The First Meet

109 6 0
                                    

Suasana sekolah terlihat sepi karena memang jam pulang sekolah sudah lama berlalu. Satu-satunya alasan kenapa Ify masih berada di lingkungan sekolah saat ini adalah pertemuan klub mading yang mana dia berpartisipasi dalam penulisan karya sastra seperti puisi.

Ify duduk di kursi halte sudah hampir satu jam tetapi tidak ada satupun kendaraan umum yang lewat. Keadaan semakin parah saat dia mendongakkan kepalanya ke atas dan mendapati awan hitam mulai berkumpul.

"Jangan hujan, please." Pinta Ify.

Hembusan udara dingin itu mula menusuk permukaan kulit Ify. Gadis itu melepaskan tas dukungnya, meletakkan tas itu di atas pangkuannya kemudian memeluk erat tas tersebut. Tidak lama, hal yang tidak diinginkan Ify pun terjadi. Awan hitam itu mulai menumpahkan isinya. Rintik hujan perlahan mulai mengguyur permukaan aspal. Sial, harusnya dia mengiyakan saja ajakan Dayat untuk pulang bersama tadi. Kini dia hanya bisa menyesalinya.

Ify mengambil ponsel nya di dalam tas, tapi lagi-lagi dia harus menerima kekecewaan.

"Ah kok sial banget sih. Hp pake mati segala lagi. Gimana dong?" Keluh Ify.

Ify tertunduk lesu. Sekarang dia tidak memiliki pilihan lain selain harus lebih bersabar menunggu sampai ada kendaraan yang lewat atau setidaknya sampai hujan berhenti.

"Mau bareng?" Tanya seseorang yang entah sejak kapan berdiri disamping Ify, membuat Ify sedikit terlonjak kaget.

"Sorry... kaget ya."

"Iya."

"Maaf ya."

"Nggak apa-apa."

Ify nampak berfikir sejenak, siswa di hadapannya itu terlihat familiar tapi dia tidak bisa mengingat siapa dia.

"Kamu nunggu angkot? Jam segini sih biasanya udah nggak ada kendaraan umum yang lewat sini. Mau bareng? Tapi aku bawa motor."

Ify tampak ragu, setahunya sudah tidak banyak siswi atau siswa yang lalu lalang di sekitar sekolah, tapi kenapa dia masih disini?

"Hmm... kamu kok belum pulang?" Tanya Ify hati-hati.

"Tadi ketiduran di perpus. Kamu sendiri?"

"Rapat klub mading."

Laki-laki itu tersenyum, "So, kamu masih mau nunggu disini atau ikut aku?"

Ify melihat sekeliling, masih berharap akan ada kendaraan yang lewat tapi tidak ada tanda-tanda akan ada yang lewat. Dia melirik laki-laki di sampingnya itu ragu.

"Kamu takut ya?"

Ify mengangguk pelan.

"Nggak usah takut, aku bukan orang jahat kok. Aku kenal Rio jadi nggak mungkin aku mencelakai sahabatnya, bisa-bisa aku di pecat jadi temen."

"Kamu kenal Rio?"

"Kenal. Ayo kalo mau bareng. Aku antar sampai depan rumah. Tapi ya gitu, aku cuma bawa motor."

"Nggak apa-apa."

"Jadi, bareng?"

Ify mengangguk lagi. Laki-laki itu tersenyum kemudian melepaskan jaket yang dia kenakan dan memberikannya pada Ify.

"Kamu aja yang pake." Ucapnya.

"Eh nggak usah. Nanti kamu basah."

"Cuma rintik doang sih, aman. Udah pake aja."

Ify tidak bisa menolak, dia menerima jaket itu dan memakainya. Jika boleh dia berkata jujur, dia mulai kedinginan.

Laki-laki itu sudah siap di atas motornya, dengan langkah kecil Ify mulai menaiki motor itu.

"Pegangan, takut jalannya licin."

Ify diam.

"Pegang tas aku aja kalo kamu merasa nggak nyaman."

Perlahan Ify mulai menggerakkan tangannya dan memegang tas milik laki-laki itu. Rasanya canggung. Ify hanya bisa diam di sepanjang jalan dan hanya berbicara saat ditanya. Ini pengalaman pertama Ify bersama laki-laki lain selain ayahnya, kak Indra, Rio dan Stev.

Motor itu melaju menembus rintik hujan. Perjalanan dari sekolah menuju rumahnya hanya memakan waktu sekitar 15 menit perjalanan, sehingga kini motor itu telah berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Ify turun dari atas motor, mengembalikan helm motor kepada pemilik nya sembari tersenyum canggung.

"Hmm... makasih. Mau mampir dulu?" Tanya Ify.

"Lain kali deh. Aku masih ada kerjaan."

Ify mengangguk pelan.

"Jaketnya pakai aja dulu." Sahut laki-laki itu saat Ify hendak melepaskan jaketnya.

"Tapi kamu kehujanan."

"Basah dikit kok. Aman." Laki-laki itu tersenyum. "Kalo gitu aku pamit ya."

"Iya." Ify balas tersenyum.

Laki-laki itu kembali menyalakan mesin motornya. Dia sudah melajukan motornya tapi seketika berhenti karena teriakan Ify, "Nama kamu siapa?"

Dia membuka kaca helmnya kemudian balas berteriak, "Riko!" Setelah mengatakan namanya, dia kembali melajukan motornya, melesat dan perlahan menghilang dari pandangan.

"Dia... Riko?"

-tbc-

TRUE FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang