10

1.5K 252 25
                                    

Pemuda bersurai hijau itu mengedipkan matanya kaget, lalu tertawa.

"Nona, apakah anda sedang sakit? Apakah wajah tampan saya mirip dengan seekor naga?" Ucap pemuda itu sambil menyibakkan poninya dengan jemarinya.

"Hem, sangat mirip. Hingga aku tidak bisa membedakannya" ucap Name dengan nada datar.

Pemuda itu hanya bisa tertawa canggung, baru pertama kali dirinya dibilang mirip dengan naga.

"Untuk apa Nona mencari ku?" Nada bicara pemuda itu mulai serius. Name tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya ringan.

"Aku tidak pantas mengatakannya, saudari ku yang akan menjelaskan semuanya padamu" jelas Name.

"Nameeeee!!!"

Dari kejauhan terdengar suara teriakan Yona yang memanggil namanya dengan ceria sambil melambaikan tangannya.

"Eh? Kalian kembar?" Tanya pemuda tersebut bingung.
"Bukankah kau naga hijau?!" Ucap Yona dengan tatapan terkejut.

Pemuda itu merasakan panas yang terasa membakar kakinya, membuat pemuda itu merintih kesakitan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Yona khawatir.

"Aku baik Nona, senangnya diperhatikan oleh dua orang wanita cantik" ucap pemuda itu.

"Aku tidak mengkhawatirkan dirimu" balas Name malas.

***

Disinilah dirinya berada, disebuah kapal yang terlihat seperti kapal bajak laut. Setelah perdebatan panjang Yona dan Jaeha -nama pemuda tadi- akhirnya mereka setuju untuk membantu Jaeha.

Kota ini memiliki pemimpin yang sangat kotor, penjualan obat terlarang hingga penculikan dan penjualan wanita dilakukannya.

"Seharusnya kau tidak ada didunia ini" Name meringis pelan ketika sebuah suara melintas begitu saja dikepalanya.

"Apa yang sedang anda lakukan putri? Seharusnya anda beristirahat sekarang" Name menolehkan wajahnya, memandang Hak yang tengah bersandar di dek kapal.

"Aku tidak bisa tidur, jangan memanggilku dengan sebutan Putri. Dari awal aku tidak memiliki gelar itu sama sekali" ucap Name pelan.

Hak menatap Name sejenak sebelum memperhatikan bintang yang bertaburan dilangit.

"Hak...seandainya Yona dan aku terlibat pertarungan dan hanya salah satu dari kami yang bisa selamat, siapa yang akan kau selamatkan?"

Hak diam, terlihat berfikir akan jawaban yang tepat untuk gadis disebelahnya ini.

"Tentu saja Yona kan?" Ucap Name lirih, lagi pula siapa dirinya? Hanya seorang gadis yang diasingkan oleh ayahnya sendiri.

"Kau benar, aku lebih memilih Putri dari pada dirimu karena Putri merupakan calon penguasa kerajaan Kouka dan..."

"Cinta pertamamu" sambung Name dengan pelan.

"Kenapa kau bertanya hal seperi itu?" Tanya Hak penasaran.
"Entahlah, aku hanya ingin bertanya saja"

Name duduk di lantai, kakinya mulai lelah karena berdiri sejak tadi.

"Kau tau legenda kerajaan Kuoka yang sebenarnya? Jika pewaris kerajaan ada dua maka salah satunya harus dibunuh agar tidak memberikan kutukan terhadap satunya lagi..."

"....Tetapi Raja tidak membunuhku, melainkan mengasingkan diriku. Dan sekarang aku sudah berumur 16 tahun. Kau tau keinginan terbesar ku?"

Hak menanti ucapan selanjutnya dengan perasaan was-was. Name tersenyum tipis yang sarat akan putus asa.

"Aku hanya ingin hidup damai"

Grep

Hak memegang kerah baju Name kuat, membuat gadis itu sedikit kesulitan bernafas. Name tidak mencoba melepaskan tangan Hak dari bajunya, gadis itu hanya diam dengan manik berkaca-kaca.

"Apa maksudmu? Kau berniat mengorbankan Yona?" Tanya Hak dengan nada rendah.

"Sudah kuduga kau akan bersikap seperti ini kepadaku... aku tidak menyalahkan dirimu ataupun Yona. Aku tidak, bukan...lebih tepatnya aku tidak diizinkan. Aku akan mati sebagai pedang dan perisainya Yona" ucap Name dengan suara serak menahan tangis.

Entah dari mana datanganya, Jaeha langsung melepaskan tangan Hak dari baju Name dan membawa gadis itu ke pelukannya.

"Apa yang kau lakukan?! Kau ingin membunuhnya?!" Jaeha menatap Hak kesal.

"Jaeha...Hak tidak salah, aku yang salah sampai membuatnya marah" Name melepaskan pelukan Jaeha dan mulai melangkah pergi keluar dari kapal.

Name meninggalkan kapal dengan air mata yang sudah mengalir lembut di kedua pipinya.

Berlari meninggalkan rasa sakit yang menggerogoti hatinya, dari mana awal dari semua hal ini? Apakah ketika dirinya membiarkan ayahnya mengasingkan dirinya atau ketika dirinya lahir kedunia ini?

Name terjatuh, membuat pakaiannya kotor seketika. Tangisannya pecah, melampiaskan rasa sakit yang ia tahan selama bertahun-tahun lamanya.

"Aku hanya ingin hidup dengan tenang! Apakah setelah semua yang ku korban kan hiks termasuk cinta pertama ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya ingin hidup dengan tenang! Apakah setelah semua yang ku korban kan hiks termasuk cinta pertama ku...apakah hidupku juga harus ku korban kan hiks"

"Kau adalah kutukan bagi saudarimu, tidak ada yang menyayangimu lagi"

Lagi-lagi suara itu kembali, membuat kepalanya berdenyut sakit, hingga sebuah kehangatan melingkupi tubuhnya.

"Menangislah...aku tau kau sangat membutuhkannya"

"Hiks Jaeha....apakah kelahiran ku kedunia ini merupakan kutukan? Hiks semuanya mengatakan hal itu kepadaku hiks"

Jaeha mengeratkan pelukannya, mengelus lembut rambut Name, mencoba menenangkannya.

Apakah dirinya boleh berharap kembali? Berharap agar Jaeha tidak akan meninggalkannya seperti yang lain?

Jaeha melihat wajah Name yang tertidur dipelukannya, diusap pelan jejak air mata dipipi sang gadis.

"Maafkan aku Name, meskipun ingin...aku tidak bisa berada disisi mu untuk selamanya" bisik Jaeha dengan nada lirih.

Tbc

Pengen nangis waktu buat ini huhuhu, jangan lupa voments nya yaa readers

Gomennasai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang