Promise

98 5 1
                                    

Ify hanya mengikuti kemana langkah kaki Cakka melangkah, pria itu terus berjalan memasuki area pemakaman, langkahnya terlihat mantap seolah jalan itu sudah sering dia lewati.

Tak lama, langkah itu terhenti tepat di depan sebuah nisan yang terlihat masih baru. Ify membaca nama yang tertera di atas nisan itu - Ashilla Calista Dewi - nama itu nampak tidak asing.

"Hai Shil, lihat aku dateng sama siapa?" Kata Cakka. Pria itu sudah duduk jongkok di dekat nisan. "Iya, kamu benar - Ify - sosok yang selalu bikin kamu menggebu-gebu setiap kali kamu cerita tentang dia. Bahkan aku yang sempet naksir sama dia aja nggak segitunya hehe jangan marah Ashilla."

Cakka tertawa kecil sementara Ify nampak kaget dengan apa yang baru saja dia dengar. Cakka pernah menyukainya? Jadi, perasaannya yang dulu dia punya untuk pria di hadapannya itu - tidak bertepuk sebelah tangan? Benarkah?

"Fy - sini." Kata Cakka sembari menarik lengan Ify - membuat gadis itu ikut duduk disampingnya.

Ify masih diam. Dia tidak tau harus bereaksi seperti apa sampai akhirnya Cakka menggenggam tangannya dan tersenyum ke arahnya.

"Loe pasti kaget ya karena tiba-tiba gue ngajak loe kesini," kata Cakka yang langsung di respon Ify dengan sebuah anggukan kecil. "Namanya nggak asing kan?" Lagi-lagi Ify hanya mengangguk. "Gue pernah ngenalin dia ke loe dulu."

"Ashilla yang itu? Pacar loe yang cantik itu?" Kata Ify yang baru saja menyadari sosok yang di maksud dan sekarang gantian Cakka yang mengangguk. "Dia kenapa?"

"Kecelakaan."

"Turut berduka cita ya Kka."

"Makasih," Cakka tersenyum kemudian melepaskan genggaman tangannya dari Ify dan kini tangan itu beralih menyentuh batu nisan di hadapannya. "Ada satu hal yang nggak pernah bisa gue ungkapin ke loe dari dulu."

"Jangan dipaksa kalo memang berat."

"Nggak berat, cuma gue nggak mau aja jadi cowok jahat yang bisanya cuma menyakiti perasaan cewek. Dengan sikap gue yang terkadang bertingkah sesuka hati aja gue yakin banyak yang sakit hati, apalagi kalo gue bilang gue sayang sama orang lain selain dia."

"Loe emang ngeselin sih kalo udah bertindak semau loe."

"Nggak usah di perjelas bisa kali fy," Ify tersenyum tipis. "Loe nggak penasaran sama kalimat terakhir gue?"

"Penasaran sih tapi - "

"Tapi gengsi mau nanya makanya loe coba mengalihkan pembicaraan," sahut Cakka. "Loe masih belum berubah fy."

"Loe juga, masih suka bertindak sesuka hati loe."

"Pake di bahas lagi," sindir Cakka. "Gue mau ngomong serius nih."

"Iya iya."

"Dengerin baik-baik karena gue nggak akan mengulangi kata-kata gue," Cakka menekankan setiap katanya membuat Ify mengangguk pelan. "Gue suka sama loe bahkan sebelum gue pacaran sama Shilla," Ify hanya bisa terdiam mendegar pengakuan itu. "Tapi gue tau Agni juga suka sama gue. Kalian berdua sahabatan, jadi gue nggak mau merusak persahabatan kalian. Trus nggak lama Shilla datang dan mengalihkan perhatian gue."

"Secepat itu loe berpaling?"

"Loe fikir gampang berpaling ke orang lain disaat loe benar-benar menyukai seseorang?" Ify menggelengkan kepalanya. "Kalo boleh gue jujur, gue masih sayang sama loe fy - bahkan sampai detik ini. Gue seneng bisa lihat loe lagi," Cakka tersenyum tipis. "Gue tau gue salah, nggak seharusnya gue masih menyimpan perasaan itu disaat gue udah jadi milik Shilla. Tapi ya gue bisa apa? Gue kayak nggak bisa melepas bayang-bayang loe, ditambah ternyata Shilla kagum berat sama loe dan hampir setiap saat - yang dia omongin selalu tentang loe."

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang