Dark 14

16 4 0
                                    

"Sahabat itu bukan masalah prioritas,sahabat itu perlu solidaritas dengan kapasitas yang melampaui batas."

Sejak kejadian kemarin semua menjadi sepi dan tak lagi sama.Ada kecanggungan,ketidak enakan, kekecewaan.Yorda, Diego,Aldo,Rafi,mereka tidak saling lagi bercanda.Berbicara hanya seperlunya, masing-masing dari mereka masih tak menyangka persahabatan mereka retak karena satu perempuan.Sementara Alirta perempuan itu  masih setia dengan tujuannya ia pergi ke Bandung, untuk mengetahui semua apa yang menyebabkan kematian ayahnya.Ia sebenarnya merasa tak enak hati,karena ia ke-empat laki-laki itu te pecah belah.

"Ah udah lah Alirta gak usah Lo pikirin,lagian salah mereka bisa-bisanya suka sama cewe dingin kaya Lo."ucap Alirta bermonolog depan cermin riasnya.

Kaki Alirta berjalan keluar kamar dirinya ingin keluar Villa,ingin menikmati udara sejuk kota Bandung.
Belum jauh dari pintu kamarnya,Alirta berpapasan dengan Yorda.

"Mau kemana?"tanya Yorda yang membawa secangkir kopi.

"Keluar."balas Alirta.

"Gue temenin."pinta Yorda.

"Gak perlu,gue mau sendiri."jawab Alirta yang langsung meninggalkan Yorda.

Demi apapun saat ini hati dan pikiran Alirta benar-benar feeling stressed never blessed.Ia tidak tahu siapa yang harus dia pilih,karena hatinya tidak jatuh pada siapapun.Karena Alirta mengaggap mereka semua adalah adik-adik mereka.

Seandainya masalah bisa ia custom sesuka Alirta,pasti gak akan ada hal seperti yang tidak diinginkan contohnya saat ini,dan kematian ayahnya.

"Neng sorangan wae,Bade kamana?"ucap ibu yang melewati taman desa.

"Hehe iya buk,lagi pengen nikmatin udara disini."balas Alirta.

"Kamu teh baru tinggal disini ya?"tanya ibu itu.

"Iya buk,ada urusan disini,ibuk asli orang sini?"jawab Alirta dengan sopan.

"Ibuk asli orang Jawa neng,disini ikut suami."balas ibuk.

"Ta,ke Villa kita sarapan,anak-anak juga udah pada nungguin."ucap Yorda.

"Oala kalian ini suami istri,udah punya anak toh?"ucap ibuk itu dengan logat jawanya.

"Engga buk,ini temen saya,anak-anak yang dia maksud temen-temen kita yang lain."jelas Alirta membenarkan sembari bangkit dari bangku taman.

"Eh,maaf-maaf ibuk ndak tahu,soalnya kalian cocok serasi banget."kata ibuk.

"Iya buk gak apa-apa,kita pamit ya."ucap Yorda.

"Permisi buk, duluan."pamit Alirta pada ibu-ibu taman.

Mereka jalan berdua tak ada obrolan manis yang dibicarakan.Hanya suara tapakan kaki dan mendatang yang lalu lalang.Berisiknya angin dan kicauan burung menjadi saksi antara kata yang tak diucapkan oleh hati.

"Gue pengen ngomong banget sama Alirta,tapi mulai dari mana ya?"batin Yorda.

"Tumben banget dia gak nyerocos, biasanya ada aja yang diomongin."batin Alirta.

Sampai di Villa Aldo, Diego,dan Rafi sudah menunggu diruang makan.Mata mereka langsung berporos pada kedua manusia yang baru saja datang.

"Kemana aja Lo Ta?"tanya Rafi dengan tatapan sarkas.

"Ke taman tadi."jawab Alirta.

"Raf,bisa gak nadanya biasa aja."timpal Diego.

"Kenapa?Lo gak terima?"tanya Rafi sinis.

"Udah-udah apaan sih kalian ribut mulu."

"Oke,gue makan nanti aja."ucap Alirta,yang dibarengi langkah kakinya ke kamar.

"Liat Raf apa yang Lo lakuin,dia gak jadi makan."ucap Diego.

"Semua masalah ini biangnya Lo sama Aldo terus dia,kenapa Lo nyalahin gue anoa."bentak Rafi sembari mengangkat tubuhnya dari kursi makan.

"UDAH BANGSAT,BISA GAK KITA OBROLIN BAIK-BAIK."teriak Yorda sembari mendobrak meja.

Di sebrang sana perempuan itu menangis,ia meratapi hidupnya,masalah dia belum selesai ditambah masalah lain oleh Tuhan.Dia merasa orang paling terpuruk di dunia,dia merasa semua ini udah gak ada artinya,semua ini gak sesuai harapan dia.

Alirta bener-bener capek sama semua kenyataan yang harus dilewati dirinya, semuanya rumit untuk dimengerti.

Tok... Tok... Tok...

"Ta,gue keluar boleh masuk?"ucap Yorda dibalik pintu.

"Ada apa?"tanya Alirta dengan suara khas orang yang menangis.

"Lo nangis ya,ada yang pengen gue omongin."

"Enggak,iya nanti gue keluar."

Alirta langsung pergi ke westafel mencuci muka dan menguncir rambut dengan asal,Alirta tidak mau orang-orang tahu kalau dia semenyedihkan ini.

"Kita kan udah sahabat dari lama,udah lama bareng-bareng,makan bareng, nongkrong bareng, semuanya bareng,masa iya kita berantem gara-gara ini."jelas Yorda.

"Kita udahin semua masalah ya jangan ada lagi sindiran-sindiran yang gak pantes.Sahabat bukan masalah prioritas, sahabat itu perlu solidaritas dengan kapasitas yang melampaui batas."

Tanpa disadari ke-empat cowo itu meneteskan air mata,termasuk Rafi.
Cowo itu melow banget kalau sudah masalah persahabatan nya.

"Lo mewek anak anoa?"tanya Diego.

"Apaan si sat."jawab cepat Rafi.

"Yah melow banget njing."celetuk Aldo.

Mereka ber-empat pelukan,tanpa mereka tahu, perempuan disisi ruangan melihat dengan haru.

"Eh,Ta sini kita pelukan bareng sini."ucap Rafi sembari melambaikan tangan.

"Ta---"jawab Alirta terbata.

"Udah gak apa-apa sini."tambah Rafi.

Diego,Aldo,dan Rafi hanya menatap bingung satu sama lain.

"Ta,maafin gue ya omongan gue sama Lo udah keterlaluan,lagian si Lo cantik dan bikin semua cowo tertarik,jadi deh sahabat gue pada demen sama Lo."celetek Rafi.

"Iya Raf,santai aja."jawab Alirta.

"Oke semua udah selesai tinggal nanti kita urusin masalah bokap Alirta."

"Gue ikhlas Lo sama siapa aja Ta,pilihan Lo pasti udah terbaik."batin Yorda.

"Gue udah rela Lo sama siapapun Ta."batin Diego.

"Semoga Lo bisa memilih yang terbaik,gue udah ngelepas Lo dengan keikhlasan."batin Aldo.

HALLLOOOO SAYANGKUU TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA SAMPAI SEJAUH INI, KALIAN HEBAT, TERIMAKASIH VOTE NYA💓💓
LAFYUUU🌻💓


Jawa Tengah Indonesia
08 Maret 2020.
Laaandriyani

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Dark LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang