Save Me

111 7 0
                                    

Ify tidak ingat apa yang terjadi. Dia hanya ingat ada dua pria bertubuh kekar mendekatinya dan membekap mulutnya dengan sapu tangan. Setelah itu semuanya buram.

Ify membuka matanya dan mendapati dirinya berada di suatu ruangan yang terlihat seperti gudang terbengkalai. Kepalanya terasa berat, pandangannya pun masih buram, tapi dia bisa merasakan jika ada yang datang mendekatinya.

"Bangun juga loe akhirnya."

Suara itu, Ify mengenali suara itu. Ketika pandangannya mulai jelas, dia menyadari siapa yang berdiri di hadapannya.

"Prisil."

"Iya, gue. Kenapa?"

"Pris, tolong jangan gini."

"Loe yang maksa gue ngelakuin ini. Gue sudah memperingatkan loe untuk jauhi Riko tapi apa? Loe justru semakin dekat setiap harinya."

"Riko bilang kalian sudah putus."

"Dan loe percaya? Bodoh. Gue nggak akan semudah itu melepas dia."

"Sebenernya apa yang loe mau?"

"Gue udah bilang dari awal. JAUHI RIKO!"

"Dia berhak untuk berteman dengan siapa aja."

"Berani juga loe ya. Loe mau bernasib sama seperti Oik hah?"

"Nggak. Gue nggak mau. Pris, tolong lepasin gue. Apa yang loe lakuin ini nggak bener, ini tindakan kriminal. Jangan hancurin masa depan loe dengan ngelakuin hal rendah seperti ini."

"BERISIK! NGGAK USAH SOK NGAJARIN GUE!"

"Pris, gue tau loe sebenernya orang baik. Tolong jangan lakuin ini."

"BERISIK! BISA DIEM NGGAK SIH!"

"Aw - argh - sakit Pris."

Prisil menampar dan memukuli Ify seperti orang kerasukan. Sorot matanya sangat menakutkan. Ify yang dalam keadaan terikat tentu tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menerima setiap pukulan yang diberikan Prisil. Darah mulai bercucuran dari beberapa bagian tubuh Ify. Sakit - perih - pedih itu yang Ify rasakan. Prisil baru berhenti saat Ify kembali tak sadarkan diri.

"Loe terlalu berisik." Ucap Prisil sarkas kemudian berjalan keluar dari ruangan itu dengan bercak darah di tangan dan bajunya.

"Urus gadis itu." Titahnya pada kedua preman bayaran yang sejak tadi menjaga di depan gudang.

Kedua preman itu masuk dan tidak habis fikir atas apa yang dilakukan gadis yang baru saja pergi itu. Melihat Ify dengan keadaan yang terluka membuat mereka geleng kepala.

"Anak jaman sekarang serem-serem banget ya." Kata salah satu preman itu.

"Pergaulan."

"Dia belum mati kan?"

"Kayaknya sih belum."

***

BRAK!

Riko menggebrak meja Prisil membuat si empunya terlonjak kaget.

"Apaan sih!"

"Dimana Ify? Dimana loe membunyikan dia?"

"Apaan sih nggak jelas. Ngapain loe nanyain anak itu ke gue."

"Gue tau ini ulah loe. Ify belum pulang sampe sekarang."

"Ya apa peduli gue? Mau dia nggak pulang atau mati sekalian gue nggak perduli. Lagian loe ngapain sih nanyain dia? Loe tuh pacar gue, ngapain ngurusin cewek lain."

"Kita udah putus kalo loe lupa."

"Gue nggak mau putus. Kenapa sih ko? Apa sih hebatnya Ify sampe loe kayak gini?"

"Gue nggak harus kasih tau seberapa hebatnya Ify. Sekarang loe kasih tau dimana Ify atau gue lapor polisi."

"Apaan sih!"

"Pilihan loe cuma satu, loe kasih tau dimana Ify atau gue bener-bener akan bawa loe ke kantor polisi. Gue nggak main-main."

Prisil diam. Tatapan mata Riko terlihat sangat berbeda dari yang biasanya dia lihat. Ada keseriusan di setiap kata yang dia ucapkan dan amarah yang siap meledak kapan saja.

"Argh - iya iya gue kasih tau. Dia ada di gedung terbengkalai di belakang Villa Indah. Loe cari aja dia disana. Itu pun kalo dia masih hidup."

"Kalo sampe ada apa-apa sama Ify, gue nggak akan pernah lepasin loe, gue akan kejar loe sampe ke ujung dunia sekalipun."

Riko beranjak meninggalkan Prisil yang diam tak berkutik karena saat ini dia sudah di kepung oleh teman-teman sekelas Ify yang memang mengikuti Riko sampai ke tempat nongkrong Prisil.

"Gue titip dia. Jangan sampe lolos." Ucap Riko.

"Tenang aja. Masalah iblis jahat ini biar kita yang urus." Balas Ian.

Riko langsung pergi ke tempat yang diberitahukan Prisil bersama Stev dan Agni. Tidak begitu sulit menemukan tempat itu mereka harus berjalan masuk ke dalam selama kurang lebih 15 menit.

Mereka berlari mendekati gudang itu, tanpa pikir panjang mereka langsung masuk ke dalam.

"IFY!" Pekik Agni ketika dia melihat Ify terduduk lemas di atas kursi dengan tangan diikat di belakang. Kepala Ify tertunduk tapi Agni bisa melihat wajah itu dipenuhi lebam dan darah kering.

Ify yang mendengar suara familiar itu langsung mendongakkan kepalanya. Pandangannya kurang jelas tapi dia tau pasti si pemilik suara itu.

"IFY!" Kali ini suara berat yang memanggil namanya.

Ify baru akan menarik nafas lega tapi dia langsung tercekat dengan apa yang dia lihat di hadapannya.

"RIKO AWAAAAAAS."

-tbc-

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang