6

680 74 12
                                    

Melelahkan. Naruto dan yang lain baru saja mendapat kabar jika tidak terdapat sidik jari disana, tangan Naruto memijat pelipisnya, kepalanya menjadi pusing hanya karena satu kasus ini.

Shikamaru meneguk alkohol miliknya. Mereka sekarang sedang berada di sebuah kedai pinggir jalan, setelah seharian mereka melakukan penyelidikan tubuh dan otak mereka lelah, mereka harus memiliki waktu untuk beristirahat dari segala kegiatan yang ada. Yah.. meski tidak benar-benar beristirahat. Nyatanya mereka mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan.

"Tapi, bukankah ini aneh?" Ujar Naruto memecahkan keheningan. Sasuke, Shikamaru dan Sai memandang Naruto seakan bertanya apa maksud dari perkataannya?

"Ya, ini aneh. Surat yang kalian terima berbeda dengan surat yang ku terima." Lanjut Naruto. Yah.. jika dipikir lagi surat yang Naruto dapatkan memang sangat bertolak belakang dengan Surat yang Sai, Shikamaru dan Sasuke terima.

Orang yang menulis surat untuk Naruto seakan meminta untuk menghentikan aksinya, seakan sang penulis surat meminta bantuan agar ia tidak dapat melancarkan aksinya.

Sasuke bangkit berdiri, hal itu menarik perhatian Naruto, Shikamaru dan Sai yang ada disana.

"Aku harus pergi. Ada beberapa hal yang harus aku urus." Ucap Sasuke sebelum pergi meninggalkan kedai.

Naruto menatap kepergian Sasuke, suasana berubah menjadi hening kembali. Hanya suara hembusan angin yang menyapa pendengaran mereka dengan lembut.

...

Pagi itu Naruto bersama dengan Shikamaru dan yang lain pergi menuju sekolah Shiro. Yah.. tadinya mereka ingin menemui Shiro dirumahnya, tapi kata orangtuanya Shiro sudah berangkat pagi-pagi sekali. Padahal, ini adalah hari pemakaman adiknya, Nami. Tapi Shiro masih tetap ingin bersekolah.

Namun, saat mereka sudah sampai disana sang wali kelas mengatakan jika Shiro sendiri sudah tidak hadir selama 3 hari ini. Dan tentu hal itu menjadi pertanyaan besar bagi Naruto dan yang lain, mungkinkah Shiro ada kaitannya dengan semua ini? Mungkinkah Shiro yang melakukan hal ini? Mau tak mau Naruto dan yang lain menunggu sampai Shiro kembali.

Hari sudah gelap, mentari sudah kembali ke peraduannya. Orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga.

Shiro sempat terkejut akan kehadiran para detektif dan polisi dirumahnya. Bahkan dapat Naruto lihat ketakutan yang mendalam Dimata brown itu. Tubuh Shiro bergetar dan keringat mengalir di pelipisnya. Terlebih saat Naruto menanyakan begitu banyak pertanyaan pada Shiro. Tapi hanya kebisuan yang Naruto dapat. Tentu hal ini membuat beberapa dari mereka geram bukan main, bisa saja kebisuan itu dianggap sebagai jawaban 'iya' atas pembunuhan yang terjadi pada adiknya dan pada Suzu.

Shiro menjambak rambutnya dan menundukkan kepala. Suara Isak tangis terdengar di ruangan itu, air mata mengalir di pipi Shiro.

"Jika aku memberi tau kalian, maka aku akan mati seperti Nami." Gumamnya dengan Isak tangis.

Apa maksud dari perkataannya? Apa Shiro diancam atau semacamnya?

"Aku melihat bagaimana Nami di bunuh, aku menyaksikannya. Tapi aku tak dapat melakukan apapun, ia mengancam ku. Aku tak ingin mati." Gumamnya lagi.

Pada akhirnya Shiro menceritakan segalanya. Menceritakan bagaimana Nami meninggal.

Saat itu juga Nami berada di taman yang sama, ia tengah bermain disana sendiri. Shiro mengawasinya dari kejauhan, tapi tak lama seorang datang dan memukul kepala Nami. Saat hendak pemuda itu memukul kepala Nami, Shiro sudah berlari dan meneriaki nama Nami, adiknya. Pemuda itu menghentikan aksinya, ia kini beralih pada Shiro. Pemuda itu hendak memukul kepala Shiro, namun beberapa orang sudah datang.

"Aku akan datang dan membunuhmu." Bisiknya sebelum ia berlari pergi. Saat itu Shiro membawa tubuh sang adik kembali kerumahnya. Selama beberapa hari Shiro tidak masuk sekolah karena ia sendiri takut, ia pergi mencari tempat yang aman untuk dirinya. Oleh sebab itu Shiro tidak berada dirumahnya maupun disekolah.

disaat bersamaan. Sasuke pergi untuk mencari informasi dari tetangga Shiro.

"Beberapa hari sebelumnya, aku sempat mendengar keributan di rumah Shiro. Saat itu hari sudah malam, dan suara tangis Nami menggema bahkan suara Shiro tak kalah keras dari suara tangis Nami. Aku tidak dapat mendengar jelas apa yang Shiro katakan, aku hanya mendengar Shiro memanggil nama Nami saja. Tapi, tak terlalu lama, suara tangis Nami terhenti. Dan sejak saat itu aku tak pernah melihat Nami maupun Shiro." Jelas salah satu tetangga Shiro.

"Dan apa kau pernah mendengar atau melihat jika Nami berlumuran darah atau semacamnya?" Tanya Sasuke lagi.

"Tidak. Karena sejak hari itu Nami tidak pernah keluar rumah. Aku hanya melihat Shiro yang keluar rumah." Jawabnya.

...

Naruto sempat terdiam. Begitu hening diruangan itu, hanya suara tangis Shiro yang menggema di ruangan itu.

"Shiro. Bisa kau tulis 'itu sangatlah menyenangkan, ternyata manusia itu sangatlah rapuh.'" ucap Shikamaru.

Mungkin tulisan tangan Shiro dapat menjawab semuanya, Shikamaru baru saja ingat jika surat itu ditulis tangan.

Naruto memberikan kertas dan pena pada Shiro. Shiro menerima dan menulis kalimat yang diminta oleh Shikamaru. Setelahnya, Shiro memberikannya pada Shikamaru.

Shikamaru menerima dan menyimpannya. Mungkin nanti ia akan memberikan surat itu dan tulisan tangan Shiro untuk di test seberapa mirip tulisan tangan itu.

"Untuk saat ini kau dan orangtuamu berada dibawah pengawasan kami." Ucap Naruto. Setelahnya, Naruto menyudahi interogasi itu. Ia memperbolehkan Shiro untuk kembali kerumahnya.

...

Beberapa hari berlalu, Shikamaru sudah mendapatkan hasil test itu. Dan hasil yang Shikamaru dapat 87%, bukankah ini sudah jelas jika pelaku nya adalah Shiro?

Ia yang telah membunuh Nami, ia yang telah membunuh Suzu. Beralibi jika Nami dibunuh oleh orang lain, dan ia diancam oleh orang itu. Mungkin saja kejadian yang sebenarnya, Shiro yang memukul kepala Nami sampai bocah kecil itu meninggal. Membiarkan Nami tetap berada disana, tanpa ada niat untuk menyingkirkannya.

Dan mungkin apa yang dikatakan Shiro adalah kebohongan besar, ia hanya ingin melindungi dirinya dari jeratan polisi. Yah.. jika dipikir Shiro terlalu kecil untuk menjadi pelaku pembunuhan profesional seperti ini. Ia tak meninggalkan jejak, dan membuat para detective kesulitan mencari informasi dan menangkap dirinya. Jika saja orangtua Nami tidak menghubungi polisi, mereka akan menemukan jalan buntu untuk menangkap sang pelaku.

Shiro tertawa mendengar penuturan Naruto. Kini ia menatap mata sapphire Naruto seakan menantang, bahkan ada seringaian diwajah itu.

"Setelah dua korban, kau baru menangkap ku." Ucapnya. Naruto masih saja diam menunggu Shiro menyelesaikan kalimatnya.

"Mengapa kau membunuh mereka?" Tanya Naruto. Terdengar helaan nafas dari Shiro, ia menyandarkan diri pada punggung kursi, ia menatap langit ruang interogasi itu. Sebelum ia bersuara dan menatap Naruto lagi dengan seringaian yang ada diwajahnya.

"Bukankah itu sudah jelas? Mereka tidak layak untuk hidup."  Sahutnya.

"Kehidupan ini kejam, kau yang dibunuh atau kau yang membunuh." Lanjutnya lagi.

Ia benar-benar gila. Ia sudah kehilangan akal sehatnya. Bagaimana mungkin anak seusianya memikirkan hal seperti itu?

Naruto bangkit. Ia tak perlu lagi mengintrogasi Shiro lagi. Bocah seperti Shiro seharusnya mendapat hukuman seumur hidup didalam penjara, namun Shiro sendiri masih dibawah umur, dan ia hanya mendapat hukuman yang begitu ringan menurut Naruto.

...

Jean is back. Dengan seribu kata yang dapat membuat perasaan kalian campur aduk dalam satu waktu.

Maaf kalo Jean updatenya kelamaan, Jean lagi USBN, mohon doa supaya USBN nya dapat berjalan dengan lancar dan semoga Jean mendapat nilai yang memuaskan, Amin...

Thx for reading my story. Makasih juga yang dauh vote and comment

Love,

JeanTheRapper.

Next Door|TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang