A Choice

78 8 2
                                    

Menjadi dewasa itu bukan hanya perkara umur karena faktanya banyak orang yang sudah berumur tapi bersikap seperti anak kecil. Agni tau, dia hanya gadis berusia 16 tahun, yang masih bau kencur, yang belum bisa di bilang cukup mencicipi asam garam kehidupan, tapi satu hal yang dia tau, hidup itu tentang sebuah pilihan.

Hari ini, dia kembali dihadapkan sebuah pilihan, pilihan yang kadang membuatnya ingin berlari sejauh mungkin sampai kakinya tidak lagi mampu dia gunakan untuk berlari.

"Bunda nggak akan maksa kamu, tapi bunda minta kamu pertimbangkan baik-baik apa yang baru saja bunda katakan."

Agni mendesah pelan, setelah sebelumnya dia hanya menjadi seorang pendengar bagi sang bunda, akhirnya dia memberanikan diri untuk bersuara. "Pertanyaan Agni cuma satu bunda, apa bunda yakin?"

"Bunda cuma nggak mau kamu tumbuh tanpa sosok itu," lirih sang bunda. "Tapi bunda tetap butuh persetujuan kamu. Pilihannya ada di kamu. Bunda akan ikutin apa yang anak bunda mau."

Agni tersenyum tipis, "Agni boleh pikirin ini dulu?"

"Boleh sayang."

"Tapi Agni nggak tau kapan bisa kasih jawabannya ke bunda."

"Nggak apa-apa, bunda nggak akan maksa kamu."

Agni mengangguk pelan sembari memperhatikan wajah lelah sang bunda. Hebatnya, meski Agni tau wanita dihadapannya itu lelah dengan serangkaian kegiatannya di luar rumah, tapi setiap kali bertemu tatap seperti ini, sang bunda selalu akan menampilkan senyuman terbaiknya.

"Bunda - "

"Iya sayang?"

"Bunda tau kan kalau Agni sayaaaaang banget sama bunda?"

"Tentu dong, bunda juga sayaaaaaang banget sama anak bunda satu-satunya ini, yang udah beranjak dewasa bahkan sudah punya pujaan hati."

"Bundaaaaa - "

"Kenapa? Malu?" Agni mengangguk. "Anak bunda bisa malu-malu kucing juga ternyata ya," lanjut bunda sembari mengelus rambut Agni lembut. "Ajak kesini atuh, bunda mau kenalan."

"Hmm... bentar lagi orangnya kesini sih bunda."

"Oh ya? Kok nggak bilang? Kan bunda bisa siapin makanan dulu."

"Kita rencananya mau masak bareng bunda."

"Wah si kakak udah mau simulasi untuk jadi calon istri apa gimana ini?"

"Bundaaaaa nggak gitu."

TING TONG

Agni langsung menoleh ke arah pintu rumah, begitu juga sang bunda. Beliau bahkan langsung menyikut lengan sang anak untuk menggodanya. Menghindari godaan sang bunda, Agni memilih untuk langsung membuka pintu depan.

"Hai - " sapa Arsyad. "Lama ya?"

Agni menggeleng, "Enggak kok."

"Alhamdulillah, soalnya tadi Ir minta anterin dulu ke tempatnya si Debo."

"Kok tumben minta anter? Biasanya juga pergi sendiri."

"Dia kemarin habis jatuh dari motor jadi kakinya luka."

"Hah? Kok aku nggak tau?"

"Kan kamu nggak nanya."

"Ketularan Ir nih, jadi rese. Aku serius ini. Dia baik-baik aja kan?"

"Nggak apa-apa kok."

"Alhamdulillah kalau gitu," lega Agni. "Oh iya, bunda ada di rumah."

"Ni - "

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang