merepotkan mama, bikin mama khawatir dan sedih."

"Nak - apapun akan mama lakukan untuk kamu. Kamu nggak perlu berterimakasih ataupun minta maaf ke mama."

"Rio akan tetap bilang makasih meski mama larang." Kata Rio sembari memeluk erat tubuh sang ibunda.

"Kamu ini."

***

"Yo! Mario!" Teriak Agni. Gadis itu mengejar sosok sahabatnya yang masih terus berjalan tanpa menghiraukan panggilannya.

"Woi!" Tepuk Agni begitu sudah berada di samping Rio.

"Astaga Ni, ngagetin tau nggak." Protes Rio.

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang